mencintai seseorang bukanlah hal yang sulit, yang paling sulit itu membenci orang yang kita cintai sepenuh hati, mencoba melupakannya meski kenyataanya kita masih dan terus mengingatnya, membayangkannya, mengharapkannya untuk selalu di sisi kita.
T...
Pikiranku terus melalang buana memikirkan perkataan Joana dan Jeana, sauadara kembar itu membuatku tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkan ucapan mereka.
Kumatikan lampu belajarku dan menumpukan kepala di atas meja penuh buku mata kuliah. Kenapa sekarang aku mulai membuka diri untuk dunia luar? Padahal dulu kalo ada tugas kelompok hanya datang untuk tugas, setelah itu aku langsung pulang, tidak ingin berlama-lama dengan orang asing.
Tapi sekarang berbeda, aku mulai ikut nimbrung saat ada anak kampus yang sedang menggosip dan kadang kala aku pun ikut menimpali. Ini berbeda dari duniaku sebelumnya, tapi aku merasa baik-baik saja dan bahkan jauh lebih bahagia sekarang. Itu berkat siapa? Berkat Rudolf! Kenapa bisa? Karena dia selalu membawaku ketempat yang tidak pernah kuduga sebelumnya, menarikku agar aku ikut bergabung, membuatku berpikir ulang tentang dunia yang sudah ketempati sejak lahir, membuatku merasakan hal baru, hal yang tidak pernah kujamah, hal yang membuatku asing namun menyenangkan. Ya semua itu karena Rudolf, tapi bukan berarti aku cinta dia kan?.
"Tutup kedua bola mata loe, tenangin pikiran loe dan rileks, berusahalah gak mikirin apapun, dan biarin otak loe kosong, nanti loe bakal lihat siapa yang dateng."
Perkataan Jeana terngiang di telingaku. Aku meringis sesaat, masak aku harus melakukan hal bodoh seperti itu? Kepalaku menggeleng, aku tau siapa Jeana, dia itu manusia aneh yang kelangkaannya tidak akan pernah ada yang menyamai, kalau aku menuruti perkataan Jeana, mungkin aku harus ke Psikiater!.
Lama aku berpikir tentang hal ini sampai aku inget dengan mbah-mbah yang katanya tau segalanya.
Kubuka laptop dan mulai berseluncur di dunia G, yang O-nya double dan ada Le-nya.
Cara mengetahui kita mencintainya atau tidak.
Mengklik blog paling awal dan membacanya dengan teliti. Keningku berkerut tidak mengerti, oke, aku salah masuk blog, aku mulai membaca judul artikel-nya, dan semua yang menyangkut sama sekali tidak ada hubungannya dengan ku.
"Bagaimana Cara agar gebetan kita tau kita mencintai-nya?" aku sukses melongo berat. Ini bukan artikel yang kubutuhkan, Nyai.
"Cara mengetahui prasaan dia tanpa bertanya. What the?" aku semakin spechlees.
"3 Cara untuk mengetahui apakah dia mencintaimu." Kutepuk keningku gemes. "Bukan Mbah!"
"Masih gak yakin sama kekasihmu? Yuk cek 13 tanda kamu..." kepalaku menggeleng dramatisir. "Gua malah gak yakin sama hati gua sendiri, gimana sih loe!"
"Bagaimana cara agar gebetan tau kita mencintainya," aku mendesah lelah. "Gebetan, Pala loe!"
Kututup laptop dengan kekesalan luarbiasa menumpuk. Aku nyarinya apa keluarnya apa, katanya mbah-mbah itu tau segalanya, mana? Mana?! Gak ada! Pembohong!.
"Tutup kedua bola mata loe, tenangin pikiran loe dan rileks, berusahalah gak mikirin apapun, dan biarin otak loe kosong, nanti loe bakal lihat siapa yang dateng."
Kata-kata si jenius Jeana kembali terngiang. Batinku memaksa untuk melakukan hal itu, tapi otakku menolak tegas, sudah kubilang kan Jeana itu orang yang aneh!.
Saat batin dan otak sedang bertengkar bunyi notification membuyarkan ke-demoan mereka.
Ku lepas ces dari handphone dan melihat Rudolf mengirim satu gambar. Pantai yang tadi kita kunjungi untuk melihat sunset terpampang indah di sana. Senyumku merekah, dia pintar juga ngambil gambar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.