Lea tak henti - hentinya meneteskan airmata sejak tadi sore. Eyang tercintanya belum juga bangun dari tidurnya. Mata Lea sudah sembab dan bengkak, dan badannya sudah sangat lengket karena belum sempat membersihkan diri dan berganti baju.
Pintu ruangan itu menjeblak terbuka. Lili dan Diandra masuk dengan ekspresi sama, sedih. Terutama Lili. Gadis itu langsung menghambur kearah brankar Eyangnya yang terbaring tak berdaya itu dengan airmata berderai.
Lea merasakan pelukan seseorang di bahunya. Ia mendongak. Ternyata Diandra.
Setelah keadaan tenang, mereka pindah duduk di sofa. Lea menatap Eyang yang masih saja tertidur. Gadis itu tak bisa untuk tidak merasa sedih dan prihatin atas kondisi sang Eyang.
Eyangnya memiliki empat orang anak, tapi tak seorang pun yang berada disini disaat ibu mereka sedang meregang nyawa.
"Mereka benar - benar keterlaluan..." Kata Lili memecahkan kebisuan diantara mereka.
Lea dan Diandra menoleh kearah gadis itu.
"Papa dan Mama. Gue udah kasi tau mereka Eyang masuk rumah sakit dan minta agar mereka segera pulang, tapi mereka lebih milih menyelesaikan konferensi di Bogor itu. Om Mahes yang di Kalimantan aja langsung mengambil penerbangan pertama pas gue telpon tadi."
Lea mendesah kemudian tertawa miris. "Aku bahkan malah ragu kalau Papa dan Mamaku udah tahu tentang hal ini. Udah telfon mereka berkali - kali tapi gak diangkat, jadi aku tinggalkan aja pesan ke sekretaris Papa."
Lili ikut tertawa getir, sementara Diandra hanya menatap mereka berdua dengan prihatin. Keluarga kedua sahabatnya ini benar - benar lucu. Dalam artian negatif tentu saja. Berbeda dengan keluarganya yang solid dan berlimpah kasih sayang.
"Mending lo mandi dulu Le, ini tadi gue bawain lo baju ganti." Diandra mengangsurkan sebuah bungkusan besar ke pangkuan Lea.
Lea mengangguk kemudian berlalu menuju kamar mandi tanpa protes. Ia mandi dengan cepat. Tak sampai dua puluh menit kemudian, ia sudah keluar kembali dengan menggunakan kaus lengan panjang dan celana panjang bahan katun yang dibawa Diandra tadi.
"Lili mana Di?" Tanya Lea begitu tak mendapati Lili di ruangan itu. Hanya ada Diandra dan seorang suster yang sedang mengecek kondisi Eyang.
"Keluar sebentar, katanya mau nelpon supirnya minta dibawain makanan dan baju buat besok." Kata Diandra.
Lea mengangguk - angguk kemudian mengambil tempat duduk disamping Diandra. Matanya menatap suster yang sedang menuliskan sesuatu di papan clipboard yang dibawanya.
"Gimana Eyang saya sus? Kenapa beliau masih belum bangun juga?" Tanya Lea.
Sang suster tersenyum ramah. "Nyonya Adiwangsa stabil, hanya saja masih dalam pengaruh obat tidur. Beliau perlu istirahat yang cukup. Nanti satu jam lagi saya kembali buat mengganti infusnya."
Lea mengangguk.
"Masih ada lagi, mbak?"
"Nggak ada sus. Terimakasih."
Suster muda itu kembali tersenyum."Kalau ada apa - apa pencet saja tombol darurat diatas tempat tidurnya ya mbak."
"Baik sus... "
Kalau gitu saya permisi."
"Sekali lagi terima kasih suster..."
Suster itu tersenyum lalu melangkah keluar dan menutup pintu.
"Thanks Di, for accompanying us here..." Kata Lea begitu ruangan itu hanya tinggal mereka bertiga.
Diandra menatap Lea sedikit lama. Tapi beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum. "My pleasure. Eyang juga udah gue anggap Eyang gue sendiri. Jadi santai aja kali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja & Lea (COMPLETED)
Chick-LitHighest rank : #1 in CHICKLIT Seri pertama Trio Centil (Lea, Diandra & Lili) Cerita lengkap di Dreame dengan judul Raja & Lea Amazing cover by Dandelion_Senja121