8. Back to Jekardah

16 0 0
                                    

Sudah dua hari semenjak kakak Neira, Randi, pergi dari rumah. Minggu pagi itu, Neira harus pulang ke Jakarta. Mengingat Senin yang mengharuskannya datang ke sekolah. Tetapi Neira masih tak enak hati dengan abangnya itu. Merasa bersalah.

Sementara Randi, ia menginap di rumah temannya. Sesekali ia menatap nanar chat dari kakaknya, Reza, yang menyuruhnya segera pulang.

Mas Reza
Randi, jangan chilldish. Bikin bunda khawatir aja sih bisanya, pulang.

Randi
Kalo Mas Reza masih nganggep gue kayak anak kecil. Buat apa gue pulang? Gue juga nggak salah.

Mas Reza
Kan bisa diomongin baik-baik, Di.

Randi
Yang salah aja, nggak minta maaf.
Mas Reza ngapain repot sih? Neira kebanyakan dimanja!

Mas Reza
Pulang, atau lo bukan adek gue lagi.

Randi
Emangnya Mas pernah anggep gue adek?

Mas Reza
Neira pulang ke Jakarta hari ini. Pulang, Di.

Randi
Siapa peduli? Lo doang kali.

Mas Reza
Gue instalin lagi tuh yang dihapus Neira. Udah napa, game doang aja juga.

Randi
Terus dianya? Diem aja? Nggak minta maaf? Cih, nggak butuh gue Mas.

Mas Reza
Pulang, Di. Masyaallah.

seen✔
06.10

***
0

9.30

Agatha memeluk kedua orangtuanya. Dengan senyum mengembang, ia berpamitan. "Mah, Pah, Agatha balik ke Jakarta ya. Kalian jaga kesehatan. Oke?"
Kedua orangtua Agatha mengangguk. Kemudian mengusap kepala anaknya itu. "Kamu belajar yang bener," pesan ibunya yang dibalas anggukan semangat.

"Kamu naik bis lagi kesana? Apa nggak mabuk?" tanya Ayah Agatha khawatir. Pasalnya, selama setahun Agatha pisah, ia sering mabuk ketika pulang naik bis.

"Papa anter ya? Atau naik kereta aja?"

Agatha yang tidak ingin merepotkan ayahnya hanya menggeleng pelan. "Agatha naik kereta aja, Pah. Lagian nggak mabuk juga kok kalo naik bis," bohongnya.

Agatha memakai sepatu. Dengan tas yang sudah ia sampirkan di bahu. Ia kembali memeluk kedua orangtuanya.

"Agatha pamit ya. Nanti ke stasiunnya dianter sama Om Erik kok."

Setelah itu, ia berjalan melewati sekiranya lima rumah. Dan sampailah ia di depan rumah bercat coklat dengan pagar hitam yang tidak terlalu tinggi.

"Neira!!" panggilnya.

"Iya, sebentar, Gath." Neira datang dari dalam rumah itu. Dengan membawa dua plastik penuh di kedua tangannya. Lantas ia memberikan satu plastik pada Agatha. "Nih pegangin, capek urat nadi gue."

"Nggak ada hubungannya! By the way, ini apaan?" Agatha membuka plastiknya. Melihat-lihat sesuatu di dalamnya.

"Nggak tau tuh, Bunda. Anggep aja oleh-oleh." Neira mengedikkan bahunya acuh, lalu menarik temannya itu ke dalam rumah.

Happen Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang