part 9

153 3 0
                                    

Maaf baru bisa update cerita lagi...

Aku melangkah mundur. Tapi andra mencegahku. Tatapannya mengiba.

"Maafkan aku mas aku ga bisa, besok Fariz melamarku." Andra lemas. Aku melangkah kearah pintu.
"Mas. Kejar dia, yakinkan dia." Suara tika menyemangati Andra.

Andra berlari menyambar tanganku yang sudah melangkah memasuki taksi.

"Please audri, dengar permintaanku ini. Ok aku akan memberimu waktu." Aku berhenti. Tangan Andra erat di jemariku. Andra menuntunku ke sebuah taman kecil dekat musola rumah sakit. Kami duduk di bangku bawah pohon beringin yang menjulang perkasa.
"Audri, kamu bukan mau jadi madu dalam hidupnya tika, tapi kamu surga yang dipilih tika untukku. Dan jalan menuju surganya." Mata itu menatapku hangat penuh kasih. Arghh bukankan mata itu selalu menatapku seperti itu, tapi aku baru memahami maknanya sekarang.

"Kak, tak ada wanita yang rela berbagi dengan wanita lain di dunia ini. Jika itu ada bahkan setingkat istri nabipun masih punya rasa cemburu. Aku tak mau jadi wanita jahat."

Andra merengkuh tubuhku dalam kekar dadanya yang bidang.

"Kamu mencintaiku Ri?" Pertanyaan konyol yang tak mampu kujawab.

"Please audri syaukina. Jawab, jangan bohongi hatimu. Matamu tak mampu mengelak." Lagi dan lagi katanya menohok hatiku yang sebenarnya menggelora tak menentu. Semuanya campur aduk.

"Tidak kak, kau milik orang lain. Aku gak berhak memiliki rasa itu. Aku.." dan telunjuk itu berhasil membungkamku. Telunjuk yang dengan lembut menelusuri lekuk bibirku, dan merapikan anak rambutku yang liar mengganggu pipiku. Lalu beberapa detik, bibirku kembali dibungkam oleh sesuatu yang seakan melambungku ke udara. Dan membuatku terengah - engah karna sesak kehabisan oksigen.

"Maaf, aku memotong pembicaraanmu yang tak mungkin berhenti." Suara andra makin membuatku memerah, aku tak sanggup menatapnya lagi dan aku takut dia akan mencuri aset berhargaku yang sebenarnya aku nikmati walaupun sesaat.

"Aku mau pergi kak,"

"Audri, apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan kamu, tika tak akan lama lagi akan meninggalkanku. Bahkan dia sudah berwasiat agar aku menikahimu."

Mataku tercekat. Langkahku terhenti. Ada ribuan tombak yang kini menancap di jantungku. Tombak itu mengoyak pendirianku. Yang selama ini aku bangun dengan kokoh.
########

Bahkan sore itu keluaga Fariz yang kunantikan tak kunjung datang. Sms di ponselku bergetar.

"Audri. Maafkan aku yang sudah mengganggumu. Aku tahu cintamu tak pernah terpahat untukku. Andra telah mencuri hatimu. Aku ikhlaskan kamu untuk bersamanya. Sebenarnya andra adalah kakak sepupuku. Aku tahu dia yang terbaik untukmu.

Fariz

Aku menutup mulutku yang terkejut. Belum sempat aku menutup ponsel. Suara ketukan pintu kamar terdengar.

"Audri, ikut ibu ke depan." Wajah ibu terlihat serius

Aku terpaku melihat sosok di depanku. Sosok yang tak berhenti menghantuiku. Kak Andra?

"Jadi begini bu. Saya bermaksud untuk meminta..." ibu memotong kata - kata Andra.

"Aku tahu tujuanmu mendekati anakku dan aku tak bodoh andra. Dia masih polos tak tahu tipu muslihatmu, ibu mana yang mau anaknya dipoligami." Ibu dengan ketus menegaskan.

"Maaf sekali lagi bu, tolong  dengar dulu penjelasan saya." Andra dengan panjang lebar menjelaskan tujuannya yang saat ini dihadapkan dengan permintaan istrinya tika agar dia menikah sebelum kematian menjemput tika.

Ibu masih bergeming ada hal yang mengganjal pikirannya bukan cinta andra, tapi reaksi orang lain terhadap audri, mereka yang tak tahu akan menyebut audri perusak rumah tangga orang bahkan menyebut audri istri muda atau kedua dan banyak sebutan lain yang tak rela ia dengar.

"Bu, audri insyaallah siap menanggung resikonya. Semuanya akan baik - baik saja. Percayalah." Aku memeluk ibu.

Andra berlutut di kaki ibu.
" Bu aku memohon untuk mengizinkan putri ibu menikah, aku janji akan membahagiakannya."tatapan Andra seperti meluruhkan deru nafas ibu.

Ibu mengangguk. Andra mencium tangan ibu. Dan pamit.

SURGA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang