Senin. Minggu ke dua di bulan Januari. Alena yang tengah melingkarkan dasi abu abu di lehernya segera bergegas keluar kamar untuk memulai hari dengan penuh senyuman. Ia menuruni anak tangga dengan setengah berlari sambil bersenandung.
"Hai, mam!" sapa Alena pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
"Hai, sayang. Ayo cepetan makan, nanti takut Pak Supri keburu jemput kamu," perintah ibunya.
"Loh, kakak mana? Kok lama banget?" lanjut ibu Alen lagi
"Aku disini kok Mam," jawab Kakak Alen tiba-tiba.
Tiiin...tiiin...
Bunyi klakson terdengar nyaring dari depan rumah mereka.
"Tuh, kan! Pak Supri udah jemput. Lo sih kelamaan banget, segala nyanyi Korea-Koreaan nggak jelas di kamar mandi," omel Alen penuh kekesalan.
"Lah? Kok nyalahin gue? Siapa juga yang mau berangkat bareng, lu?! Lagian juga gue berangkat bareng Jessie hari ini," balas Kakaknya tak kalah galak.
"Kok rese banget sih, lo! Udah ah Ma, aku berangkat. Sini rotinya, aku makan di mobil aja. Males ngurusin kakak yang nggak jelas!" Ucap Alen terburu-buru. Ia mengambil sepotong roti buatan ibunya dan dengan tergesa-gesa sambil meneguk susu yang ada di meja. Ia berlari keluar rumah dan masuk ke mobil.
"Idih, siapa juga yang mau diurusin lo," gumam Kakaknya seraya memakan rotinya sambil menunggu Jessie
"Ayo Pak buruan, ngebut ya! Aku udah telat ni," ucap Alen sambil melahap roti yang ia bawa.
***
Sementara itu ditempat lain, dua orang gadis cantik sedang bersiap untuk sekolah.
Mereka adalah Agatha dan Neira.Agatha, gadis yang memang girly itu sedang sibuk menata rambut gelombangnya. Diiringi senandung kecil yang ia nyanyikan.
Oke, dia adalah orang yang sangat memperhatikan penampilannya.Sementara itu, Neira, yang notabenenya jutek dan humoris dalam satu sisi, justru berleha-leha menunggu Agatha yang bisa dibilang lama untuk mempersiapkan diri.
"Lama banget sih, lo. Cepetan dikit, dong!" oceh Neira yang sudah tidak sabar menunggu.
"Sabar dong, rambut gue belum rapi. Lagipula emang lo nggak bosen ke sekolah gaya rambutnya dikuncir kuda terus? Rambut lo tuh bagus, distylein dikit aja, gue jamin lo pasti kelihatan lebih cantik." omel Agatha tak kalah sewot.
"Elah, ribet kalo dibikin kayak lo. Apa-apaan, masa anak sekolah rambut dikesiniin lah, dikesonoin lah, diapain lah. Kalo nulis kan risih rambutnya nutupin pandangan, belum lagi kalau cuacanya gerah. Ih.. gue sih ogah," oceh Neira.
"Ah, elo. Gak tau gaya," jawab Agatha sambil meneruskan menata rambutnya.
"Nathalia Agatha! Lo tuh ya, bener-bener deh! Nungguin lo dandan tuh lama, bisa-bisa jam 10 kita baru berangkat sekolah," omel Neira, ia menarik tangan Agatha keluar dari apartement mereka.
"Perfeksionis sih perfeksionis, tapi jangan berlebihan juga, dong! Lo mau kita dihukum sama nenek lampir? Disuruh keliling lapangan 10 kali terus dandanan lo---" omel Neira lagi, tapi terpotong oleh Agatha.
"Shh shh shh, iya iya. Udah ngomelnya, ya. Oke, kita berangkat sekarang daripada lo ngomel-ngomel nggak jelas mulu, nanti lo nggak ada bedanya sama si nenek lampir!" Agatha dibuat geram oleh omelan Neira.
Mereka berjalan menuju lift dan turun ke lantai dasar. Berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.
Ya, mereka tinggal bersama. Berangkat sekolah naik mobil pribadi dan tinggal di apartement. Jangan pernah berpikir kalau mereka adalah kakak beradik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happen Ending
Novela JuvenilKisah percintaan memang kadang membingungkan. Bagaimana bisa ia merelakan waktunya untuk menunggu? Bagaimana bisa ia kebingungan antara cinta dan pendirian? Bagaimana bisa ia percaya bahwa keberuntungan akan menghampirinya? Bahkan perlakuan kecil...