WNW-INTERVIEW

80 4 0
                                    

Ini mengisahkan seorang pemuda bernama Ong Seungwoo yang pengangguran putus asa dan membutuhkan pekerjaan secepat mungkin.

Ketika ia menerima sebuah panggilan wawancara, segalanya takkan berjalan sesuai yang ia harapkan. Ong mendapat panggilan wawancara yang cukup menganggunya kemarin. Isi emailnya agak samar, namun Ong sudah putus asa ingin mendapatkan pekerjaan, jadi dia menerima saja panggilan itu. Ong memang merasa aneh karena wawancara itu dilakukan saat larut malam.

Di saat Ong menemukan alamat itu, kegelapan menyelimuti gedung kantor itu. Hanya ada lampu jalan berwana oranye yang meneranginya.Gedung itu memiliki tempat parkir yang luas dengan hamparan lahan tak terpakai di belakangnya. Lingkungan ini amat menyatu dengan distrik pabrik yang ada di sekitarnya – gedung dari aluminium dan batu bata yang amat panjang dan besar. Mungkin karena kesunyiannya atau entah apa, namun dia langsung tidak menyukai tempat ini.

Ong merinding ketika melihat ke sekitar, takut jika di tengah kegelapan ini ada seseorang merampok dia. Selama beberapa menit yang tegang, Ong berusaha membuka pintu di sisi bangunan. Semua jalan masuk yang ada di depan terkunci dan itu membuatnya berpikir mungkin ada yang ingin mengerjainya.

Namun saat dia mendorongnya, pintu itu terayun membuka.Interior kantor itu cukup normal. Sebuah kantor yang kecil dan bersih, dengan dinding putih, dan sofa2 di ruang tunggu.

Segala keraguannya runtuh seketika dan Ong pun tersenyum dengan rasa lega dan penuh percaya diri.

“Saya di sini untuk ...”
Ong mendekati meja resepsionis, namun tak ada seorang pun di sana.Ruangan di belakang meja resepsionis sangatlah gelap dan kosong.

Dengan bingung, dia memeriksa ruang tunggu. Lampu menyala dan pintu depan terbuka – jadi pastilah ada yang bekerja di sini. Mungkin resepsionis mereka sudah pulang jam segini.

Lalu .... bagaimana? Apakah dia harus berjalan-jalan mengelilingi gedung ini sampai menemukan orang yang bisa ia tanyai? Apa mungkin saja akan menemukan calon bosnya sedang berkeliaran di dalam sini? Ong masih mengutuk undangan wawancara yang samar2 itu di dalam hati.

Ong mendengar suara ketukan di gelas terdengar, walaupun sangat pelan, dari arah dalam. Dia memanggil ke arah balik meja resepsionis, namun tak ada jawaban. Ong mencoba membuka pintu di belakang ruang tunggu – terkunci. Ia mencoba pintu di sebelahnya, dan secara mengejutkan, pintu itu dengan mudah terbuka. Dengan malu, ia masuk ke dalam, berharap seseorang memergokinya.

Di dalam tampak seperti goa yang luas dipenuhi dengan mesin2. Mesin2 raksasa yang tak pernah ia lihat sebelumnya berdiri diam di dalam ruangan remang2 ini. Apa fungsi alat2 ini? Bahkan dia tak tahu perusahaan apa ini.

Di ujung ruangan besar ini, ia melihat cahaya kecil dari sebuah mesin yang tampaknya sedang bekerja, dengan seorang laki-laki di dekatnya. Ia mendekati sang operator dengan hati2. Dia tampak sangat serius dengan pekerjaannya hingga bahkan tak menyadari kehadiran Ong di sini.

“Hallo?” seru Ong untuk mengimbangi suara berisik yang dikeluarkan mesin itu.Ia mengabaikan Ong, atau tidak mendengar.

“Hai, aku datang ke sini untuk wawancara!” Ong berteriak dan berjalan mengelilingi mesin agar pegawai tadi bisa melihatnya.Suara melengking dari mesin itu berhenti seketika dan mesin itu mati dengan suara “whiiir” yang perlahan memudar. Pegawai itu mendongak dan mengangkat kacamata pengamannya hingga kedahi. Matanya fokus kepada Ong selama beberapa saat.

“Bagus, bagus ...” katanya,

“Ini akan menjadi wawancara lapangan, mengerti?”

Ong mencoba sebisa mungkin untuk tak tampak cemas, “Hmm ...”

“Mesin ini butuh tangan yang cekatan.”

“Maaf, saya tak paham ...” ucap ong, dengan gusar pegawai tadi menunduk, membuka kap mesin, dan menunjuk di antara roda2 gigi yang bercampur aduk dengan piston dan komponen lainnya. Ong tetap tidak mengerti apa instruksi pria itu.

“Lihat itu? Kunci inggrisku terjatuh ke belakang sana. Aku tak bisa mencapainya.”

Ong bergeser ke sampingnya untuk melihat ke dalam mesin itu. Ong hampir menahan napas karena mencium bau tubuh pria tadi yang menyengat. Udara di sekitarnya nampak lembab karena keringatnya dan napasnya berbau campuran aroma rokok dan —minuman keras? Tanpa mencoba terdengar kasar, ong berkata.

“Anda ingin ... saya mengambilnya?” ong bertanya apakah dia serius.

“Well, tentu saja aku tak bisa melakukannya.”

Ong memikirkannya baik2. Mesin itu cukup lebar dan rendah. Untuk mencapai bagian belakangnya, dia harus merangkak masuk ke dalam mesin itu, di antara roda2 gigi dan komponen lain yang pastinya akan bergerak jika mesin dinyalakan.

“Apakah anda tidak akan mematikan mesin itu sepenuhnya dulu?”

“Mesinnya sudah mati, nak.”

“Tapi saya baru saja melihat anda menjalankannya ...”

“Hanya untuk perawatan. Sekarang masuklah ke sana! Kau ingin pekerjaan ini atau tidak?”

Dengan mengerutkan dahi, ong mencoba bersandar lebih dekat pada kap mesin yang membuka itu.Di sudut matanya, dia bisa melihat pria tadi menjilat bibirnya. Ong mulai ketakutan, namun ia sangat membutuhkan pekerjaan itu.

Ong mencoba memasukkan tangannya ke dalam, berusaha agar tiddak menyentuh bagian2 yang bergerigi yang kapanpun bisa menyala dan berputar tiba2. Dengan gemetar, dia mencoba mencapai bagian belakangnya, namun tak bisa. Ia benar, Ong harus memasukkan seluruh tubuhnya ke sana.

“Ayo, cepat masuk ke dalam sana!” ia bersikeras. Ong bisa merasakan sedikit nada bersemangat di dalam suaranya. Ong mencoba mencondongkan badannya beberapa inci maju. Di dalam ruangan sempit itu ong bisa melihat piston dan tabung di dekat kepalanya. Tak ada tanda2 kunci inggris itu benar2 ada di bagian belakang mesin itu. Ong mulai merasa takut. Ia bisa saja menutup pintu kap mesin begitu ong berada di dalamnya, memerangkapnya. Dan begitu ia di dalam, mesin ini bisa menyala dan semua gerigi2 ini akan melindasnya dan memotong-motong tubuhnya.Tak ada pekerjaan yang setimpal dengan semua ini.

“Maaf, Bung. Saya harus pergi ...”Setelah mengucapkan permisi sesopan mungkin, ong berlari menuju ruang resepsionis dan keluar. Perasaannya sangat lega setelah merasakan udara malam yang dingin di luar. Ia berpikir sambil mengemudi pulang, apakah ketakutannya terlalu berlebihan sehingga ia menolak sebuah kesempatan untuk memiliki pekerjaan? Saat tiba di rumah, rasa takutnya mulai pudar. Ia mulai merasa bodoh dan mungkin telah menyinggung perasaan pria tua malang itu.Ketika dia memeriksa komputernya,ada sebuah email tentang wawancara pekerjaan. Darahnya membeku dan serasa berhenti mengalir ketika ia membacanya. Itu email dari pria itu. Email itu berisi permintaan maaf.Ia telah mengirimkan panggilan wawancara ke alamat yang salah.

KPOP CREEPY PASTAWhere stories live. Discover now