AAM 07 || Dia telalu baik untuk menjadi setan.

88 7 0
                                    

Semuanya masih terasa aneh bagiku, terasa begitu semu. Mataku melirik Rudolf yang sedang bercanda dengan adik-adiknya, ya! Kalian tidak salah membaca kok, Rudolf memang punya banyak adik yang usianya hampir sebaya. Apa yang kalian pikirkan? Bunda terus memproduksi anak tanpa kenal lelah, begitu? Salah!.

Rudolf memang punya banyak adik, tapi bukan adik kandung. Mereka tidak sedarah, mereka juga jarang bertemu, tapi Rudolf begitu di kagumi di rumah singgah ini.

Sosoknya yang tengil menyebalkan menghilang, berubah menjadi sosok yang lembut dan penyayang. Aku tidak menyesal, sama sekali tidak menyesal Rudolf memabawaku ke sini, dia lagi-lagi membuatku semakin kagum.

Bunda duduk di hadapanku, matanya menoleh, menatap Rudolf yang masih asik bercanda dengan adik-adiknya.

"Bunda seneng waktu tau dia sudah punya kekasih."

Kepalaku menoleh, menatap bunda dengan senyuman tipis, bingung harus menjawab apa.

"Bunda," aku memanggil pelan. Bunda menoleh kearahku. "sebenernya... aku pengen Tanya sesuatu, bunda."

Kening bunda mengkerut. "Apa itu, sayang?"

"Rudolf... Maksudku, sejak kapan Rudolf datang ke sini?"

Kening bunda semakin mengkerut, aku juga semakin bingung, kosa kata yang paling sederhana terasa menjauh dari otakku. Apa ini factor dari kecuekanku selama ini? Aku jadi bingung harus berbicara apa.

Bunda tersenyum maklum, tangannya menggenggam tanganku lembut.

"Sejak kecil, saat dia baru lahir."

Deg.

"Maksud bunda?"

Bunda tersenyum pedih. "Rudolf anak yatim piatu, nak. Mamanya meninggal setelah dia lahir, dan papanya membawanya ke sini karena tidak sanggup mengurus anak kecil seorang diri. Dan yang bunda dengar, papanya meninggal seminggu setelah dia di rumah ini." Bunda tersenyum pedih.

Aku tidak tau bagaimana riak wajahku sekarang, aku shock berat. Jadi Rudolf anak adopsian?.

"Tapi bunda seneng lihat dia sekarang, dia di adopsi sama orang yang baik, apalagi dia tidak melupakan kami setelah keluar dari sini. Dia benar-benar malaikat di rumah ini."

"Rudolf sering ke sini Bunda?"

"Iya, biasanya dia kesini sama mamanya atau sendiri, tapi sekarang bunda lega melihat dia sudah punya pacar, dia tumbuh sangat menawan kan, nak?"

Aku tersenyum kecil. Bunda memang benar, Rudolf tumbuh menawan, tubuhnya ideal, wajahnya juga tampan. Tapi aku tidak tau, kalau dia bukan anak kandung tante Meisha, aku tidak pernah mempunyai pola pikir ke sana, tante dan om terlihat sangat menyayanginya, bahkan aku sesekali pernah melihat tante Meisha mencium pipi anak sulungnya.

Ikatan tidak harus selalu sedarah kan? Itu memang benar.

Apa arti masalalu kalau sekarang dia bahagia? Kebahagiaan seseorang tidak harus di ukur darimana dia berasal, bukan? Dan yang terpenting. Kita hidup di jaman sekarang, bukan hidup di masalalu. Orang bilang masalalu untuk di kenang, masa sekarang untuk dinikmati dan masa depan biarlah menjadi masa depan.

Kita tidak perlu sedih kalau masalalu kita buruk, yang namanya masalalu pasti buruk, kalau bukan buruk itu bukan masalalu. Dan keburukan itu lah yang akan kita ambil hikmahnya.

Rudolf menolehkan kepalanya kearahku dan bunda, keningnya berkerut, aku mencibir saat melihatnya menatapku tajam.

Bunda melepaskan genggamanya dan tersenyum lembut. "Kamu satu-satunya orang baru yang di bawa Rudolf ke sini."

Ajarkan Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang