Terkadang hidup menjadi menyeramkan ketika harus mencintai seseorang dengan sangat terpaksa
***
Bel pulang berbunyi, Indah yang telah usai memasukkan alat-alat tulisnya dan siap keluar kelas seketika mengurungkan niatnya itu saat melihat Prilly termenung. Sejak jam pelajaran pertama di mulai sahabatnya itu termenung seperti tengah menanggung beban yang sangat berat dan sulit terselesaikan. Ia menepuk pelan pundak Prilly yang membuat sang empu terkejut.
"Ish, apaan sih Ndah?" Gerutunya menatap Indah kesal.
"Ye abis lo dari tadi pagi ngelamun mulu. Ada masalah apa sih? Cerita lah!" Indah duduk di kursi samping Prilly menatap lekat dan prihatin sahabatnya itu.
Raut wajah Prilly menjadi sendu, terdapat kesedihan yang terpancar di balik matanya.
"Gue capek Ndah," ucapnya lirih menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu.
Indah memilih diam agar Prilly lebih leluasa menceritakan masalahnya.
"Gue capek harus ngikutin kemauan ibuk gue, gue capek Ndah. Sampai saat ini ibuk masih gak peduli sama gue, dia tetap acuh sama gue Ndah. Gue capek!" Pecah sudah tangisan yang sejak semalam ia tahan akhirnya tumpah. Bahunya bergetar hebat, ia memeluk erat tubuh Indah yang mendekapnya.
Indah ikut hanyut dalam masalah yang dihadapi sahabatnya, ia juga ikut meneteskan air matanya. Ia mengelus bahu Prilly yang bergetar hebat itu.
"Sstt...Lo harus sabar, ini cobaan buat lo. Gue tau lo itu orang yang tegar dan pantang menyerah,"
"Gue capek Ndah," lirihnya membuat Indah semakin memperdalam dekapannya.
Tanpa mereka sadari, Ali menatap dan menyaksikan keduanya. Bahkan pria itu mendengar semua keluh kesah yang Prilly keluarkan. Tatapannya tajam menyiratkan rasa iba saat melihat Prilly menangis. Tak mau berlama-lama berdiri dan hanya menatap adegan yang membuatnya terenyuh, ia melangkah memasuki kelas Prilly yang sepi karena semua murid telah pulang dan hanya tinggalah Prilly dan sahabatnya itu.
"Ekhemmmm..,"
Sontak Prilly melepaskan pelukan Indah dan menatap Ali dengan ekspresi shok. Tak jauh berbeda dengan Prilly, Indah terkejut melihat Ali yang sudah berdiri tegap di hadapan mereka.
"Gue kesini mau nagih ucapan gue tadi,"
Prilly mengangguk lemah, toh kalau ia menolak, Ali tetap memaksa.
"Gue pulang duluan ya Ndah sama Ali. Lo hati-hati pulangnya!"
"I..iya Prill, lo juga hati-hati!"
Indah mengikuti langkah Ali dan Prilly dari belakang, mereka terpisah saat tiba di parkiran.
"Ayo naik!"
Prilly di buat melongo saat Ali mulai memasangkan helm untuknya. Ia mematung, tubuhnya seakan sulit di gerakkan. Ali tersenyum kecil melihat reaksi Prilly saat ia pasangkan helm. Wajahnya terlihat lucu membuatnya gemas. Entah dapat keberanian dari mana, ie mengacak rambut Prilly gemas membuat sang empu terkejut.
"Ish Ali,"
Ali terkekeh pelan, "Suruh siapa bengong mulu bukannya naik, yuk naik jangan bengong terus entar kerasukan,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Perforce
Fanfiction#BJPW #1 in #aliprilly [05.06.19] #14 in #bjpw [06.06.19] #137 in #happy [07.06.19] Dipaksa untuk mencintai seseorang yang baru di kenal karena suatu kejadian yang tak sengaja terjadi. Kejadian yang membuat 'dia' seseorang yang berparas tampan dan...