Creepypasta ini berkisah seorang remaja laki-laki bernama Felix yang kehidupannya berubah drastis setelah ia mengangkut seorang penumpang misterius di tengah malam.
Felix sedang berkendara di tengah malam ketika itu melihat seseorang sedang mencari tumpangan. Felix memutuskan untuk berhenti. Pemuda itu menyalaminya dengan gugup dan meminta tumpangan ke kota terdekat. Ia tampak mengalami masalah yang berat dan ia terlihat seperti belum tidur selama berhari-hari. Felix mencoba memulai percakapan dan dijawab dengan sopan bahwa ia sedang tidak ingin berbicara saat ini. Felix akhirnya memutuskan untuk diam dan memusatkan perhatianmu pada urusan mengemudi.
Ketika memasuki kota, Felix menghentikan mobilnya dan ia keluar
“Aku tak punya uang, namun ...” ia melepaskan kalung yang sebelumnya tak Felix sadari tengah ia kenakan, “Aku nomor lima.”
Ia menyerahkan kalung itu kepada Felix. Kalung itu terlihat tua, seperti berasal dari masa kolonial dengan sebuah siluet terlihat di tengah. Dia tak bisa melihat dengan jelas sebenarnya siluet apakah itu, sebab gambar itu telah tergerus sebagian. Felix mendongak dan melihat pemuda itu berlari menjauhinya dengan tergesa-gesa. Felix mulai merasa aneh dan berpikir, seharusnya tadi dia tak memberinya tumpangan.
Felix melanjutkan hidupnya dan pada akhirnya melupakan peristiwa itu.
Felix tak ingat kapan semua ini dimulai, namun hal-hal aneh mulai terjadi. Felix kehilangan barang-barangnya dan menemukannya di tempat-tempat dimana dia ingat tak pernah meletakkannya di sana. Dia mulai melihat seorang gadis aneh bertudung merah yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Ia menatap Felix terus-menerus ketika dia naik bus pada pagi hari. Rasa takut mulai menenuhi hatinya, namun Felix tak pernah tahu apa sebabnya. Felix menemukan sebuah noda hitam di atas dinding dapurnya. Teman-temannya mulai terlihat lebih pendiam bila berada di sekitarnya.
Tidurnya sering terganggu. Felix sering terbangun di tengah malam dan tanpa alasan yang jelas, merasa takut akan sesuatu. Burung-burung gagak mulai berkumpul di sekitar rumahnya, tempat kerjanya, bahkan dia melihat mereka dimana-mana. Mereka tidak berkaok maupun terbang mengelilinginya. Mereka hanya diam, mengawasinya. Felix mulai menemukan rambut hitam yang panjang di lubang pembuangan kamar mandinya. Dia tinggal sendiri dan rambutnya selalu dipotong pendek.
Suatu hari ketika dia pulang, dia menemukan cermin di rumahnya telah retak. Cermin itu masih bergantung di dinding dan tak mungkin pecah begitu saja saat dia sedang tak ada di rumah. Rumahnya mulai berbau aneh, namun dia tak bisa menebak, bau apa itu. Ibunya menelepon dan bertanya apakah dia baik-baik saja. Felix ingin memberitahukannya mengenai kejadian-kejadian aneh yang menimpanya, namun dia mengurungkannya. Dia takut akan terdengar seperti orang aneh. Maka diapun menutup telepon itu tanpa menceritakan yang sebenarnya. Dia menatap keluar jendela, dan tanpa ia sadari, hari sudah menjadi gelap, sangat cepat.
Dapurnya mulai berbau kurang menyenangkan dan dia menyadari bahwa noda hitam di atas dapurnya sudah semakin membesar. Dia mendengar suara, seperti bisikan yang sangat pelan. Felix mengabaikannya dan berusaha membersihkan noda itu sebelum semakin meluas nantinya. Dia mencari di buku telepon, alamat perusahaan yang bisa membersihkan noda itu.
Kalung yang berada di lehernya mulai gatal, kalung yang diberikan penumpan misterius itu. Dia melepaskannya dan meletakkannya di meja. Namun kemudian Felix menyadari bahwa kalung itu tiba-tiba kembali terlingkar di lehernya. Dia mulai berpikir bahwa ini semua hanya imajinasi saja dan dia berusaha melupakannya. Rambut-rambut hitam panjang kembali tersapu air ke lubang pembuangan, bahkan hampir menyumbatnya.
Noda di dapur itu seakan tumbuh dan bau di dapurnya seakan merusak semua aroma makanan yang dia masak. Namun Felix selalu saja lupa memanggil orang untuk membersihkannya. Karena tak bisa lagi menggunakan dapurnya. Felix mulai menyimpan makanan di kamar tidurnya. Dan tiap kali melewati dapur, dia mendengar suara bisikan yang sangat pelan.
Dia memutuskan keluar rumah dan berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Semua orang yang melewatinya bertingkah aneh. Felix merasa melihat gadis bertudung merah itu lagi. Selain burung-burung gagak itu, dia tak melihat ada jenis-jenis burung yang lain. Sebuah mobil hampir menyerempetnya dan akhirnya menabrak pohon. Felix segera menghampirinya untuk memastikan pengendaranya baik-baik saja. Namun begitu ia melongok ke dalam, tak ada siapapun di sana. Mobil itu kosong. Dia kemudian menyadari, mobil itu sangat mirip dengan mobilnya. Modelnya sama, warnanya sama, bahkan ada noda yang sama di kursi belakangnya, noda yang tak pernah bisa dia bersihkan dari dalam mobil. Burung-burung gagak itu kini mulai mendekatinya dan keheningan mereka seakan mengejek ketika felix berusaha mengusir mereka pergi.
Dia tak melihat siapapun lagi. Sudah berminggu-minggu sejak terakhir ia menjawab telepon. Deringnya terdengar semakin jarang dan jarang. Kamarnya mulai berbau busuk. Suara bisikan itu menjadi semakin jelas. Ia terbangun dengan luka-luka aneh di sekujur tubuhnya. Luka-luka itu terlihat seperti gigitan manusia. Felix sudah tak mampu lagi membedakan mana yang realita dan mana yang khayalan. Ia tak pernah pergi ke dapur lagi. Baunya kini sudah memenuhi rumahnya. Dia menemukan rambut hitam dimana-mana. Felix tak ingin meninggalkan rumahnya. Mungkin dia sudah terbiasa dengan semua ini.
Dia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara-suara. Bisikan-bisikan itu mulai terdengar seperti mengucapkan kata, bahkan kalimat pendek. Mereka membicarakan tentang Felix. Hari sangat gelap. Dia tak berani membuka matanya. Felix masih bisa mencium bau busuk di dalam kamarnya. Terdengar suara seperti perabotan berat diseret di atas lantai. Felix hanya berbaring di sana, dengan mata terpejam erat. Satu jam berlalu. Dua jam. Tiga jam. Tak ada apapun yang terjadi.
Felix tidak bisa berpikir dengan jernih lagi karena kurang tidur. Namun akhirnya ia mendapatkan ide. Ya. Tentu saja! Dia mulai bangun, mengenakan sepatu, dan berkeliling kota. Felix berjalan di samping jalan raya. Dia hendak menumpang. Sebuah mobil berhenti, namun sang pengendara tampak merasa tak nyaman melihatnya. Namun untuk alasan yang ia sendiri tak tahu, ia akhirnya membiarkan Felix naik. Ia menanyakan nama Felix. Ketika mobil mulai berjalan, ia berusaha menahan tawanya dan menjawab.
“Aku nomor enam.”
-TAMAT-
YOU ARE READING
KPOP CREEPY PASTA
HororIni cabangnya Riddle. Masih berbau kipop dan horor, tapi ini creepy pasta. Ga harus di jawab tapi persiapkan mental kalian aja. bakal di up tiap hari ( insyaAllah ) Ps: lebih horor dari kabar bias dating. cover : dreamcatcher's mv