Chapter 66 - Brunnet Hair, Blue Eyes, Peach Lips, Would You Tell Me Who You're?

3.9K 311 16
                                    

Tristan

She'll be safe!

Beberapa kali aku meyakinkan diriku. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi nanti. Rumah sakit itu seharusnya aman. Rumah sakit paling lengkap juga paling besar di Amsterdam. Dan aku memilih ruangan itu, ruangan VVIP, dengan tingkat security paling tinggi dibandikan dengan ruangan lainnya.  

Aku tahu dia sedikit ketakutan, terlihat begitu jelas perubahan ekspresinya saat aku mengatakan akan meninggalkannya walau dia menutupinya dengan dengan senyum.

Entah apa yang terjadi dengannya, berkali-kali dia menciumku sebelum aku bisa pergi meninggalkannya, serasa takut aku tidak kembali lagi hingga pelukannya tidak lagi erat namun begitu kuat.

Butuh beberapa menit bagiku untuk meninggalkannya. Bukan karena aku tidak ingin cepat pergi, namun dia menahanku, dengan terus dan terus memelukku, juga menciumku, oh no, aku yang menciumnya pada akhirnya.

Sebenarnya, tidak masalah, aku tidak dikejar waktu sekarang, hanya saja, aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bertemu mereka nanti. Seperti yang kukatakan padanya, ya, memberikan sedikit kejutan baginya. 

Jari-jariku masih sibuk dengan ponselku, sesekali melihat jalanan di depanku. Mobil yang aku pinjam dengan paksa ini, yang masih kukendarai dengan kecepatan maksimum.

Brunnet hair, blue eyes, peach lips.

Well, aku mencari gadis itu, pemilik mobil ini yang sudah sembarangan menciumku. Hal yang membuatku ingin mengumpat keras saat mengingatnya. Oh God, dia satu-satunya gadis yang tidak kukenal, yang berani menciumku di hari pertama kami bertemu. Tidak ada yang berani melakukan itu padaku lebih tepatnya, selain makhluk cantik itu, ya, Chloe, gadisku. itupun karena dia dalam pengaruh alkohol.

Jujur saja, yang sering kudapati adalah, mereka, gadis-gadis di luar sana, hanya tersenyum mengulum saat melihatku, entah apa yang ada di pikiran mereka, aku tidak peduli sebenarnya, hanya saja terkadang aku risih melihatnya apa lagi dengan tatapan mereka yang seperti menginginkan lebih, tidak hanya menatap tetapi, sedikit menyentuh, bagian manapun dari wajahku. Girls, aku tidak begitu paham, mereka sungguh membingungkan.

Sesaat aku teringat akan Freya. Aku akui, dia gadis yang cantik, ya, secantik Chloe, apalagi dengan mata hijaunya, mata yang sama dengan Thea, istri kakakku satu-satunya, walau tentu saja Thea jauh lebih cantik dari Freya. D*mn, dia memang beruntung, mendapatkan gadis, oops, wanita secantik Thea, dan yang lebih membuatnya semakin beruntung adalah Thea begitu mencintai kakakku. Berharap bernasib yang sama dengan kakakku suatu hari nanti, ya, mungkin, aku sendiri tidak yakin akan memiliki cinta yang sehebat mereka nanti.

Kembali kepada Freya. Aku belum bisa mengatakan banyak tentangnya sekarang, yang pasti dia satu-satunya gadis yang berani mengecup bibirku. Berawal dari hal simple pada awal cerita kami bertemu, hingga sekarang, dia masih saja mengecup bibirku setiap kali dia berpisah denganku. Kapanpun dan dimanapun itu, seperti itu adalah kebutuhan wajib yang harus dipenuhinya, walau beberapa kali aku sempat menghindar, namun, di lain pertemuan,  dia tetap melakukannya, hingga, aku tidak lagi melakukan apapun saat dia mengecup bibirku. Hanya sebuah kecupan, tidak begitu mengganggu. Apa ada yang salah? Sekali lagi, girls, begitu membingungkan.

Brunnet hair, blue eyes, peach lips.

Kini aku melihatnya. Menemukan di mana dia tinggal lebih tepatnya. Tidak jauh, dibutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk mencapai lokasinya. Itu tidaklah buruk, setidaknya aku masih ada waktu untuk bertemu mereka nanti.

Brunnet hair, blue eyes, peach lips.

Gadis bermata biru itu masih di tempat yang sama dari pertama aku menemukan rumanhnya, oh, no, mansion lebih tepatnya. Dia masih duduk di kursi putih di sebuah taman. Taman yang begitu luas yang berada di depan mansion yang didominansi warna putih itu.

The Enemy in My Bed - #hackerseries 2.0 [✅] 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang