"Fabian! Tunggu tunggu," Vonny berjalan cepat menyusul Fabian yang sedang naik tangga dengan santainya. Fabian hanya menoleh dan menepi, menunggu Vonny yang hendak menyusulnya.
"Naik tangga? Tumben." ucap Fabian singkat. Ekspresi wajahnya datar, biasanya Fabian adalah teman yang paling ekspresif yang pernah Vonny kenal.
Vonny mengatur nafasnya setelah mengejar Fabian yang sudah hampir sampai di lantai dua.
"Jalan lo tuh, kenapa selalu cepat-cepat sih." protes Vonny.
Fabian tersenyum mengejek. "Langkah lo kali yang kecil," Fabian sedikit menahan tertawanya.
Vonny yang melihat tingkah Fabian yang aneh berusaha untuk mencairkan suasana. "Apaan deh? Ketawa mah ketawa aja."
Fabian hanya menyengir tidak jelas dan mereka sudah sampai di lantai empat. "Bentar lagi lantai lima, lo mau ngomong apaan sih?"
Vonny menjentikkan jarinya, hampir saja ia lupa tujuan utamanya mengejar Fabian pagi-pagi hingga rela untuk tidak naik lift yang sebenarnya kosong.
"Soal hadiahnya, makasih. Akhirnya gue bisa ngeprint di rumah," ujar Vonny senang.
Tanpa sadar, senyuman terukir di wajah Fabian. Entah kenapa melihat Vonny yang senang menerima hadiahnya yang sederhana itu membuatnya turut senang.
"Bagus deh kalau lo senang,"
Fabian baru akan pamit untuk masuk kelas saat Vonny menahannya di depan. "Eh, bentar. Ken ke mana, ya? Dia nggak masuk kemarin,"
Fabian tersadar. Benar juga, pikirnya. Satu hari setelah Vonny ulang tahun, Kenneth malah tidak hadir di kelas. Tapi, tidak ada satupun dari teman sekelas yang tahu ataupun mencari tahu.
"Ah, iya juga. Nggak biasanya, ya. Nanti gue hubungin deh, Von. Oh, ya, surat-surat gitu.. Lo masih nerima?"
Vonny melirik jam tangannya sekilas. Ia ingat bahwa masih belum selesai membuat tugas yang diberikan dosen mata kuliah biologi sel. Vonny buru-buru meninggalkan Fabian yang semula berdiri di hadapannya.
"Ehh, gue belum selesai tugas biologi. Pulang kuliah gue lanjut deh, jangan lupa chat Ken, ya! Nanti gue juga coba hubungin. Bye, Ian!"
Fabian menggeleng melihat kelakuan Vonny. Ia kemudian mengeluarkan handphonenya dan mencari nama Kenneth di sana. Namun, ia kemudian tersadar akan sesuatu.
"Lah kenapa jadi gue yang disuruh chat? Wah, pasti si Vonny nggak ada kuota nih." Fabian hanya tertawa dan tetap mengirimkan pesan pada Kenneth.
Fabian
Ke mana lo? Dicari Vonny.📩📩📩
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Cube
Truyện NgắnKupikir awalnya hanya orang iseng yang meletakkan amplop merah di dalam kotak posku. Namun herannya, amplop itu kutemukan lagi di dalam kotak posku, dikirimkan pada hari yang sama setiap minggunya, hari Senin. © 2018 by thymesya illustration from pi...