5

9.3K 1.2K 70
                                    

"Apa kau bangga dengan tubuhmu?" adalah pertanyaan yang kelewat tiba-tiba untuk dilontarkan oleh seorang Rachel untuk kakaknya.

Saat ini, setelah makan malam, mereka berdua tengah berada di ruang tengah sambil menonton TV dengan Rachel duduk di sofa dan Kenzie berbaring sambil menjadikan paha adiknya sebagai sandaran kepala. Kedua orang tua mereka sedang pergi dan lagi-lagi meninggalkan mereka berdua di rumah. Namun kali ini mereka tampak akur. Buktinya sejak tadi tidak terdengar keributan di antara mereka. Rachel justru membiarkan kakaknya itu bergelut manja di sofa sambil memain-mainkan rambutnya. Mood mereka berdua sedang bagus.

"Pertanyaan macam apa itu?" tanya Kenzie dengan suara mengantuk. Tentu saja permainan jari Rachel pada rambutnya membuatnya mengantuk.

Dan kenapa lagi Rachel bertanya hal semacam itu kalau bukan karena Gray? Rachel kini mulai berpikir akan kemungkinan lain yang menimpa Gray, yaitu gangguan kejiwaan. Bukan hanya karena lelaki itu berniat memperlihatkan badannya saat di sekolah tadi, namun juga karena ia menghujam Rachel dengan tatapan seperti seorang pembunuh sepanjang perjalanan pulang karena Rachel telah menguncinya.

"Tidak, hanya saja... umm... aku... ada seseorang yang benar-benar bangga dengan tubuhnya dan... ia selalu ingin memamerkannya...," ujar Rachel akhirnya.

"Seorang laki-laki memang seharusnya bangga pada tubuhnya sendiri," kata Kenzie sambil menguap.

"Begitukah?"

Kenzie mendadak terdiam, ia tampak sedang berpikir. Perhatiannya yang awalnya tertuju pada layar TV tiba-tiba beralih ke adiknya. "Apa ada laki-laki yang ingin memperlihatkan kemaluannya padamu?" tanyanya lirih.

Rachel membelalakkan matanya. "A-apa? Tidak! Bukan itu maksudku!"

Kenzie beranjak dari posisi berbaringnya, ia kini duduk sambil menghadap Rachel. Wajah mengantuknya hilang dan berubah berbinar-binar. "Tidak perlu malu, Rachel, itu wajar. Umurmu sudah 15 danㅡ"

"17," potong Rachel.

"Oh, oke, 17, dan amat sangat wajar jika ada yang mengajakmu melakukan seks," ujar Kenzie santai.

"Seks apa?! Wajar kau bilang?!!" protes Rachel dengan mata melotot.

"Aku serius!" kata Kenzie. Ia lalu menempelkan telunjuknya di bibirnya. "Tapi jangan beritahu ayah dan ibu kalau aku mengatakan ini padamu, oke? Aku pertama kalinya melakukannya di umur 16 tahun dan itu benar-benar luar biasa," bisiknya.

"Kenzie, kau gila...," desis adiknya. Gadis itu lalu beranjak dari sofa, berencana meninggalkan kakaknya yang bodoh itu. "Percuma bicara denganmu," katanya ketus.

Namun sebelum Rachel berhasil pergi, Kenzie telah mencegahnya dengan memegang lengannya. "Hei, hei, tunggu sebentar. Mungkin seks di umur muda terkesan main-main bagimu tapi ini tidak sebercanda itu, oke?"

Rachel memutar bola matanya. "Sebenarnya apa maksudmu?"

"Aku mau seks pertamamu terasa luar biasa," kata Kenzie lirih sambil tersenyum miring.

***

Rachel menghempaskan tubuhnya pada tempat tidurnya. Wajahnya ia benamkan dalam-dalam pada bantalnya. Semua perkataan Kenzie kini berputar-putar di kepalanya. Handjob, blowjob, woman on top, doggy style, anal. Geez, Rachel tidak percaya ia akan menerima pelajaran tentang itu semua dari kakaknya. Bukannya Rachel tidak tahu tentang istilah-istilah itu, ia sering mendengar itu dari cerita dan video dewasa di internet, hanya saja ia tidak habis pikir Kenzie akan menjelaskan semua hal itu padanya.

Rachel menghela napas. Akhirnya ia memutuskan untuk melupakan pelajaran seks yang diberikan Kenzie itu dan memilih untuk tidur. Namun baru saja ia akan memejamkan matanya, ponselnya berbunyi. Ia mendengus. Dengan kesal, akhirnya ia mengambil ponsel itu dan mengangkat telepon yang masuk tanpa melihat si penelepon terlebih dahulu.

neighbor with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang