Bagaimana ini?
Rasi menutup mulutnya, menarik nafas panjang. Dia menilik Dipa sesaat. Lelaki itu bersandar di kursi bus, dengan mata terpejam. Entahlah, apa dia tidur, atau hanya tak ingin menikmati perjalanan ini. Rasi meremas ujung bajunya kuat, kembali menenangkan dirinya.
Sial.
Dia menggoyang tangan Dipa pelan, membuat lelaki itu membuka mata dan menoleh. Dia tidak tidur.
"Kenapa?"
"Aku mau muntah," ujar Rasi pelan, kemudian menutup mulutnya lagi.
Dipa melepas earphonenya cepat. Dia mendengar suara Rasi. Kalau pun tidak, dia bisa melihat bahasa tubuh Rasi yang kini menahan apapun dorongan dari perutnya. Dia segera membuka tasnya, mencari entah apa. Rasi menggembungkan pipinya, mencoba apa saja. Harusnya dia tak usah mengaku sok kuat tadi. dia memang selalu mabuk jika perjalanan bus lebih dari tiga jam.
Dipa menumpahkan peralatan mandi ke pangkuannya dan memberikan tas plastik pada Rasi. Rasi menggeleng, mendorongnya jauh.
"Jadi, gimana? Udah, ini aja."
Rasi menutup matanya, lalu mengambil tas plastik itu. Dia harus mengeluarkan ini. Biarlah harga dirinya terbawa keluar dengan muntahan di plastik Dipa.
"Rasi?" itu suara Arbil, yang bangun dan mendekati bangku Dipa. "Mabuk kamu?"
"I got this," kata Dipa. "Nggak papa."
"Dia nggak suka dipijet tengkuknya, Dip. Biarin aja." ujar Arbil menarik tangan Dipa di tengkuk Rasi.
Dipa menelan ludah, lalu melihat Arbil. "Oke. Nggak papa, kamu bisa balik ke bangku kamu, Bil."
"Kamu bawa minyak kayu putih?" dia bertanya pada Shena.
"Umh-" gumam Rasi. "Dip,"
Rasi menendang tas di dekat kakinya. Sebelum Dipa meraih tas itu, sebotol minyak kayu putih diulurkan Arbil padanya. Menekan rahangnya kuat, dia menerima minyak itu.
"Di telapak tangannya aja, Dip." suara Arbil terdengar tak sabaran.
Beberapa orang dari bangku yang berdekatan dengan Rasi melihat mereka.
"Buka aja jendelanya," usul seseorang. "Bawa minum, kan?"
Tangan Dipa cepat membuka jendela dan angin segar kontan menyerbu masuk. "Nggak papa, keluarin aja semuanya."
Rasi mengambil nafas panjang, mengutuki dirinya.
"Kamu ada kantong, Shen? Bagi sini." perintah Arbil.
Rasi melihat Dipa sekilas, lalu Arbil. Lelaki itu mengulurkan tangannya, meminta plastik yang dipegang Rasi. Lemah, Rasi memberikan plastik berisi muntahannya pada Arbil, yang kemudian dimasukannya ke dalam kresek hitam.
"Minum," Dipa menyodorkan air kemasan kecil.
Rasi menerimanya dan berterima kasih. Dia meneguk dua kali, lalu menyandarkan kepalanya ke kursi. Lalu, sebuah kain lembut mengusap bagian mulutnya. Dipa tersenyum kecil, lalu mengusap kepala Rasi. Dia kemudian mengambil tangan Rasi untuk dia olesi minyak kayu putih.
"Udah enakan?" tanya Arbil yang datang lagi, entah dari mana.
Rasi mengangguk. "Sorry, Bil." katanya pelan. "Aku nggak papa, udah lega. Balik sana,"
"Kamu sih, bodoh banget. Kalau mabuk ya ngaku mabuk, minum obat. Nggak malu kamu dilihatin adik kecil itu gara-gara muntah di mobil?"
Rasi mengikuti telunjuk Arbil, ke arah bocah berusia mungkin empat tahun yang melihat Rasi dari pangkuan ibunya.
"Enough Arbil," potong Dipa. "She is okay now!"
Arbil mendesah, lalu kembali ke kursinya. Masih terdengar ocehannya saat dia duduk di bangkunya. Rasi mendegus, lalu mengambil air putih lagi.
"Kamu mau permen?" tanya Dipa. Dia mengerok saku celananya dan mengeluarkan dua butir permen mint.
Rasi menggeleng. "Parah banget ya tadi?"
"Biasa aja, paling nggak kamu nggak muntah di lantai,"
Rasi menerima sapu tangan pemberian Dipa dan mengelap mulutnya lagi. Ada wangi Dipa yang tercium saat sapu tangan dipakainya.
"Kamu pusing?" tanya Dipa.
Rasi menelan ludah, lalu mengangguk.
Dipa segera melipat lengan tengah kursi bus agar dia bisa mendekat pada Rasi.
"Kenapa lagi, Ras?" suara Arbil kembali menginteruspi.
Tak memedulikan Arbil, Dipa meletakkan kepala Rasi di bahunya. Tangannya mengenggam tangan gadis itu seraya memberi pijatan kecil agar Rasi nyaman.
"Bentar lagi nyampe, istirahat dulu, ya. Mau makan sesuatu?"
"Cokelat?" jawab Rasi asal.
Dan entah Dipa ini peramal atau memang dia sengaja membawanya, nyatanya pria itu mengeluarkan potongan panjang cokelat dari dalam tasnya. Dia membukanya dengan sebelah tangan, lalu menyuapi Rasi sepotong kecil.
Really?
Peralatan mandi kamu berantakan di lantai bus, Dip.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Target
ChickLitMisi : Rasi akan menyatakan cinta. Target : teman baiknya sedari kecil, teman sedih dan senangnya, teman yang mereka bilang "match made in heaven." (OR NOT) Cerita ini fiksi. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan kejadian adalah tidak disengaja. All the...