10

14.7K 1K 88
                                    

"Kau baik-baik saja?" adalah pertanyaan yang Kenzie tanyakan pada adiknya begitu gadis itu keluar dari kamarnya keesokan paginya.

"Tentu saja," jawab Rachel berusaha senormal mungkin.

Kenzie memicingkan matanya. Ia menarik kerah sweater yang Rachel kenakan. "Tumben sekali kau memakai turtle neck ke sekolah," komentarnya.

Rachel menepis tangannya. "Ini sedang trend!" tukasnya sambil membenarkan kerah tinggi pakaiannya. Well, jenis pakaian yang memang sangat jarang ia kenakan ke sekolah. Namun ia tidak punya pilihan lain kalau ia tidak mau orang-orang melihat lehernya yang dipenuhi kissmark.

"Trend apanya," remeh Kenzie sambil berlalu melewati Rachel dan berjalan menuruni tangga. Rachel mengikutinya dan kedua bersaudara itu kemudian berkumpul bersama orang tuanya, menikmati sarapan bersama seperti biasanya.

Sejurus kemudian, Rachel dan Kenzie selesai dengan sarapan mereka lalu keluar rumah. Di depan rumah mereka, mobil keluarga Winterstorm telah menanti mereka. Seperti biasa, sapaan dan senyum Jaime menyambut mereka dengan hangat. Rachel menyempatkan dirinya melirik Gray yang duduk di sebelah Jaime. Lelaki itu juga tengah meliriknya. Namun Gray tiba-tiba menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. Entah apa yang menurutnya lucu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jaime pada adiknya.

Gray berdehem, berusah menstabilkan suaranya. "Ya, tentu," jawabnya dengan suara bergetar karena menahan tawa.

"Kau tampak senang hari ini, Gray," komentar Kenzie.

Gray menoleh ke belakang, ke arah Kenzie. Namun sudut matanya melirik ke arah Rachel. Sebuah senyuman manis terulas di bibir tipisnya. "Kau benar, Kenzie. Aku sangat senang hari ini,"

Menangkap maksud senyuman itu, Rachel tersenyum tipis sambil tersipu. Kenapa lagi kalau bukan karena semalam?

"Rachel juga tampak senang," ujar Kenzie. "Ia mimpi basah semalam," bisiknya.

Rachel membulatkan matanya. "Kenzie!" serunya.

Gray kembali berusaha menahan tawanya dan Jaime menggeleng-gelengkan kepala. "Wow, Rachel,"

"Sial!" umpat Rachel sambil melemparkan tatapan mematikan untuk sang kakak.

Kenzie hanya tertawa terbahak-bahak. Rachel menghela napas. Diam-diam ia bersyukur dalam hati: lebih baik Kenzie mengiranya bermimpi basah dibanding melihatnya melakukan seks bersama tetangganya. Ya, mereka memang benar-benar melakukan itu hingga Kenzie menginterupsi mereka.

Untungnya, pintu kamar Rachel terkunci saat kakaknya itu berusaha membukanya. Jadi Gray dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengenakan pakaiannya dan memanjat keluar jendela. Dan Rachel juga buru-buru berpakaian dan membukakan pintu untuk kakaknya.

Ia ingat betul bagaimana ekspresi Kenzie malam itu. Dengan nada cemas ia bertanya kenapa Rachel mengerang. Namun gadis itu mengelak dan mengatakan bahwa ia tidak melakukan apa-apa. Dan karena itulah Kenzie menyimpulkan bahwa adiknya bermimpi basah.

Rachel melirik Gray, yang kini tengah tersenyum puas dalam diam. Kini tetangganya itu seharusnya berhenti mengejeknya dengan sebutan 'kecil'. Apa yang mereka berdua lakukan semalam seharusnya cukup untuk membuktikan bahwa Rachel sudah dewasa. Terlebih lagi, Rachel menikmatinya.

Saat Rachel sedang menikmati untuk memandangi Gray, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dan itu berhasil membuat Rachel menoleh ke arah Gray lagi. Namun Gray mengalihkan pandangannya.

From: +8212041994
Berhenti menatapku. Kau terlihat seperti psikopat yang akan memperkosaku.

Rachel tersenyum tipis sebelum akhirnya membalas pesan yang ia terima, yang tak lain adalah dari Gray, walau mereka berada di dalam mobil yang sama dan berjarak tak lebih dari semeter.

To: +8212041994
Kaulah psikopat yang telah memperkosa orang.

From: +8212041994
Tapi orang itu tampak menikmatinya.

Rachel kembali tersenyum sembari membalasnya.

To: +8212041994
Kau benar wkwkwk

Gray tidak segera membalas. Itu membuat Rachel kembali menatapnya. Namun beberapa saat kemudian Gray kembali berkutat pada ponselnya dan Rachel kembali menerima sebuah pesan.

From: +8212041994
Jaime akan pergi malam ini.
Ayo lanjutkan apa yang kita tunda kemarin malam.
Kali ini di kamarku?

Seulas senyum tipis otomatis tersungging di bibir Rachel kala membaca pesan yang satu itu. Ia memang sedang berada di suatu keadaan antara percaya atau tidak. Jujur saja, semua yang ia lakukan dengan Gray semalam masih terasa seperti mimpi baginya. Bagaimana ia bisa menikmati abs Gray sesuka hatinya, bagaimana Gray mencium bibir dan memainkan puting payudaranya, bagaimana batang Gray yang keras menyeruak memasuki lubangnya. Geez, Rachel bisa saja 'keluar' hanya dengan memikirkannya.

Terlepas dari fantasi liarnya, Rachel tak pernah menyangka ia akan benar-benar melakukan seks bersama seorang Gray Winterstorm yang sempurna. Dan lihatlah, sepertinya tetangga barunya itu belum puas hanya dengan yang tadi malam.

Salah satu ujung bibir Rachel terangkat, mengulas sebuah smirk yang biasa Gray berikan untuknya. Jemarinya mulai mengetik balasan untuk pesan Gray yang ia terima itu. Dua kata yang akan memulai barter keuntungan untuk memuaskan libido di antara kedua remaja yang saling bertetangga itu.

To: +8212041994
Siapa takut?

ㅡThe Endㅡ





















makasih banyak buat yang sudah baca, vote juga comment ♡

say goodbye to Gray Winterstorm :')

say goodbye to Gray Winterstorm :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
neighbor with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang