Ada yang sedikit berbeda di pagi ini di dibanding pagi-pagi sebelumnya. Ketika Rachel dan Kenzie pergi keluar rumah mereka untuk menemui Jaime dan Gray yang biasanya telah menunggu bersama mobil mereka di depan rumah, kini dua bersaudara tampan itu tidak terlihat. Kenzie harus pergi mengunjungi rumah mereka untuk memastikan kalau-kalau mereka telah berangkat ke sekolah lebih dulu atau tidak akan berangkat. Namun ternyata, tetangganya itu masih berada di rumah mereka.
"Maaf kami sedikit terlambat," ujar Jaime saat Rachel dan Kenzie masuk ke dalam mobilnya setelah kedua Winterstorm bersaudara itu selesai bersiap-siap, atau tepatnya Gray yang butuh waktu lama untuk bersiap-siap.
"Tidak masalah," sahut Kenzie. Kemudian ia beralih pada Gray. "Apa kau sudah sembuh, kawan? Jaime bilang kau demam kemarin," tanyanya.
Gray menoleh ke belakang. Ia tersenyum dan Rachel memperhatikannya. Itu senyum yang berbeda. Bukan senyum miring yang biasa ia ulas untuk menantang atau mengejek Rachel. Namun seulas senyum simpul yang manis.
"Tentu saja," jawabnya. Pandangannya beralih pada netra Rachel, menatap dalam-dalam penuh arti. "Itu semua karena tidur nyenyakku semalam,"
Rachel menangkap maksud senyum dan perkataan itu. Itu semua ditujukan untuknya. Dan kenapa lagi kalau bukan karena apa yang mereka berdua lakukan semalam? Setelah akhirnya Rachel yang menyelesaikan tugas Gray, gadis itu menemukan si lelaki tertidur dengan polos di sampingnya. Terlalu terbuai dengan ketampanan sekaligus terlalu menikmati untuk membelai rambut indahnya, Rachel tidak tega untuk membangunkan Gray dan akhirnya ia ikut tertidur di sebelah lelaki itu.
Namun malam yang indah itu berakhir dengan gedoran pintu dari Kenzie di keesokan paginya ㅡyaitu tadi pagi. Rachel bersyukur ia tidak lupa untuk mengunci pintunya, karena jika tidak, ia tidak tahu bagaimana reaksi Kenzie kala melihat adiknya bergelut di bawah selimut bersama tetangga barunya! Namun itu cukup untuk membuat Rachel dan Gray terbangun dari tidur nyenyak mereka. Kemudian Gray harus buru-buru memanjat keluar jendela dan berlari masuk ke rumahnya sebelum Jaime menyadari bahwa ia tidak ada di kamar.
"Ya, tidur nyenyak yang berujung membuatmu bangun kesiangan," sindir Jaime tanpa mengalihkan fokusnya dari menyetir.
Gray hanya terkekeh pelan. Dan Rachel masih memperhatikannya dalam diam. Pagi ini lelaki itu terlihat berbeda di mata Rachel. Ada sorot berbinar-binar yang dipancarkan matanya. Belum lagi senyum manis yang terulas di bibir tipisnya itu. Gray Winterstorm terlihat senang hari ini.
***
Sore itu Rachel dan Kenzie sedang bersantai di ruang tengah, menonton TV. Seperti biasa, sang kakak berbaring di sofa dan adiknya memain-mainkan rambutnya. Beberapa kali terdengar uapan mengantuk dari sang kakak, namun ia sama sekali tak ada niat untuk beranjak dari pembaringannya dan pindah ke kamarnya lalu tidur.
Tok tok tok.
Terdengar suara pintu mereka terketuk. Rachel menghela napas. Terlalu malas untuk beranjak dari sofa, ia mengguncang tubuh kakaknya. "Kenzie, buka pintunya," katanya malas.
Kenzie tidak menjawab. Terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya. Dan itu membuat Rachel mendengus. Kakaknya sudah tidur.
Akhirnya gadis itu melawan rasa malasnya, berdiri dari sofa dengan amat sangat terpaksa. Ia berjalan menuju pintu sambil merutuki siapapun yang mengetuk pintunya itu karena telah mengganggu acara bermalas-malasannya. Namun hanya dalam waktu sedetik, rutukannya berubah menjadi kupu-kupu yang menggelitik senang dalam perutnya.
"Hai, Rachel," sapa si pengetuk pintu.
"Umm, hai, Gray," balas Rachel kikuk.
"Aku mau meminjam mesin pemotong rumputㅡ" Gray tersenyum sambil memiringkan kepalanya. "ㅡkalau kau punya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
neighbor with benefits
Short Story"Kutebak kau tidak pernah melihat satu abs pun secara langsung. Jadi aku akan berbaik hati memperlihatkan milikku, bagaimana menurutmu?" adalah rentetan kata tidak masuk akal yang memulai sebuah barter keuntungan di antara dua remaja yang saling ber...