09 | Kekecewaanku Yang Pertama

38 6 0
                                    

"Haduh ... piye," gumam Adhnia seorang diri. Dia terlihat frustasi sejak ajakan Derry ke toko buku. Meskipun sepele dan simpel, itu cukup membuat Adhnia tak bisa berpikir jernih hingga saat ini, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih.

Ponsel Adhnia bergetar, sebuah pesan whatsapp masuk dengan lantangnya. Dua kali. Adhnia mengernyitkan dahinya hingga kedua alisnya hampir bertautan. Tangan kanannya segera menyambar ponsel di atas ranjang. Dari Derry──baru beberapa saat lalu Adhnia menyimpan nomornya──dan Bayu.

Mas Derry
Adh? Kamu mau jalan sama aku?

Pesan dari Derry cukup membuat Adhnia terdiam beberapa saat, dia harus menjawab apa. Sebenarnya Adhnia tidak ingin membuang-buang kesempatan untuk selangkah lebih dekat dengan Derry; pujaan hatinya. Tapi Adhnia terlalu malu untuk menjawab 'ya'.

Adhnia Agatha
Bebas, Mas. Aku iya aja.

Usai mengirim pesan tersebut, Adhnia segera membuang ponselnya asal di ranjang. Dia merutuki terkirimnya pesan pada Derry. Dia takut jika Derry tak menjawabnya. Hingga ponselnya bergetar beberapa kali, Adhnia terus-terus berdebar tanpa bisa dikendalikan.

Tangan kanannya kembali meraih ponselnya karena getaran yang tak hanya sekali membuatnya semakin penasaran. Jika saja itu Derry, apakah Derry akan secerewet ini. Adhnia segera memutar kedua bola matanya jengah ketika ternyata Bayu yang mengiriminya pesan sebanyak tujuh kali, bahkan Derry belum membalas pesan darinya.

Bayu
Assalamu'alaikum, Bu. Jalan yo
Ih ra dibales
Adh?
Sibuk to?
Molor ki mesti
P
P

Adhnia terkekeh ketika membaca pesan kiriman Bayu. Adhnia segera mengetik sesuatu pada layar ponselnya untuk membalas pesan dari Bayu yang sebenarnya cukup banyak.

Adhnia Agatha
Opo sih, Bay?

Bayu
Ayo main. Sibuk po?

Adhnia Agatha
Yo nggak sih, Bay.
Cuma aku udah diajak, tapi belum respon
Bentar yo

Bayu
Yowes nanti kabarin aku aja yen nggak jadi

Adhnia membiarkan chat Bayu tak terbaca olehnya karena Adhnia merasakan ponselnya bergetar kembali. Nama Derry tertera di roomchat milik Adhnia, namanya tertera diatas sendiri dengan satu pesan yang belum terbaca.

Mas Derry
Bar dzuhur aku ke rumahmu ya, Adh

Adhnia Agatha
Iya, Mas.

Adhnia menghela napas beberapa kali; berniat membuat jantungnya yang memacu darah tiga kali lebih cepat dari biasanya untuk lebih tenang. Kepalanya terasa nyut-nyutan, pipinya terasa panas dan sudah pasti memerah seperti tomat.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih empat puluh lima menit ketika kumandang azan memekakkan telinga. Adhnia segera keluar kamar dan mengambil air wudu. Dia melihat budhe Mamik memasak sesuatu di dapur. Seorang diri.

"Masak apa, Budhe?"

Budhe Mamik yang terlihat membolak-balikkan masakannya menoleh ke arah Adhnia. "Iya, Nduk. Cuma goreng jamur, tadi kata ibumu, punya sekresek jamur tiram, yaudah Budhe goreng aja."

"Nanti jadi dibeliin asem-asemnya, Budhe?"

"Lho, jadi pergi to kamu, Nduk?"

"Iya, Budhe." Adhnia segera berjalan menuju keran air di bagian belakang rumah; dibagian luar dekat tanaman bonsai yang masih kecil. Air yang cukup dingin seakan selaras dengan panasnya Jogja siang itu. Kecantikan Adhnia semakin terpancar ketika dia usai mensucikan dirinya dengan air wudu. Tangannya menengadah untuk membaca doa.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang