Lima

68 2 3
                                    

Ada yang nungguin gak ya? Maaf ya kemarin author lagi menikmati liburan. Semoga abis liburan idenya semakin lancar jaya guys. So,, selamat menikmati...

Entah bencana macam apa yang terjadi saat aku tiba di sekolah beberapa muridku berlarian menuju ku dan memberitahu jika ada salah seorang teman mereka yang jatuh dan kepalanya berdarah. Aku langsung berlari menghampiri sang anak yang sedang memegang pelipisnya yang terus mengeluarkan darah segar. Beruntung sebelum aku berteriak Bu Meta datang dan menangani anak tersebut. Terus terang aku paling takut darah. Setelah mendapatkan pertolongan ala kadarnya maka para guru memutuskan bahwa Abi nama siswa itu harus dibawa ke RS untuk penanganan lebih lanjut. Bu Meta lalu mengajakku untuk membawa Abi ke salah satu RS terdekat dari sekolah.

Sesampainya kami di IGD kondisi IGD sedang ramai-ramainya dikarenakan ada korban kecelakaan juga yang datang. Dengan sedikit melipir ke samping aku segera membawa Abi untuk menempati salah satu brankar dan mendengarkan para perawat yang sdang mempersiapkan peralatan sembari bergosip " mau taruhan ndak kalo habis ini dokter satya pasti kesini?" Kata salah seorang perawat dengan semangat.

" Lhoh lha nyapo?" Sahut lainnya

" Kan dokter satya lagi PDKT sama dokter astrid." Ucap perawat yang pertama.

" Oalah, pantesan dari kemarin dokter satya sering nongkrong di IGD. Padahal biasanya dia gak pernah loh kesini pasti asistennya"

" Eh, dokter satya yang dokter bedah itu?" Sahut lainnya yang sepertinya baru datang.

" Iya. Gercep juga dokter satya"

"Iyalah dokter astridkan anak pemilik RS ini juga dokter astrid itu cantik dan baik"

Aku yang seharusnya protes karena Abi tidak segera mendapatkan perawatan malah mematung mendengarkan gosip para perawat di balik tirai brangkar. Sedangkan bu Meta masih berusaha menghubungi wali murid Abi.

" Nah,, nah tuh tontonannya mau mulai" seloroh perawat yang segera membubarkan kumpulan perawat yang bergosip dari tadi. Aku mencoba melonggokkan kepala dan dari celah tirai aku bisa melihat satya yang sedang duduk di depan meja dokter IGD sedang tersenyum ke arah wanita di depannya. Brengsek juga dia ternyata, orang kayak gitu yang di puji bu ivon? Sudah mau tunangan bahkan calon tunangannya juga bekerja disini. Dia malah mau bikin affair di sini juga.

" Bu, Abi takut" rengekan Abi membuatku mendongak dan tersadar aku kesini untuk memeriksakan dia.

" Bentar ya Bi, sebentar lagi dokternya pasti kesini" hiburku dan tak berapa lama tirai dibuka dari luar. Aku kira bu Meta ternyata satya.

" Hallo, anak ganteng kenapa ini?" Sapa satya yang membuatku menatapnya.

" Kepalanya terbentur lantai tadi uda di bersihkan sih" jawabku.

" Namanya Abi ya? Abi di obati sama om ya?" Sapanya setelah melihat name tag di baju Abi.

Aku hanya melongo. Aku sudah sering melihat satya dengan seragam kerjanya. Karena aku sering berangkat kerja bareng. Tapi kenapa pesonanya saat menyapa abi jantungku jumpalitan. Ini Abi loh yang diperiksa tapi kenapa aku juga merasa dag dig dug sih. Kenapa satya pagi ini harus ganteng gini sih.

" Ini memerlukan beberapa jahitan" jelas satya yang membuatku menatapnya ngeri.

" Wali muridnya sudah di hubungi?" Tanyanya yang di jawab bu meta dengan anggukan dan memberitahu jika orang tuanya mengijinkan anaknya di jahit.

" Satya?" Aku ikut menatap seorang dokter yang tetap cantik saat wajahnya berkerut menatap Satya. Astrid aku membaca name tag di kartu pengenalnya. Seseorang yang kalem dan penuh pesona yang njawani khas wanita-wanita keraton. Pantas aja Satya berpaling, orang cantik banget gini. Orang belok bisa mendadak lurus kalo kena wanita kayak gini.

" May i do this! " sahut Satya sembari mulai mengoleskan kapas steril dan didampingi seorang perawat.

" Pasienmu? Kamu ndak ada op?" Lanjut sang dokter cantik.

" Habis ini aja aku visite kalo op masih sejaman lagi" Satya mulai mengambil suntikan dan akan menyuntik Abi. Aku gemetaran memegangi Abi. Lalu teriakan Abi membuatku meneteskan air mata begitu saja. Membuatku reflek memeluknya semakin erat. Berharap pelukanku bisa sedikit mengurangi sakit yang dia rasakan. Seumurku ini baru sekarang aku melihat suntikan diberikan bukan hanya di pantat atau lengan tapi di pelipis. Di dekat pelipisnya yang terluka. Beberapa kali Abi berteriak saat jarum jahitnya menembus kulit.

" Pinternya Abi, Uda selesai. Nanti om belikan es krim mau?" Tanya Satya membuatku mendongak. Selama semua rangkaian pengobatan aku hanya menunduk dan memegangi Abi.

" Sakit om!" Rengek abi dan berusaha bangun namun masih berada di pelukanku.

" Uda nggak sakit lagi kan?" Tunggu om sebentar ya. Habis ini om belikan es krim.

" Masa kalah sama abi. Dia aja yang di jahit sama kesakitan nggak nangis. Kamu malah nangis. Nangisin apa sih kamu? Aneh" bisik satya di telingaku yang segera aku cubit kecil dan membuat dia mengaduh lalu pergi.

iterationWhere stories live. Discover now