JBJ - SHOWER#1

121 6 0
                                    

WHY I DIDN'T SHOWER FOR 21 YEARS

Aku akan menceritakan sebuah kisah tentang trauma masa lalu yang dialami seorang pemuda bernama Kenta sehingga ia tak pernah mandi menggunakan shower selama 21 tahun.

Kenta selalu bermimpi buruk. Kenta terjebak di dalam kamar mandi. Lubang pembuangannya tersumbat dan air tak mau berhenti mengalir. Air menggenang hingga ke pergelangan kakinya, naik hingga pinggangnya, hingga akhirnya membenamkan kepalanya.

Tirai kamar mandinya seakan berubah mengeras menjadi kaca. Kenta tenggelam di dalam kamar mandinya sendiri dan teriakannya segera berubah menjadi gelembung-gelembung udara.

Sebuah bayangan hitam menempelkan wajahnya di dinding kaca, mengawasinya dari sisi yang lain. Kenta mencoba memohon belas kasihannya, namun ia tak mau membiarkan Kenta keluar. Kenta menelan air dan kehabisan napas. Akhirnya mengapung tak berdaya seperti di dalam peti mati kaca.

Kenta terbangun dengan terengah-engah.

Kenta tahu darimana mimpi buruk itu berasal. Ia tak perlu menggali terlalu dalam ke dalam pikirannya untuk mengetahuinya. Insiden yang menyebabkan mimpi buruk selalu tak pernah jauh dari alam bawah sadarnya.

Menemukannya itu mudah.

Melupakannya, itu yang sulit.

Kenta ingat dengan baik hari dimana semua itu dimulai. Pada ulang tahunnya yang ke-12 ketika keluarga Donghan pindah ke seberang rumahnya. Saat pertama kali melihat mereka, ada tiga anggota keluarga itu, salah satu di antara mereka adalah seorang nenek yang benar-benar kurus. Tubuh nenek itu kecil, kurus, hingga hanya terlihat seperti tulang yang terbungkus kulit. Rambutnya yang tipis berwarna seputih salju. Ia mengenakan gaun berwarna biru dengan motif bunga-bunga yang kuno. Kepalanya seakan tergantung di lehernya dan bergerak seperti bandul ketika sang pria mendorongnya di atas kursi roda memasuki rumah. Pada waktu itu, kenta bahkan tidak tahu apakah nenek itu masih hidup ataukah sudah mati.

Beberapa menit kemudian ia muncul di balik jendela lantai atas, masih duduk di kursi rodanya. Ia duduk menghadap tepat ke arah kamar tidur Kenta, yang juga berada di lantai dua rumahnya. Rasa penasaran Kenta mendorongnya untuk menyibakkan tirai jendela sedikit untuk mengintip. Kepala nenek itu tiba-tiba tegak, menatapnya. Ia terus menatap kenta tanpa mengedipkan matanya sekalipun.

Kenta menutup tirai kembali.

Selama berhari-hari nenek itu hanya duduk di depan jendela. Ada banyak yang bisa ia lihat dari jendela lantai dua kamar. Ada mobil yang lalu lalang dan anak–anak yang tengah bermain di jalan. Namun nenek itu hanya memilih menatap ke depan, ke arah kamar Kenta. Kenta tak pernah melihat seorangpun selain nenek itu di dalam kamar itu. Bahkan Kenta tak pernah melihat kursi rodanya bergerak sedikitpun. Pada malam hari, Kenta dengan gugup mengintip dengan menyibakkan sedikit tirai jendelanya. Siluetnya masih terlihat samar di jendela, dengan lampu mati, dan posturnya masih menatap ke arah kamar kenta. dia bisa mengatakan bahwa bahkan pada malam hari, ia masih mengawasinya.

Cerita tentang nenek aneh segera menyebar dengan cepat di kalangan teman-teman sekolahnya. Ada yang mengatakan nenek itu sebenarnya penyihir. Ada juga yang mengatakan nenek itu sebenarnya sudah meninggal. Ada yang mengatakan nenek itu hanyalah sebuah boneka. Tentu saja hal yang menyebabkan rumor-rumor itu adalah kenyataan dimana tak seorangpun pernah melihatnya bergerak sedikitpun dan meninggalkan jendela kamarnya. Bahkan Kenta pun tak pernah sekalipun melihat kepalanya bergerak atau menoleh. Dia bisa merasakan bahwa nenek itu sedang mengawasinya, mempelajarinya.

Sendirian di dalam kamar saar malam, Kenta selalu menutup tirai jendelanya rapat-rapat. Kadang-kadang dia terbangun tengah malam dan gemetar. Dia tahu nenek itu sedang memperhatikannya, dia tahu itu.

Kenta mulai tidur di atas lantai. Semakin rendah dia berada, semakin baik. Mungkin nenek tak bisa melihat kenta jika dia berbaring di lantai. pikirnya.

Kenta mengatakan pada orang tuanya bahwa nenek yang berada di seberang jalan membuatnya ketakutan. Dia memohon mereka agar berbicara dengan keluarga Donghan dan meminta mereka memindahkan nenek itu ke sebuah ruangan tanpa jendela. Mereka malah menertawakan kenta dan menyuruhnya agar membiarkan nenek itu menghabiskan sisa umurnya dengan tenang.

Ia hanya ingin melihat jalan dan orang-orang, kata mereka, dan mungkin itu bisa membuatnya bahagia dan merasa lebih muda.

“Apa kau juga akan menaruh ibumu ini ke dalam kamar tanpa jendela jika nanti ibu sudah tua?” ibunya tertawa.

“Kalau begitu ingatkan ibu untuk tinggal bersama adikmu saja jika ibu sudah duduk di kursi roda.”

TBC

KPOP CREEPY PASTAWhere stories live. Discover now