Chapter 2 - Who Are You?

28.6K 1K 25
                                    

Tristan

1st chuckle.

2nd chuckle.

Dari sorot mata hitam pekatnya yang begitu memikat, terlihat sangat jelas jika dia begitu senang.

Tawa kecil itu masih aku dengar dengan baik, hingga beberapa menit setelahnya, entah berapa menit, senyum tidak lagi terlihat di bibir sexy-nya. Semakin lama terlihat semakin panik dan kurasakan tangan lembutnya kembali menepuk-nepuk pipiku.

"No, no," ucapnya dengan panik, sangat panik dengan tangan yang masih menepuk-nepuk pipiku.

"No, please, no."

Oh God, apa yang terjadi dengannya hingga dia terlihat begitu panik. Atau apa yang terjadi dengan diriku lebih tepatnya.

Beberapa kali aku mendengar suara lembutnya yang terdengar sangat khawatir saat mengucapkan kalimat yang sama. Seharusnya aku tidak perlu khawatir, aku masih mendengar suaranya, namun, suara itu semakin lama semakin pelan hingga hanya bibirnya yang terlihat bergerak pelan dan pandanganku tidak lagi jelas.

Oh no, apa yang terjadi deganku. Aku berusaha keras untuk tetap sadar namun usahaku sepertinya sia-sia, seketika semuanya menjadi gelap dan sunyi.

🍁🍁🍁🌿🌿🌿

"Hentikan, Nona."

WHAT?

Aku yakin itu bukan suara kakakku, the dictator Nathan, bukan pula suara pamanku. Yakin, 100% yakin, aku belum pernah mendengar suara laki-laki itu sebelumnya.

Semua masih tampak gelap, mataku masih terpejam dengan sempurna. Kurasakan tubuhku yang masih terdiam, begitu lemas, hingga hanya sedikit gerakan yang aku buat, mungkin hanya tangan, hmm, sesekali kakiku.

"Jika Tuan Besar melihat Nona seperti ini, dia akan marah besar. Juga Nyonya besar, pasti akan sangat kecewa dengan Anda, Nona."

Oh, kalimatnya begitu panjang, masih dari suara yang sama. Suara yang aku yakin beberapa meter jaraknya dariku, bukan di depanku, bukan juga di sebelahku.

"Saya mohon, Nona."

Hmm, ya, nada suara itu benar-benar memohon. Tunggu, dia berbicara dengan siapa? Tidak ada satupun suara yang aku dengar kecuali suara laki-laki itu. Apa dia sedang berbicara sendiri? Apa dia sedang mengigau? Atau aku hanya bermimpi sekarang? Aku yakin pilihan terakhir tidak tepat untukku, aku yakin ini bukanlah mimpi.

"Diamlah, John."

My goodness.

Suara lembut juga sexy itu lagi. John, hmm, sebelumnya aku mendengar gadis itu menyebut nama John. Okay, aku yakin 100% ini bukan mimpi, ini nyata. Perlahan, sangat perlahan, mataku kembali mengerjab. Aku harus bangun!

Tidak mudah memang, dalam beberapa  detik, mataku tertutup kembali. Cahaya ruangan ini begitu menyilaukan, entah di mana ini, yang pasti tubuhku terbaring sempurna, bukan di deck dari sebuah yacht seperti sebelumnya saat mahkluk cantik itu memangku kepalaku,  melainkan di tempat tidur, hmm, king size, begitu empuk apalagi dengan selimut tebal yang menutup sempurna tubuhku hingga bagian perut.

Sesaat aku mencoba membuka mataku kembali, berusaha menyesuaikan mataku dengan cahaya di ruangan ini. Ya, bukan cahaya menyilaukan, kenyatannya hanya lampu dengan cahaya keemasan yang memberikan efek yang menenangkan. Mungkin aku terlalu lama memejamkan mataku hingga sedikit cahaya saja bisa membuat mataku terkejut.

"Mereka tidak akan menyalahkanmu," suara lembut juga sexy itu kembali terdengar, "akan kukatakan jika kamu sudah mengingatkanku, hanya saja aku yang mengabaikanmu. Hmm, ya begitulah kenyatannya."

The Enemy in My Bed - #hackerseries 2.0 [✅] 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang