Aku rindu dengan Ardi. Setelah minggu-minggu audit yang panjang berakhir, aku hanya ingin menghabiskan waktu dengannya. Suasana di kantorku kembali normal, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sudah selang beberapa waktu semenjak kejadian Vitamin itu.Aku merasa lebih diterima, lebih didengarkan.
Ada yang berubah dari sikap Ardi beberapa minggu ini. Seperti jauh, menjauh. Sebelumnya aku tidak terlalu menyadarinya karena kesibukan kantor. Tapi aku mengenalnya bukan hanya 1-2 minggu. Beberapa kali aku minta Ardi menjemput, tapi dia seperti enggan. Ardi membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab sms ku atau menelepon ku saat selepas jam kerja. Aku bukan pacar yang banyak menuntut, aku hanya percaya padanya. Kenapa tidak ? Ardi tidak pernah mengecewakanku.
"Di, kok ga kerumah ?" Sedari pagi aku berusaha menghubungi nya. Namun tidak berhasil.
"Siangan ya Ras, aku baru sampe." Ardi menjawab dari seberang sana.
"Habis dari mana emangnya ?"
"Olahraga." Sahutnya pendek.
"Sejak kapan kamu olahraga ? Sama siapa ?" Aku heran.
"Iseng aja, sendiri."
Siang itu Ardi menepati janji datang kerumah. Setelah makan siang dirumah bersama Ibuku, kita pergi nonton.
"Kok tumben nontonnya siang-siang begini?" Ibuku bertanya.
"Iya tante, Ardi harus anter Mama kerumah Om nanti malam. Ada pengajian."
Sebenarnya aku sedih, aku ingin menghabiskan waktu lebih lama. Siang itu berlalu begitu saja. Hari sudah menjalang sore ketika kita kembali tiba dirumahku.
"Ardi, aku mau ikut. Aku mau nemenin Mama kamu ke tempat Om Sigit."
"Kan acara keluarga Sayang. Masa ikut ?"
"Kan biasanya aku boleh ikut. Udah 2 tahun lebih Di. Bukan cuma Mama kamu yang aku kenal kan. Aku tahu Om kamu, sepupu kamu, ya semuanya juga aku tahu." Aku bersikeras karena masih rindu.
Ardi duduk dikursi teras. "Gini ya Sayang, aku ga bisa ajak kamu kali ini. Ada pertemuan darurat keluarga yang penting banget."
Aku diam kecewa. Aku tidak suka seperti ini, wanita dewasa yang sudah bekerja tidak merajuk. Tapi aku masih ingin bersamanya. Setelah berpamitan Ardi pun pulang.
***
Malam harinya.
"Ras, lo dimana ?" Via sobatku dari kecil dan juga tetanggaku menelpon. Aku sedang di kamar saat itu.
"Dirumah. Tumben banget lo telpon. Ga malem mingguan sama Gilang?" Aku meledek.
"Lho, kok dirumah?"
"Lho, emangnya kenapa kalau dirumah ? Ga boleh gue dirumah gue sendiri ?"
Via diam, seperti ada yang enggan ia ceritakan.
"Ras, gue ketemu Ardi barusan." Via menurunkan tone suaranya.
"Dimana ?" Jantungku mulai berdegup kencang. Ada perasaan tidak enak menyelinap di hati.
"Disini, di XXI Kelapa Gading."
"Ga mungkin Vi, Ardi anter Mamanya ke rumah Om Sigit malam ini. Tadi siang dia bilang. Mangkanya tadi dia jalan sama gue...." Aku tidak bodoh dan enggan melanjutkan kalimatku sendiri. Perlahan aku menyadari, ada yang tidak beres.
"Lo liat Ardi lagi sama siapa Vi?" Aku benci pertanyaan ini. Aku tidak mau mendengar jawabannya.
"Ras, gue kerumah lo ya sekarang."
"Jawab dulu pertanyaan gue Vi, lo liat dia sama siapa ?" aku berusaha tenang.
"Gue pikir itu elo Ras, dari belakang mirip. Rambutnya panjang juga....." Lemas. Aku sudah tidak lagi mendengar perkataan Via ditelpon. Aku tutup ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss and I [Completed]
ChickLitLaras adalah fresh graduate yang baru saja diterima di sebuah start up company. Dia bertemu dengan Krishna, bosnya yang super menjengkelkan. Kehidupan Laras jungkir balik karena perilaku Krishna. Sementara Ardi pacar Laras tidak banyak membantu, La...