"Ian!" panggil Vonny yang kini setengah berlari.
Fabian berhenti saat menuruni anak tangga terakhir, dilihatnya Vonny yang sedang mengatur nafasnya.
"Aduh, lo kalau jalan kenapa cepat banget sih," keluh Vonny sambil memegang lututnya.
Fabian tidak berhenti tertawa melihat Vonny yang sekarang keringatan karena mengejar dirinya. Kalau saja lift gedung itu tidak rusak, Vonny yakin dirinya tidak harus berlari-lari seperti ini.
"Apaan?" tanya Fabian singkat.
Vonny meminta Fabian untuk diam sebentar karena ia masih cukup lelah setelah menuruni tangga dari lantai empat.
"Titip ngeprint. Hehe," Vonny hanya tersenyum canggung, ini bukan pertama kalinya dia meminta tolong Fabian untuk print tugas.
"Terakhir! Serius!" tambah Vonny sambil mengacungkan dua jarinya secara bersamaan.
Fabian hanya menggelengkan kepalanya dan menarik Vonny untuk jalan di sampingnya. "Ikut gue,"
Vonny terkejut begitu Fabian menarik tangannya. "E-eh? Mau ke mana sih?"
"Rumah lo di mana? Gue antar, sekalian nanti gue tunjukkin tempat isi ulang tinta. Gue gantiin kalau perlu," ujar Fabian lantang. Ia kemudian melepaskan pegangan tangannya pada Vonny.
Mata Vonny berbinar, setelah sekian lama ia selalu tidak sempat mengganti isi tinta printer di rumahnya, Fabian datang membawa sejuta harapan.
"Wah ini serius nih?"
Fabian menggeleng. "Bohongan,"
Vonny mengernyitkan dahinya dan tersenyum kecut. "Tuh, kan. Gue udah sen—"
"Ya, serius lah, Von. Udah ah, lama nih." Fabian langsung bergegas dan meninggalkan Vonny di belakang.
"Yuhuuuu, terima kasih, Ian! Mau makan apa hari ini?"
Fabian menatap malas Vonny yang berjalan menghampirinya, "Vonny begini kalau ada maunya doang," gumamnya.
Vonny hanya tertawa dan berjalan menyusul Fabian.
📩📩📩
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Cube
Short StoryKupikir awalnya hanya orang iseng yang meletakkan amplop merah di dalam kotak posku. Namun herannya, amplop itu kutemukan lagi di dalam kotak posku, dikirimkan pada hari yang sama setiap minggunya, hari Senin. © 2018 by thymesya illustration from pi...