Aku menatap bosan benda yang kupegang sedari kami memilih untuk berteduh sampai sekarang. Android sialan, kenapa harus mati disaat kami sedang terjebak hujan begini sih. Aku ingin mengajak pria disampingku berbicara tapi dia sedang terlibat pembicaraan seru dengan temannya via suara.
Hujan.
Basah.
"Jangan melamun, nanti kesambet."
Aku tersentak saat suara itu tepat berada di telinga kananku. Pria itu. Aku menatapnya sengit, masih kesal karena dia abaikan bermenit-menit lalu.
"Bodo amat."
"Bercanda. Dingin ya?"
Aku hanya mengangkat bahu sebagai jawaban, malas meladeni pertanyaannya yang basa-basi sekali. Di hari hujan seperti ini, siapapun pasti merasakan dingin kan?
Dia berdiri di depanku. Kedua lengannya tiba-tiba dia rangkulkan ke bahuku dan menarikku mendekat ke dadanya. Hangat, selalu seperti itu jika dengannya.
"Nanti sebelum pulang, kita beli ice cream ya!"
Inilah yang kusuka darinya, dia selalu tau apa yang ku fikirkan.
Kemudian kami akan sama-sama menghabiskan malam berhujan ini dengan satu cone ice cream di tangan masing-masing. Dia rasa coklat dan aku rasa karamel. Selalu seperti itu.
-oOo-
---pic by pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
愛 (AIKU)
Cerita PendekJanuari, 2016. ".....aku fikir lebih baik kita menjadi teman." Aku tertegun. Walaupun kenyataannya aku lebih dari tau bahwa pertemuan malam ini pasti menjadi ajang untuk mengakhiri hubungan kami. Tapi yang tak pernah aku bayangkan adalah fakta bahwa...