"Permisi, Agatha kan?" lelaki yang dikenal dengan nama Alif itu menghampiri Agatha yang tengah duduk di koridor kelasnya sendirian. Panggilan Alif itu membuat Agatha reflek berdiri.
"Eh, Alif? Kok bisa tau nama gue?"
"Kok lo juga tau nama gue?"
Agatha memutar bola matanya. "Lo ketua rohis gils, yakali gue nggak tau. Ketua rohis di sekolah ini kan lebih famous daripada ketua osis," ujarnya
"Bisa aja lo."
"Ada apa kok tiba-tiba manggil gue?" Agatha yang terheran-heran itu langsung bertanya. Siapa tau lelaki di depannya ini mau mengajaknya berkenalan, lalu berteman, dan kemudian dengan takdir tuhan menjadi teman hidup 'kan?
Hush, Agatha. Berpikir apa kamu barusan?
"Ke tempat duduk itu dulu, yuk? Ada yang mau gue omongin," ajak Alif seraya menunjuk tempat duduk kosong di dekat kelasnya.
Demi Tuhan, Agatha sangat ingin bertanya apakah Alif akan menyatakan cinta kepadanya atau tidak.
Terimakasih kepada rasa malu yang masih melekat di diri Agatha. Kalau tidak, mungkin gadis itu sudah dengan PD bertanya, "Lo mau nembak gue? Sorry tapi kita nggak sejalan. Bye!"
Sungguh menyenangkan menolak pria dengan cara seperti itu, bukan?
"Ngelamun mulu lo. Udah, ayok!"
Agatha terkesiap. Lalu mengangguk dan mengikuti arah jalan Alif. Kemudian mengambil duduknya.
Kentara bahwa Alif sangat memberi jarak duduk untuk mereka.
Lelaki idaman.
"Mau ngomong apaan sih, Lif?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Happen Ending
Genç KurguKisah percintaan memang kadang membingungkan. Bagaimana bisa ia merelakan waktunya untuk menunggu? Bagaimana bisa ia kebingungan antara cinta dan pendirian? Bagaimana bisa ia percaya bahwa keberuntungan akan menghampirinya? Bahkan perlakuan kecil...