15 | Alasan Semuanya Berubah

33 5 0
                                    

“Dengan lagu BiancaDimas kali ini, Nyiar On The Road bakalan berakhir nih. Dan kepada semua pengunjung car free day yang sudah menemani kami, kami ucapkan terima kasih.”

“Wah bener banget nih Adh, dan jika kami ada salah saya, Ayu,” kata Ayu sembari berdiri diikuti Adhnia yang juga berdiri dengan senyum mereka menyahuti perkataan Ayu.

“Saya Adhnia.”

Keduanya kini mengalunkan permintaan maaf secara bersamaan dan dengan lantangnya dan membungkuk untuk membuat permintaan maaf itu begitu tulus. “Mengucapkan maaf dan terima kasih banyak telah hadir. Lagu terakhir, BiancaDimas dengan Seperti Selamanya. Bye bye~

Beberapa orang yang memang melihat Lakuna Radio──radio tempat Adhnia bekerja──bertepuk tangan riang. Adhnia dan Ayu melambaikan tangan dan lagu milik BiancaDimas berdendang mengiringi berakhirnya siaran jalanan yang rutin dilakukan Lakuna Radio setiap dua minggu sekali. Kadang siaran di jalan itu dilakukan saat Minggu di car free day di daerah Tugu. Kadang hari Sabtu malam di Jalan Malioboro atau jika ada sponsor yang bersedia menaungi, Lakuna akan melakukan siaran di mall.

Baik Adhnia, Ayu atau staff yang lain bersiap menata semua barang yang telah keluar ke dalam mobil VW unik milik Lakuna. Adhnia dan Ayu menerima air mineral dingin dari Dewi──salah satu staff Lakuna yang bekerja untuk menyiapkan snack dan minuman kepada announcer──dan segera menegaknya bersamaan.

Adhnia menghela napas panjang dan duduk di salah satu tempat duduk yang telah disediakan di bawah rindangnya pohon pinggir jalan. Ayu ikut duduk. Suasana masih terbilang ramai. Angga yang saat itu hanya menemani acara menawarkan makanan ringan kepada keduanya. Adhnia dan Ayu menganggukinya dengan segera dan secepat kilat berjalan menuju deretan penjual makanan jalan yang nikmat.

“Kenapa to, Adh. Muka kok ditekuk ngono. Kamu ni anak Lakuna tercantik termanis lho. Mau citramu turun cuma gara-gara cemberut?”

He ... opo to, Yu. Nggak lah, masih cantik Dinda, masih manis kamu to.”

Ayu nyengir, senang dipuji manis oleh Adhnia. Hening. Adhnia menghabiskan satu botol air mineral hanya dalam beberapa tegakan. Dia merasa sedikit tak bersemangat. Beberapa hari belakangan. Dinda tak ada kabar sama sekali sejak dua hari yang lalu memberikannya selamat atas bukunya yang akan diangkat ke layar lebar.

Koe kenapa to, Adh?”

Angga yang sudah kembali usai membeli beberapa plastik makanan itu membuyarkan lamunan Adhnia yang campur aduk. Jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan ketika Angga dengan gamblangnya mengatakan, “Dinda katanya mau keluar dari Lakuna.”

Tanpa aba-aba dan persiapan, Adhnia terbatuk hingga wajahnya memerah. Ayu memukul keras lengan Angga yang diiringi pelototan. Angga sama sekali tak menyadari bahwa Dinda adalah topik sensitif bagi Adhnia akhir-akhir ini.

Aryo yang dari jauh pun harus mendekati ketiganya ketika Adhnia tak kunjung berhenti terbatuk. Dengan siaga Aryo memukul tengkuk Adhnia dan berhasil mengeluarkan bulatan bakso yang gagal dikunyahnya dari tenggorokan. Adhnia mengeluhkan kepalanya pusing dan panas. Pedasnya sambal seakan berhasil masuk ke gendang telinganya. Air mineral Ayu dirampas dan segera dihabiskan oleh Adhnia.

Angga mendekati Adhnia dan segera meminta maaf karena telah mengatakan hal deminian, “Adh maaf lho. Aku nggak tahu nek kamu belum tahu. Kupikir sebelum Dinda mau keluar dia wes ngomong sama kamu.”

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang