Hujan sudah pergi. Hari-hari lebih cerah karena memang musim panas sudah tiba. Ardi menghilang dan aku tidak mencari. Aku terkejut, bagaimana luka hati bisa banyak menghapus kenangan yang baik, juga membuat aku melupakan Ardi.
Sejak malam itu, aku berubah. Aku melihat sosoknya dan benar-benar mengaguminya. Aku lebih bersemangat ke kantor, rasanya kantor yang tadinya seperti medan perang berubah menjadi tempat yang menyenangkan. Aku mulai menikmati kebiasaan pulang kantor bersama atau hal sederhana makan bekal siang diruangan. Tapi rasanya aku seperti punguk merindukan bulan. Bosku adalah atasanku (aku tahu statement ini konyol), tinggi, tampan, perhatian, menyenangkan. Bukan hanya Dina yang tergila-gila, Farah staff finance dan Nur si resepsionis kantor juga mengaguminya. Lalu aku siapa.
Sikap bosku tidak berubah, masih baik dan kadang menyebalkan. Aku bersikeras tidak ingin menunjukkan perasaanku dan ini yang membuat semua lebih sulit. Aku tidak terbiasa berpura-pura, tapi untuk hal ini aku masih memegang nilai-nilai tradisional, perempuan tidak boleh mengejar laki-laki. Harga diri. Konyol untuk beberapa orang, namun tidak untuk aku. Akhirnya aku banyak menghindar, berharap bosku tidak tahu.
"Ras, kamu bawa mobil hari ini ?" Pagi-pagi sekali bosku menelepon.
"Ya Pak bawa, ini lagi on the way ke kantor." Aku baru mengarah ke pintu tol terdekat.
"Jemput saya ya, alamat saya sms. Kamu keluar tol Jorr pasar minggu, nanti telepon saya habis itu."
"Lho emang kenapa Pak ?" Aku heran.
"Kan biasanya saya yang anter pulang, masa jemput saya sekali-kali ga mau ?"
"Oke." Aku hanya menyahut pendek dan bergumam 'pagi-pagi udah nyebelin'.
Singkat cerita aku sampai dirumah neneknya di Pasar Minggu pukul 7.30 pagi. Aku disambut hangat karena belum pernah ada wanita yang diajak ke rumah itu, begitu keterangan dari sang nenek. Dia berperilaku sangat santai dan santun. Sementara aku berusaha menutupi kecanggunganku sambil bertanya-tanya kenapa dia memintaku untuk datang ke rumahnya.
"Saya diminta pergi ke Airport urus sparepart yang ketahan di beacukai. Mobil saya di bengkel, jadi saya minta kamu temenin saya." Dia menjelaskan ketika kami sudah duduk di mobil.
Aku diam dan menyadari bahwa dirumahnya aku sempat GR juga, berprasangka ada maksud lain tentang undangannya kerumah.
"Kok saya ngerasa kamu jadi banyak diam ya Ras belakangan ini. Kamu kenapa ?"
Aku berusaha tidak panik dan menjawab sewajarnya. "Saya nggak apa-apa Pak. Cuma agak kecapekan."
"Harusnya kamu nggak usah sering-sering bawa kendaraan, saya bisa antar kamu kerumah kalau memang kita lembur."
Sudah beberapa kali memang bosku meminta aku tidak usah membawa kendaraan, tapi aku bersikeras. Aku memang menghindari moment berdua saja seperti ini. Karena akibatnya seperti sekarang ini, degup jantungku sendiri tidak bisa aku kendalikan.
"Nggak enak Pak, ngerepotin Bapak. Saya nggak apa-apa kok."
"Saya itu belum jadi Bapak-bapak lho Ras. Kamu panggil Decky, Mas Decky, masa saya dipanggil Bapak. Decky sama saya tua-an Decky lho."
"Sudah biasa Pak, dari awal. Nggak bisa diganti lagi.." aku nyengir canggung.
"Saya agak ngerasa kamu menghindari saya si Ras sebenernya. Saya punya salah ya ?"
"Nggak Pak, saya nggak menghindari Bapak. Kan Bapak bos saya."
"Ardi gimana kabarnya ?" Si Bos berusaha membuka pembicaraan.
"Nggak tau Pak saya. Lost contact."
Aku benar-benar merasa canggung. Topik Ardi bukan topik yang aku gemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss and I [Completed]
ChickLitLaras adalah fresh graduate yang baru saja diterima di sebuah start up company. Dia bertemu dengan Krishna, bosnya yang super menjengkelkan. Kehidupan Laras jungkir balik karena perilaku Krishna. Sementara Ardi pacar Laras tidak banyak membantu, La...