" kamu tuh ngrepotin banget jadi orang! Naik motor gak bisa. Huuft jangankan motor naik sepeda aja kamu gak bisa" Gerutu satya saat aku membuka pintu mobil
" Kalo emang gak niat jemput ngapain kesini?" Balasku sebal
" Ya karena ibu yang nyuruh! Kamu kira aku bakalan dengan sukarela jemputin kamu!" Satya menghela nafas kemudian menjalankan mobilnya.
" Gue bisa balik naik gojek. Lo aja yang sok baik." balasku gak terima
" Mending lo diem deh! " Nada satya naik dan bahasa lo yang baru aku dengar membuatku bungkam sembari menatap hujan dari jendela.
Hari ini aku menghadiri seminar yang membahas tentang mempersiapkan anak mengenal gadget pada umur yang tepat. Yah, seminar yang ku ikuti setengah hati karena menggantikan bu ivon salah satu guru kelas yang kebetulan ijin hari ini. Ah, bu ivon aku jadi teringat percakapan kami saat aku pertama masuk kerja disana.
" Kamu ada hubungan apa sama mas satya?" Tanyanya kepo. Hah sebutan 'mas' yang dia ucapkam dengan nada genit membuatku tertawa. Coba dia tahu seperti apa 'mas satya' yang dia idolakan.
" Oh, gak ada hubungan apapun. Kebetulan gue ditolongin sama bu sari. Tinggal di rumahnya dan beliau minta tolong sementara untuk membantu mengajar disini".
" Kirain calon mantunya bu sari" sahut guru lain yang terlihat menonjol cantiknya diantara yang lain.
" Ya gak mungkinlah ya. Mas satya itu seleranya tinggi bok! Tau dokter gigi yang satu sering sama dia? Nah kabarnya mas satya sama dia mau tunangan. Orangnya masyaAllah cantik banget kayak artis. Kita lewat mah lewat pokoknya" jelas bu guru bertubuh bongsor yang kelihatan sekali ngefans berat.
" Turun gih!" Perintah satya membuatku menoleh bingung.
" Lo mau beli kue? " Spontan dong aku tanya gitu. Soalnya dia berenti didepan deretan toko kue tradisional. Satya menggeleng sebagai jawaban.
" Lhah terus? Lo nyuruh gue pulang ujan-ujan? Tega bener lo!"
" Kamu tuh pikirannya jelek aja. Turun kita makan dulu!" Ajaknya yang membuatku semakin mengerutkan kening.
" Makan dimana?"
" Itu" tunjuknya ke pedagang yang ada di emperan. " Ayok cepet! Aku laper belum makan dari siang" satya hendak membuka pintu dan reflek aku memegang tangannya.
" Gue traktir Mcd deh. Jangan disini please!" Pintaku sembari menatap horor antara satya dan penjual itu.
" Aku pengin disini!" Final sudah keputusan satya. Membuatnya mau tidak mau ikut turun.
" Lo beneran dokter bukan sih?" Tanyaku masih belum berhenti menatap satya yang lahap makan. Satya menatapku dengan kening berkerut sembari berusaha menelan makanannya.
" Jangan marah dulu! Setau gue tuh kalo dokter gak mungkin dong mau makan di pinggir jalan kayak gini. Gak sehat masih mendingan di McD." Sahutku.
" Fast food itu malah gak sehat. Kamu tuh IPA dapet nilai berapa sih?" Nah kan nada ngomongnya ngajak perang.
" Sat, beneran enak?" Tanyaku sembari melongok melihat makanan yang dipegangnya.
" Mau?" Satya langsung menyodorkan sesendok nasi ke mulutku. Rasa pedas langsung membuatku terbatuk dan rasa aneh membuatku memuntahkan makananku dan membuat satya kebingungan lalu menyodorkan air dan mengusap punggungku.
" Lo mau gue mati?! Kalo dendam jangan sampe nyiksa gini dong!" Protesku yang segera mendapatkan toyoran.
" Kamu tuh ya, ini makanan khas kediri. Namanya sambel tumpang, dibuat dari tempe yang dibusukkan. Semakin busuk semakin enak" terang satya
" Whaaatt??" Pekikku sembari meminum habis air mineral di botol. Tentu saja di hadiahi tatapan tajam satya. Biarin uda dia mau natap aku sampai tuh mata copot, siapa coba yang mau di kasih makanan yang terbuat dari tempe busuk. Busuk lho ini!!!
YOU ARE READING
iteration
ChickLitAngelica Amanda Pramuwirdja tidak pernah menyangka jika keputusannya untuk liburan menggunakan kereta api ekonomi AC dari Surabaya ke malang akan membawanya ke kota Kediri dan bertemu dengan orang-orang baik kecuali satya. Anak lelaki dari ibu yang...