SEMBILAN

39 2 0
                                    

" mau mengolok? Di cafe yang terkenal dengan kopinya yang paling enak. Lo malah minum itu?" Tanya bumi seraya menunjuk kopi kalengan yang tadi ku beli di stasiun sebelum kesini. Aku hanya mengedikkan bahu acuh dan kembali meneguk kopiku.

" Gue anter pulang" bumi membalikkan badan

" Kenapa?" Tanyaku tanpa berniat memandangnya dan menunduk menatap kaleng yang ada di genggamanku. Sebenarnya aku sendiri tadi tidak yakin akan bertemu bumi sepagi ini di rooftop cafe yang biasanya akan di buka untuk pelanggan saat makan siang. Seingatku tadi tidak ada seorang karyawan cafe yang melihatku masuk ataupun naik kesini.

" Karena kopi instan dan yang diracik oleh yang ahli rasanya beda jelas" sahut bumi yang juga tidak beranjak dari tempatnya tetap membelakangiku.

" Lo tau pasti apa yang gue rasakan" jawabku tidak mau kalah

" Tidak semua orang yang belajar bikin kopi bisa berhasil. Apalagi mesin yang hanya menuruti apa yang operator atur. Kopi itu merupakan cita rasa membuatnya juga dengan perasaan serta takaran yang pas"
Lanjut bumi. Orang yang mendengarkan apa yang kami bicarakan jelas akan kebingungan. Apa yang coba ku ungkap dan apa jawaban bumi seakan tidak nyambung.

" Lalu gue harus seneng apa sedih?" Tanyaku gamang. Bingung dengan apa yang kurasakan. Aku berbalik menatap punggung bumi.

" Percaya sama lidah lo, apa yang kelihatan menarik dari kemasannya. Belum tentu rasanya juga seenak itu" bumi ikut berbalik dan tersenyum menatapku.

" Apa karena gue gak bisa bikin kopi jadi lo lebih milih kirana daripada gue?" Tanyaku menolak menatap matanya

" Kopi itu enak atau tidak tergantung yang meminumnya. Itu pilihan, termasuk lo yang memilih kopi kaleng itu daripada bikinan gue" bumi menunjuk kaleng ditanganku.

" Sebegitu tidak pantaskah gue?" Aku kembali mengedikkan bahu sembari mengetatkan pegangan pada kaleng.
" Kenapa selama ini lo gak pernah mau memeluk gue? " Tanyaku menatap tajam iris berwarna coklat terang miliknya.

" Saat lidah lo bisa merasakan dengan jujur seperti ini dan tau isi dari kemasannya. " Bumi berjalan cepat dan memelukku yang masih duduk di bangku bartender dengan erat sembari berbisik " gue lega lo ngerti. Someday bakalan ada cowok yang akan berjuang buat dapetin lo. Dan yang musti Lo tau, lo itu mengerikan tau! hanya perlu kedipan mata semua informasi perusahaan manapun mampu lo bobol. Kalo sampe gue-"

" Bum.." satu suara menghentikan kata-kata bumi dan dia berbalik hanya untuk menemukan kirana menutup pintu tergesa.

" Shit, lo mau bantu jelasin?" Tanya bumi melas yang kujawab dengan kedikan bahu

" Usaha sana! Kata lo kalo sayang mesti berjuang?" Ucapku sembari menatap bumi yang kini berlari mengejar kirana.

iterationWhere stories live. Discover now