Malam ini niatku untuk tidur cepat sirna sudah. Dia menelfonku tepat saat jam mulai bergerak diangka 10 dan 12. Mengabariku bahwa dia sedang diluar bersama teman-temannya.
"Jadi, ini udah mau pulang ke rumah?"
"Belum, aku masih mau ke atm bentar."
"Oke, hati-hati dan jangan ngebut."
"Mau aku isiin pulsa?"
"Kalau kamu maksa ya aku engga bisa nolak."
Dia tertawa di seberang sana. Membekap mulutnya agar tak ketahuan olehku. Dasar!
"Iya aku isiin. Bentar ya."
Suara berisik terdengar dan aku hanya diam sambil menunggu dia selesai transaksi pengisian pulsa yang katanya aku juga bakal dia isiin.
"Udah aku isiin, dipake hemat-hemat."
"Iya, makasih ya."
"Aku lagi beli minum, kamu mau minum apa?"
"Hah?" Aku melongo.
"Aku tanya mau minum apa."
"Engga minum apa-apa. Lagian ini udah malam, emang kamu mau nganter kesini?"
"Kalau kamu bisa bukain pintu, aku antar."
Aku melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.47 WIB dan menghela nafas. Kalau dia kesini nanti, apa engga terlalu kemalaman?
"Aku bukain pintu. Jangan ngebut di jalan."
Pip.
Aku tahu, saat dia katakan dia akan mengantar ke rumah maka dia benar-benar akan datang.
Pria itu kini berdiri dihadapanku dengan sebotol minuman susu rasa jeruk. Minuman kesukaanku, dia selalu tau apa yang aku suka.
Aku berjalan cepat menghampirinya dan memeluknya.
"Terimakasih."
Sungguh, tak akan aku sesali jika terlambat tidur akan sangat menyenangkan seperti ini.
—oOo—
KAMU SEDANG MEMBACA
愛 (AIKU)
Short StoryJanuari, 2016. ".....aku fikir lebih baik kita menjadi teman." Aku tertegun. Walaupun kenyataannya aku lebih dari tau bahwa pertemuan malam ini pasti menjadi ajang untuk mengakhiri hubungan kami. Tapi yang tak pernah aku bayangkan adalah fakta bahwa...