"Ayah, bisa kau antar aku ke sekolah hari ini?"
Pertanyaan tiba-tiba dari putrinya di pagi hari itu berhasil membuat Tn. Harrington mengalihkan perhatiannya dari koran. Ia membenarkan kacamata bacanya lalu mengernyitkan dahi.
"Bukankah Jaime mengatakan bisa terus memberikan tumpangan untuk kalian ke sekolah?" ia balik bertanya, memastikan.
Putrinya menundukkan kepala, memandangi pancake-nya yang sisa setengah. "Umm, memang... hanya saja... tidakkah itu merepotkannya?" katanya pelan.
"Apanya yang merepotkan?" tukas Kenzie sambil menuangkan sirup ke atas pancake-nya. "Tujuan kita kan sama. Sama-sama ke sekolah," lanjutnya.
"Ada apa, Sayang? Kau merasa tidak enak dengan tetangga kita itu?" tanya Ny. Harrington.
Rachel tertegun sejenak. "Umm... ya... tidak enak...," jawabnya lirih.
Ya, Rachel memang merasa tidak enak pada keluarga Badai Salju aka Winterstorm itu. Namun bukan karena Jaime yang berbaik hati mengatakan akan bersedia memberikan tumpangan untuknya ke sekolah setiap hari, melainkan karena si rambut abu yang melontarkan hal tidak masuk akal kemarin malam.
Masih segar dalam ingatan Rachel kalimat yang lelaki itu katakan: ia akan memperlihatkan abs-nya. 'What the fuck?' adalah seruan yang terus Rachel ciptakan dalam hatinya jika memori tentang kejadian itu kembali berputar di kepalanya.
Gadis itu memang sempat berharap untuk bisa mengobrol dan mengenal Gray lebih dekat. Dan kemarin malam adalah pertama kalinya bagi mereka untuk benar-benar mengobrol empat mata. Namun Rachel tak pernah berekspektasi untuk mendapatkan obrolan semacam itu. Dan Rachel tidak tahu ia harus bersyukur atau bagaimana ketika akhirnya Kenzie datang menghampiri mereka berdua dan mengajak Gray masuk ke kamarnya.
"Apa karena Gray yang tidak ramah itu?" tanya Ny. Harrington tiba-tiba, membuat Rachel yang sedang menelan kuenya hampir tersedak. Well, hampir.
"Ia baik jika kau mengenalnya," ujar Kenzie, membela teman barunya. "Kemarin ia ke sini, mengerjakan tugas bersamaku," kini perkataannya lebih ditujukan pada ayah dan ibunya yang memang tidak tahu tentang kedatangan Gray kemarin malam.
"Oh, benarkah? Itu bagus. Kau jadi punya teman belajar, Kenzie," komentar Ny. Harrington.
Kenzie mengangguk. Dari ekspresinya, Rachel dapat membaca kalau lelaki itu menyukai tetangga barunya itu, entah apa yang kakaknya itu sukai darinya.
"Tapi, Ayah... bisa, kan?" pinta Rachel lagi pada ayahnya.
Tn. Harrington menghela napas. Sedetik kemudian ia berkata yang berhasil membuat putrinya bungkam dalam pasrah.
"Jika Jaime memang mengatakan ia bersedia, itu berarti ia tidak merasa direpotkan, Rachel. Ayah sudah sering terlambat karena harus mengantar kalian ke sekolah. Lebih baik kau ikut bersama tetangga baru kita itu kalau kau tidak ingin jalan kaki,"
***
Gray Winterstorm adalah seseorang berkepribadian ganda. Atau tepatnya, ia dapat menutupi kepribadiannya yang lain dengan sempurna. Setidaknya begitu yang Rachel pikir.
Kemarin malam, ia bisa berbicara sambil mengulas senyum miring dan memberikan nada mengejek pada Rachel saat mereka hanya berdua, namun tingkah lakunya berbalik begitu mereka berada dalam satu mobil bersama Kenzie dan Jaime. Lelaki itu kembali pelit bahasa! Gray hanya akan menjawab sekadarnya saat Jaime atau Kenzie mengajaknya mengobrol. Selebihnya, ia hanya akan diam sambil memandang keluar jendela.
Jadi Rachel pikir lelaki itu malu pada dirinya sendiri. Well, mengatakan akan memperlihatkan tubuhnya pada tetangga barunya yang notabene adalah seorang gadis, tidakkah sebenarnya itu mempermalukan dirinya sendiri? Yah, kecuali abs-nya memang sekeren itu untuk dipamerkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
neighbor with benefits
Short Story"Kutebak kau tidak pernah melihat satu abs pun secara langsung. Jadi aku akan berbaik hati memperlihatkan milikku, bagaimana menurutmu?" adalah rentetan kata tidak masuk akal yang memulai sebuah barter keuntungan di antara dua remaja yang saling ber...