"Nih, laporan punya lo udah gue print,"
Senyum Vonny merekah. Ia langsung menyimpan laporan yang cukup tebal itu ke dalam tasnya.
"Thanks. Gue bayar berapa nih?"
Lawan bicaranya ini hanya tertawa sembari menutup resleting tasnya.
"Kok ketawa sih? Gue serius, Ian. Kalau gitu, gue anggap ini gratis,"
Fabian berhenti tertawa dan menyandang kembali tas punggungnya.
"Ya, nggak gratis juga, Von. Mendingan lo traktir gue makan aja,"
Vonny berpikir sejenak dan mengangguk tanda setuju. Lagipula, Fabian sudah sering membantunya. "Okay. Berhubung lo bisa bawa motor, makannya di luar kampus aja."
"Ya ya ya. Makanya, Von, lain kali isi dong tinta printer di rumah lo."
Vonny hanya mengangguk malas.
"Yuk, Von. Udah lapar nih,"
***
"Apaan tuh, Von?" tanya Fabian sembari meminum jus alpukat.
Vonny buru-buru menutup amplop merah di genggamannya dan memasukkan kembali ke dalam tas.
"Oh, bukan apa-apa."
Fabian menengok ke arah tangan Vonny yang sedang melipat kertas di genggamannya.
"Ih, kasih tahu dong. Jangan bikin gue penasaran," gerutu Fabian.
Vonny menghela nafas panjang dan pada akhirnya menunjukkan sebuah amplop merah di genggamannya.
"Tiap Senin gue selalu nerima surat, pakai amplop merah. Gue bingung orangnya siapa, lo bisa bantu gue nggak, Yan?"
Fabian hanya terdiam. "Yah, nggak janji."
Raut wajah Vonny seketika berubah. "Tau ah, pulang yuk, gue mau ngerjain laporan."Vonny langsung berjalan begitu saja dan meninggalkan Fabian yang masih menghabiskan minumannya.
"Von tunggu dulu! Yah, marah nih kayanya."
📩📩📩
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Cube
Historia CortaKupikir awalnya hanya orang iseng yang meletakkan amplop merah di dalam kotak posku. Namun herannya, amplop itu kutemukan lagi di dalam kotak posku, dikirimkan pada hari yang sama setiap minggunya, hari Senin. © 2018 by thymesya illustration from pi...