1

15.8K 1.4K 42
                                    

Keluarga Harrington punya tetangga baru di sebelah rumah hari ini. Dan Rachel tidak akan mengatakan bahwa ia tidak tertarik dengannya. Bagaimana tidak? Wajah tampannya dikarunia sepasang mata tajam beraura misterius, hidung mancung, bibir tipis, rahang tegas juga dagu yang runcing. Rambutnya berwarna abu berkilau, sedikit panjang dan dibelah tengah, membuatnya terlihat dewasa namun juga tidak meninggalkan sisi mudanya. Dan, oh, jangan lupakan soal tubuhnya yang benar-benar proporsional bak seorang model. Penampilannya benar-benar sempurna!

Ia dan keluarganya baru datang pagi tadi, walau Rachel tidak yakin apa ia bisa menyebut itu keluarga karena hanya terdiri darinya dan seorang pria yang terlihat lebih tua darinya, yang juga tak kalah tampan, hanya saja lebih pendek. Rachel pikir akan ada keluarganya yang lain datang, namun ternyata dugaannya salah. Karena sampai sore ini, Rachel perhatikan tak seorang pun mengunjungi mereka.

Rachel bisa memperhatikannya dengan jelas lewat jendela kamarnya yang mengarah langsung ke halaman depan rumah si tetangga baru. Lelaki itu kini tengah mengenakan baju kaos hitam polos yang entah kenapa terlihat begitu hot di mata Rachel. Pakaian yang agak ketat itu benar-benar mengikuti lekuk badannya dengan sempurna, mengekspos dada bidangnya.

Rachel tidak yakin tepatnya apa yang sedang ia lakukan. Tapi sepenglihatannya, lelaki itu sedang berdiri di halamannya. Kedua tangannya ia masukkan di masing-masing kantong celananya. Sedangkan kepalanya agak ditengadahkan dan matanya ditutup. Wajahnya diterpa dan rambutnya yang indah ia biarkan dimainkan angin sepoi-sepoi. Sepertinya ia menikmati angin sore di halaman barunya.

"Rachel, keberatan membantu ibu memasak makan malam?"

Rachel menoleh ke arah suara dan mendapati seorang pemuda tengah berdiri di ambang pintu kamarnya sambil mengucek-ucek mata, tentu saja setelah ia membuka pintu itu tanpa ijin.

"Tak tahukah kau cara mengetuk?!" protes Rachel.

"Ibu menyuruhmu turun dan membantunya," Jelas ia tidak menggubris protes Rachel.

"Kenapa bukan kau saja?!"

"Aku malas dan..." Ia menggantung kalimatnya lalu menguap. "Hoaamm... mengantuk,"

"Aku sedang sibuk!"

"Sibuk apa?" tanyanya. Namun kemudian ia melirik ke arah jendela kamar di belakang Rachel. "Oh, sibuk mengintipi tetangga baru kita?" tebaknya sambil menarik sudut kanan bibirnya, menciptakan sebuah senyum aneh yang seolah menggambarkan ia baru saja menangkap basah Rachel.

Namun tebakan itu berhasil membuat si pemilik kamar gelagapan. "T-tentu saja tidak!" tukasnya.

Senyumnya semakin lebar. "Oke, aku rasa aku akan turun, membantu ibu, daaan menceritakan padanya bahwa putri kesayangannya sedang memperhatikan tetangga baru kita lewat jendela kamarnya,"

"Kenzie!"

Ia membalikkan badannya. "Cepat, tukang intip," ejeknya lalu berjalan meninggalkan kamar Rachel.

Gadis itu mendecakkan lidah. Ia tahu betul apa yang akan pemuda kurang kerjaan itu lakukan. Tentu saja mengadu pada ibu! Dan tak ada yang bisa Rachel lakukan selain mengejar dan mencegahnya melakukan itu.

Namun sebelum Rachel akhirnya berlari keluar kamar, ia menyempatkan dirinya untuk melirik ke arah tetangga barunya itu lagi. Ia masih berdiri di sana, di posisi yang sama. Hanya saja matanya tidak tertutup lagi, dan kepalanya tidak menengadah menatap langit. Melainkan menatap ke arah kamar Rachel. Memperlihatkan dengan lebih jelas wajah sempurnanya yang diterpa cahaya matahari terbenam.

Matanya menatap tajam, seakan dapat melubangi kaca jendela milik Rachel. Tatapannya dingin, namun itu justru membuat wajah si gadis memanas. Sudut bibir kanannya perlahan terangkat, menyungging sebuah smirk. Sebuah senyuman miring yang menantang.

neighbor with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang