Sialan!
Aku memaki pria itu sembari terus menstalk sosial media miliknya yang sekarang menampilkan foto dirinya yang sedang berenang bersama teman-temannya, termasuk juga seorang perempuan berkaos cerah. Aku sudah berulang kali mengirimkannya pesan namun tidak dia balas. Aku juga mengirim lebih dari sebuah inbox di messager facebook untuknya namun hanya dibaca, tidak dibalas.
Dan ternyata dia sibuk menghabiskan waktu libur kerjanya tanpa mengabariku sama sekali. Aku ingin menangis, sungguh. Benar-benar menyebalkan!
Aku segera keluar dari akun facebook-ku dan mengeram kesal. Cukup sudah, aku juga punya hal yang lebih penting untuk kulakukan daripada hanya menunggu sebuah balasan pesan darinya.
Ini sudah memasuki hari keempat dan pria itu tetap tak ada kabarnya sama sekali. Sebenarnya ini bukan hal baru bagiku, kami bahkan pernah tak berkomunikasi selama hampir tiga bulan. Kalau kalian berfikir kami aneh, maka kalian benar sekali.
Kami jarang bertengkar, terakhir kali pertengkaran hebat yang kuingat adalah saat dimana dia membohongiku lebih dari dua kali.
Masalah komunikasi kami juga tak terlalu intens. Bertemu apalagi. Dalam sebulan kami hanya bertemu sekitar lima atau enam kali. Sebenarnya tak masalah, selain untuk menghindari bosan, jarang bertemu juga membuat kami saat bertatap muka menjadikan rindu itu berkali-kali lebih terasa.
Empat hari masih hal wajar bagiku. Namun yang aku sesali dari sikapnya kali ini adalah karena dia membiarkan temannya membalas pesanku dua hari yang lalu. Aku sempat berfikir bahwa dia mulai bosan padaku dan sedang berusaha mencari alasan untuk pergi, lagi.
Aku menatap layar handphone ku malas, namun keinginan untuk menghubunginya begitu kuat.
Baiklah, aku menyerah untuk masa bodo!
"Kamu kenapa? Empat hari engga ada kabar. Kalau memang aku ada salah, bilang. Jangan nyuruh temen kamu buat balas pesan aku, aku engga suka."
Send!
Aku menunggu dengan perasaan gelisah. Akankah dia melakukan hal yang sama seperti dua hari yang lalu ?
Aku mendapat balasan pesan darinya tiga jam kemudian.
"Aku engga ada pulsa loh yang buat balas sms, engga ada apa-apa kok."
Hanya sepenggal kalimat itu namun berhasil membuatku lega. Dia adalah seorang ahli dalam membuatku cemas dan khawatir. Menyebalkan, bukan?
—oOo—
KAMU SEDANG MEMBACA
愛 (AIKU)
Krótkie OpowiadaniaJanuari, 2016. ".....aku fikir lebih baik kita menjadi teman." Aku tertegun. Walaupun kenyataannya aku lebih dari tau bahwa pertemuan malam ini pasti menjadi ajang untuk mengakhiri hubungan kami. Tapi yang tak pernah aku bayangkan adalah fakta bahwa...