8

5.6K 451 12
                                    

Indah menuntun Prilly untuk menduduki kursi kantin yang kosong. Indah mengusap lembut pundak sahabatnya itu. Dalam hati, Indah menggeram dan mensumpah serapahi Ali yang semena-mena kepada sahabatnya.

"Udah ya Prill, lo jangan pikirin si Ali itu, mending gue pesenin lo makan. Lo pasti laper kan? Sama kayak gue," Indah beringsut meninggalkan Prilly dan memesan makanan.

Sepuluh menit Indah kembali dengan membawa nampan yang berisi dua es teh serta dua mangkuk bakso dengan asap yang masih mengepul. Cacing dalam perut Prilly mulai mendemo meminta jatahnya. Setelah Indah meletakkan bakso serta es teh di hadapan Prilly. Prilly langsung melahap bakso tersebut, tak perduli dengan asap yang masih mengepul. Sesekali Prilly meniup baksonya dan melahapnya lagi sampai baksonya tinggal sedikit.

Indah yang melihatnya melongo tak percaya. Segitu laparkah sahabatnya itu sampai melahap bakso yang masih mengepul hingga tersisa setengah. Berbeda jauh dengannya yang melahap bakso dengan gaya anggunnya dan meniup-niup pelan sampai tidak terlalu panas, lalu melahap baksonya dengan pelan tidak terburu-buru.

"Aelah Prill pelan-pelan kali makannya," tegur Indah yang melihat Prilly tersendak.

"Nih minum," Indah menyodorkan es teh Prilly yang di sambut dengan tergesa-gesa.

Prilly menenggak es teh sampai tinggal setengah. Setelah itu ia melahap lagi baksonya dengan rakus, tidak memperdulikan ocehan Indah yang berkali-kali memperingatkannya untuk makan pelan-pelan.

"Alhamdulillah kenyang," seru Prilly sambil mengelus perutnya yang sudah kenyang.

"Lo makan kayak orang kesetanan," cibir Indah sambil memasukkan pentol yang di potong-potong jadi kecil.

"Bodo amat yang penting gue kenyang," Prilly mengelap bibirnya dengan tisu yang terdapat sisa-sisa makannya tadi.

"Gak masalah Prill, asal lo lupa sama kejadian barusan," batin Indah.

Prilly menatap Indah heran. Prilly melihat Indah yang tengah melamun. Prilly melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Indah. Tetapi Indah tidak terusik sedikitpun. Tiba-tiba ide konyol terlintas di pikirannya. Prilly berbisik ke Indah.

"Di kursi belakang gue ada kak Farid yang lagi mandangin lo," bisik Prilly yang sontak membuat Indah membuyarkan lamunannya dan histeris.

"Mana mana kak Farid mana prill mana," Indah mengguncang-guncangkan tubuh Prilly sambil celingak-celinguk ke kursi di belakang Prilly.

"Gak ada," jawab Prilly santai sambil menyeruput es tehnya. Tidak perduli dengan perubahan raut wajah Indah.

Takkk..

"Awwsss, sakit oneng," ringis Prilly memegangi keningnya yang di pukul Indah.

"Bodo amat," Indah melanjutkan makan baksonya sambil mencebikkan bibirnya kesal.

***

Bel pulang sekolah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Sekolah mulai sedikit sepi dan hanya tersisa murid yang ikut ekskul atau piket. Prilly terdiam sendiri di kelasnya. Indah baru saja pulang karena sopirnya sudah menjemput. Prilly sibuk menyalin cacatan yang di sampaikan guru tadi karena ia malas mencatat materi pelajaran, dan Prilly mulai mencatatnya sehabis bel pulang berbunyi.

Pulpennya nampak menari-nari di atas kertas putih buku catatannya. Matanya fokus pada tulisan yang di tulisnya. Sesekali matanya melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore. Ia cepat-cepat menyelesaikan catatannya takut telat bekerja.

Dua puluh menit berlalu. Prilly mengemasi alat-alat tulisnya memasukkannya ke dalam tasnya. Prilly berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri koridor yang mulai sepi. Kepalanya menunduk karena ia tengah memperbaiki tali tasnya yang melorot sampai tak sadar jika di depannya berdiri seorang cowok yang membuat perasaannya kalut. Siapa lagi kalau bukan Ali.

PerforceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang