The Accidental Ending

17.2K 2K 94
                                    

Pagi itu, mereka membuat kerajinan tangan di sentra oleh-oleh dan bisa dibawa pulang. Rasi membuat mainan kunci yang dibuatnya untuk teman-temannya di kantor. Dipa menghias sebuah mug dengan gambar tak jelas di mata Rasi, tapi tak jelek. Dia mungkin memang punya darah seni. Setelah itu, mereka pulang sehabis makan siang. Rasi tak lupa meminum obat anti mabuk yang dibelikan Arbil.

Di dalam bus, Rasi mendapati kepalanya berpikir begitu keras. Dia sudah bilang, setelah ini dia akan menghentikan permaian dengan Dipa. Dia menolong Dipa sebagai imbalan atas pertolongannya malam itu. Lalu, bagaimana? Apa yang harus dia katakan pada Dipa? Rasi memejamkan matanya sesaat. Kalau dia kangen Dipa, bagaimana? Karena Rasi bisa memastikan Dipa menorehkan kenangan yang pasti membuatnya rindu.

"Kamu mau muntah lagi?" tanya Dipa yang melihat gelagat aneh Rasi.

"Nggak," Rasi menggeleng. "I am fine,"

"Kalau perut kamu nanti nggak enak, bilang aja ya,"

"Dip," Rasi melihat Dipa.

Dipa menoleh, kemudian tersenyum saat Rasi menggigit bibir bawahnya. Sebelah tangannya lalu melepas earphone dan memasangkannya ke telinga Rasi. Rasi tertegun, namun tak menolak.

Ibu jari Dipa terulur untuk mengusap pipi wanita di sebelahnya itu sebentar. Dia suka Rasi yang bingung seperti ini, seperti tersedot dalam ruang hampa waktu membuatnya gagal fokus.

"Siapa yang nyanyi?" tanya Rasi sambil berdeham.

"Sigrid." jawab Dipa. "She is Norway, and very beautiful."

"Oh ya?" Rasi tersenyum, mendengar dengan seksama. "Judulnya apa?"

Dipa lalu menunjukkan ponselnya pada Rasi. "Strangers."

Apa maksud kamu, Dip? Rasi tersenyum tipis lalu menyandarkan punggungnya. Dalam benaknya, dia menyimpan baik-baik hari ini. Semua yang dilakukan Dipa untuknya. Karena ini akan diakhiri. Bersama orang asing ini.

Taksi berjalan cepat di jalanan sepi. Namun, bukan ini yang diharapkan Rasi. Dia mau taksi berjalan pelan saja, karena dia masih menyusun kata dalam kepalanya. Dipa lebih banyak diam sejak mereka menumpang taksi untuk pulang ke rumah Rasi. Mungkin, dia juga sedang memikirkan bagaimana ini akan diselesaikan.

Rasi mengembuskan nafas saat taksi menepi di depan pagar rumahnya. Pak sopir keluar dan membuka bagasi. Dipa cepat menyusul dan mengeluarkan tas Rasi. Dibukanya pintu pagar dan diletakkannya tas Rasi di teras rumahnya.

"Makasih," ujar Rasi setelah dia turun dari taksi.

Dipa meminta sopir taksi menunggunya sebentar.

"So?" katanya melihat Rasi. "Bagaimana kita?"

"Tak ada kita," ujar Rasi sambil menahan berat nafas yang tak ingin terdengar menyesal.

Dipa mengangguk pelan. "Semudah itu? Apa benar-benar nggak mungkin?"

"Nggak mudah,"

"Berarti mungkin. Rasi, I have no fiancée, kalo itu masalah kamu."

"Nope," potong Rasi. "Sekarang bukan itu lagi masalahnya. Aku nggak bisa jelasin gimana, tapi-"

"Kamu nggak mau ini selesai, kan? Kamu maksa, Ras."

"Dip, kamu sudah baik banget sama aku. Mudah bagi kamu menemukan cewek kayak aku, mungkin lebih baik. Kamu pernah bilang semuanya alami aja. Putus, ketemu yang baru dan jadian,"

"Tapi, aku mau sama kamu, Ras." suaranya memelan.

"Nggak sampai kamu tahu gimana buruknya aku."

"Aku mau tahu!" Dipa meraih tangan Rasi. "Dan kamu belum tahu gimana bagusnya aku, kan?"

Rasi menggeleng. "Dip, kamu dan aku sama-sama sebuah rencana."


And plan doesn't always work.

And plan doesn't always work

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dipa sama Rasi enaknya dibikin gimana ya? Hahahaha

The Accidental TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang