5. Kalung

432 14 0
                                    

"Kenapa ngeliat aku kaya gitu dess? Jadi malu ihh" kata Tiara,

aku memicingkan mata dan terus memerhatikan tiara, mencari perbedaannya.

Sesaat setelah beberapa detik aku mendapatkan perbedaan dari tiara. Dia memakai kalung, aku ingat saat dia disekolah dan di rumah Sinta, dia tidak memakai kalung. Leher nya polos tanpa kalung menggantung. Tapi sekarang mengapa dia memakai kalung??

"Dessy?" tanya Tiara padaku,

"Eh iyaa, kamu pake kalung?", tanyaku,

" ehehehe iyaa"

"Sejak kapan kamu pake kalung ra?",

" sejak tadi di Griya des ehehe",

"Loh kamu beli kalung?" tanyaku

"Engga des, ini di kasih"

"Hah?? Sama siapa?"

Aku sedikit terkejut karna ada yang memberi kalung pada Tiara. Kalung yang berwarna gelap, seperti keemasan tapi kusam, berbentuk daun. Meski kusam tapi kalung itu terlihat bagus dan cocok dipakai Tiara.

"Aku di kasih ini sama nene nene tua dess"

"Hah?"

"Iyaa , tadi pas kamu pergi ketempat cemilan, ada nene nene datang. Dia manggil aku terus aku deketin, dia ngasihin kalung ini, katanya aku mirip sama anak perempuan nya, dia kasih kalung ini ke aku buat ngingetin dia ke anaknya, jadi nene itu tuh ngerasa kalo anaknya masih ada", Tiara menjelaskan,

"Ciri ciri nene itu gimana?" tanyaku

"Pake kebaya warna putih, bungkuk, rambutnya di kucir kuda"

Seketika aku mengingat nene tua yang aku lihat di trotoar jalan tadi siang. Ciri ciri yang di katakan Tiara sama percis dengan ciri ciri nene tua yang aku lihat di trotoar tadi. Apa nene itu emang benar yang di trotoar?? Atau nene nya hanya mirip??.

"Kenapa dess??"

"Eh gapapa ra, tadi siang aku waktu mau ke rumah Sinta liat nene tua, dan ciri ciri nya sama kaya yang kamu bilang tadi" aku menjelaskan,

"Ihh yang bener?" Tiara sedikit kaget,

"Iya bener, buat apa bohong",

" ahh yaudah kita pulang yu, nanti kita bahas di rumah"

Tanpa basa basi Tiara naik ke motorku, dan aku pun langsung gas motor ku. Tiara hampir terpental ke belakang karna aku terlalu kencang nge gas dan membuat kaget Tiara.

***

Perjalanan terasa begitu cepat, ntah mengapa kami sudah hampir menjumpai pohon besar angker itu.

Aku melihat jam tangan waktu menunjukan pukul 23.45 , 15 menit menuju jam 00.00 .

aku berusaha mempercepat laju motorku. Tapi.... Stooppp!!!!

"Ehhhh kenapa berenti nya ngedadak sih dess", lagi lagi Tiara terkejut karena aku.

" maaf maaf"

"Ada apa?"

"Kita bakal lewatin pohon besar itu lagi ra" aku menunjuk ke arah pohon besar itu. Dan Tiara langsung melihat ke arah aku menunjuk.

"Gelap banget dess, pasang lampu motor yang terang dong"

"Gabisa ra, lampu motor segini adanya",

"Yaudah cepetan hayu"

"Bentar ra"

Aku mencoba membalikan kedua kaca spionku ke arah depan. Fungsinya, agar aku tidak bisa melihat ke arah belakang dan apa yang ada di belakang lewat kaca spion motorku, jadi aku fokus lurus ke depan tanpa melihat ke kanan, kiri ataupun belakang.

Penghuni Pohon BeringinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang