Tujuh

40 2 2
                                    

 "kita mau kemana sih sat?" tanyaku saat mobil sudah melaju keluar kota malang, satya tetap diam tidak bergeming malah menambah kecepatan mobilnya. Satya berbelok dan mobilpun memasuki sebuah gapura besar bertuliskan MUSEUM ANGKUT.

"ngapain ke museum? Lo kira gue anak kecil yang suka diajak ke museum?" protesku 

"kamu mau turun atau nunggu di dalam mobil?" tanyanya tegas dan membuat aku turun dengan terpaksa dan mengikutinya ke loket. Apa sih yang ada di dalam pikiran kalian kalo di hadapkan dengan museum? Pasti membosankan and,, itu juga yang aku pikirkan pasti membosankan.

Begitu memasuki museum aku hanya terbengong menatap berjajar mobil-mobil dan motor antik bahkan ada juga pesawat terbang. Banyak orang yang selfi atau bahkan wefie, satya? Cuma melihat-lihat tanpa ada keinginan untuk foto. Heran terus ngapain dia ngajakin ke sini coba. Ternyata museum ini ituh gede banget, belum sampai setengah jalan aja kakiku rasanya capek banget. Dan akhirnya aku memilih duduk-duduk menikmati pemandangan disertai angin yang sedikit dingin karena habis hujan. Sejenak membuatku larut dalam kubangan pikiranku sendiri. Betapa menyenangkannya kesini dengan pacar seperti para remaja yang bersliweran disekitar. Berapa lama aku tidak merasakan perasaan mellow seperti ini. Setelah cintaku bertepuk sebelah tangan dengan bumi aku sama sekali tidak berminat menjalani ataupun sekedar menjatuhkan pilihan pada siapapun. Selain karena aku dikelilingi mereka para 'penjaga' yang benar-benar membatasi pergaulanku juga menyeleksi mereka yang berusaha mendekatiku.

"dingin? Nih coklat hangat" satya tiba-tiba datang menyodorkan segelas minuman yang masih mengepul yang langsung aku terima tanpa banyak protes karena memang disini dingin.

" pake jaket aku aja!" perintah satya seraya melepas jaketnya dan diberikan kepadaku. " kamu tuh, prepare sedikit dong. Kalo diajak keluar tuh bawa jaket gitu. Bukan malah Cuma pake celana pendek yang mamerin paha kemana-mana sama kaos gombrong gitu" nah kan kumat kan nyinyirnya.

"ya salah kamu dong! Tadi Cuma bilang ngajak makan gak jelas mau ngajak keluar kemana" jawabku sembari memakai jaketnya yang super gede buat aku yang mungil, sampai menutupi setengah pahaku. Lumayan hangatlah ditambah aroma satya yang melekat, bikin nyaman.

" sat, foto yuk! Pake background gunung ituh!" pintaku yang entah menurut aku sendiri terdengar menjijikkan. Kok aku bisa semanja gini sih sama satya yang di respon satya dengan tersenyum dan mengacak rambutku kemudian bangkit berdiri lalu berbicara sebentar dengan pegawai museum yang kebetulan melintas. Satya memberi isyarat dengan tangannya menyuruhku mendekat.

" mas, agak merapat dong! Masa sama pacarnya jauh-jauh gitu!" saran mbak-mbak yang dimintain tolong satya buat fotoin kami

"mbak, kami buk.." kata-kataku tertahan di bibir saat satya menarik pinggangku mendekat hingga tubuh kami berhimpitan . kok, rasanya gini ya,, mendebarkan dan menyenangkan dalam waktu bersamaan.

"uda? Makasih ya mbak" kata satya sembari menerima HP nya yang tadi digunakan untuk foto-foto dan kamipun berjalan menuju bagian yang lain. Hingga akhirnya kami sampai bagian kuliner yang didesain seperti pasar apung. Mataku melebar melihat semua jajanan yang disediakan.

" satya, aku mau itu ya! Beliin aku puthu ya sat"rengekku sembari menarik lengan satya mendekat ke penjual kue puthu berwarna hijau muda dengan aroma yang menggoda.

"emangnya kamu doyan? Jangan sampe gak dihabisin lagi kayak tadi" omelnya yang membuatku mengangguk dan membatalkan niatku yang menginginkan jagung bakar. Bisa-bisa aku yang dibakar satya kalo sampe gak ke makan.

"laper belum?" Tanya satya yang ku angguki dengan antusias. Berjalan sepanjang museum ini membuat kakiku rasanya mau copot.

" yauda ayo cepetan ke parkiran kalo gitu!" satya berjalan mendahuluiku. Katanya laper kok malah ngajak balik. Niat banget sih bikin orang kesel. Kalo gak inget aku gak bawa dompet sudah aku tendang tulang keringnya. 

"turun! Uda masuk magrib. Sholat dulu habis itu kita cari makan" ucap satay sembari melepas seatbeltnya dan bergegas memasuki masjid agung. Setelah sholat satya sudah menungguku di anak tangga sembari tersenyum. masyaAllah kenapa satya jadi kelihatan ganteng banget gini. Ini aku yang gak pernah ngamatin atau efek lampu temaram dan muka yang segar setelah wudhu. Astafirullah ini satya lho, masa bias jadi ganteng gini. jangan-jangan minusku nambah.

" jalan sedikit masih kuat kan?"Tanya satya sembari bangkit dari duduknya, aku hanya mengangguk mengiyakan. Aku mengikuti langkah satya yang lebar-lebar dengan sedikit kesusahan, nih orang peka dikit kek, serah deh biar dia duluan. masa uda laper di suruh nyamain langkah sama dia. gila aja sama kayak gue lari. ya kalo aku pingsan dia mau nolongin nah kalo malah ditinggal kan berabe.

"kamu doyan kan makan penyetan?" tanyanya lagi yang juga ku jawab dengan anggukan. 

"lambat banget sih jalannya. Keburu hijau lampunya!" gerutu satya sembari menarik tanganku agar langkah kami sejajar. Bahkan sesudah kami menyeberang satya tak juga melepaskan genggamanya malah semakin mengeratkannya. Ada rasa hangat terasa menelusup dan membuat perutku yang kelaparan mendadak kenyang. Beruntung penerangan di alun-alun batu ini tidak begitu terang dan suasananya ramai sekali jadi tidak bakalan ada yang mngetahui betapa merah mukaku saat ini. Bahkan udara yang tadi terasa sangat dingin entah kenapa sekarang aku malah merasakan gerah..


HAY..HAY.. HALLO JUMPA LAGI. SEMOGA MASIH ADA YANG NUNGGUIN UPDATEANNYA AMANDA


SELAMAT BERBUKA PUASA YA GUYSS… EH KALIAN PUASA NDAK YA?


iterationWhere stories live. Discover now