[12.15 p.m.]

258 20 0
                                    

"Happy birthday, Vonny!" ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul di belakang Vonny.

Mata Vonny berbinar, tidak sangka ternyata Kenneth mengajaknya untuk bertemu setelah selesai kuliah adalah karena ini.

"Makasih, Ken." balas Vonny malu-malu.

Kenneth mengambil sebuah kotak dari tasnya dan memberikannya ke Vonny.

"Apaan nih?" tanya Vonny sembari melihat kotak berwarna biru pemberian Kenneth.

Kenneth mengusap tengkuknya dan tertawa canggung. "Ah, itu. Cuma sedikit kado, Von, semoga aja lo suka."

Vonny mengajak Kenneth untuk duduk sembari membuka kado pemberiannya. Vonny terkejut saat melihat isi kotak kado pemberian Kenneth, ia tak dapat menahan senyum yang terukir di wajahnya.

"Kumpulan foto-foto gue? Sejak kapan?" tanya Vonny sembari melihat-lihat potret dirinya yang diabadikan oleh Kenneth.

"S-sejak.. Ya udah agak lama sih," jawab Kenneth gugup.

Kenneth hanya menunduk menyembunyikan wajahnya yang malu. Ia tak sangka Vonny benar-benar menyukai pemberiannya.

Vonny terlalu senang sampai mengabaikan ponselnya yang terus menerus bergetar di dalam tas. Senang karena Kenneth adalah orang pertama selain keluarga yang memberikannya sebuah kado.

Sesimpel itu tapi cukup untuk membuat Vonny senang dan tersenyum seharian.

"Kalau gitu, gue duluan ya, Von. Ada urusan organisasi, bye!"

Vonny membalas lambaian tangan Kenneth yang kini mulai menjauh dari hadapannya.

Vonny menyimpan kotak pemberian Kenneth ke dalam tas dan berjalan meninggalkan tempat di mana ia dan Kenneth berbicara tadi.

Seseorang dari kejauhan menghela nafasnya berat sesaat melihat raut wajah gadis tersebut yang begitu bahagia.

Entah mengapa, sekalipun mungkin ia adalah teman pertama yang mengucapkan 'selamat ulang tahun' pada gadis itu, keberaniannya tetap saja berkurang setelah melihat Kenneth memberikan kado pada gadis itu.

***

Fabian
Eh, bisa ketemu bentar nggak ya? Penting nih

Von?

Eh bales kenapa.....

Vonny menepuk dahinya saat melihat pesan paling atas, dari Fabian. Sudah lima belas menit yang lalu, namun baru ia buka dan baca sekarang.

"Aduh, ini daritadi getar pasti dari Ian. Tahu gitu gue buka handphone tadi." sesal Vonny yang buru-buru membalas pesan dari Fabian.

Vonny berharap laki-laki itu tidak marah padanya.

Vonny
IAN SORRY! gue habis ketemu sama Ken, sorry nggak buka HP..

Fabian melirik handphonenya malas. Entah kenapa mood-nya hari ini benar-benar kacau. Fabian tidak ada niatan sama sekali untuk membalas pesan Vonny, memberitahu keberadaannya sekarang.

Hingga akhirnya, Vonny sudah berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Akhirnya ketemu, gue pikir udah pulang. Ada apa? Sorry, baru buka handphone." ujar Vonny.

Fabian bungkam. Ia mengambil kantung plastik dari tasnya dan menyerahkannya ke Vonny.

"Buat lo, bukan apa-apa sih. Soalnya, kayaknya hadiah dari Ken udah cukup buat lo senang tuh. Duluan, ya." Fabian berlalu begitu saja meninggalkan Vonny yang masih terdiam. Lidah Vonny kelu, ia tidak bisa memanggil Fabian bahkan untuk sekadar mengucapkan terima kasih.

Vonny membuka plastik pemberian dari Fabian. Sebuah kotak berisi tinta printer.

Buat Vonny yang kayaknya nggak ngerti cara ganti tinta printer. Atau bisa? Hehe.

Von, cuma ini yang bisa gue kasih, semoga berguna biar lo bisa ngeprint sendiri di rumah. Ini baru kok, tenang. Anggap aja sebagai ganti gara-gara kita nggak nemu tinta printer lo kemarin.

Semoga suka!

-Fabian yang ganteng-

Vonny tersenyum melihat catatan kecil dari Fabian. Benar-benar beda dibanding Fabian yang tadi.

"Maafin gue, Ian."

📩📩📩

Sugar CubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang