"Terkadang ada hati yang telah terikat, namun masih menginginkan.
Dan ada perasaan yang tak terikat, namun saling menjaga."
++++++
Vanesya memasukkan makanan yang sudah disiapkan oleh Bundanya ke dalam mulut. Gadis itu terlihat sangat menikmati setiap suapan nya. Sesekali Vanesya juga menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Bunda nya kepada nya.
"Berangkat sendiri, Sya?" Tanya Sista.
Vanesya mengangguk. Mengunyah makanan nya dan meneguk segelas susu yang ada di samping tangan nya hingga tidak tersisa lagi.
"Kenapa gak bareng sama Sulthan aja, kan biasanya tuh Sulthan mampir ke sini dulu baru berangkat sekolah."
"Gak usah deh Bun, makasih dulu nih sebelum nya."
Sista terkekeh, Sista juga mengetahui bahagia hubungan putrinya-Vanesya dengan Sulthan yang selaku berselisih paham. Tidak lain tidak bukan karena Vanesya menceritakan keadaan yang menyebalkan yang terjadi di sekolahnya. "Bunda denger kamu lagi ada masalah sama Rigel? Kenapa?"
Vanesya terbatuk. "Eh gak kok Bun," elak Vanesya.
"Sulthan cerita sama Bunda, katanya kemarin dia liat kamu sama Rigel lagi debat. Beneran gak ada apa-apa?"
Hati Vanesya bimbang, Vanesya tipikal anak yang tidak bisa berbohong kepada orang lain. Apalagi kepada orang tuanya, hal ini membuat Vanesya semakin bingung, Vanesya menatap Sista. Wanita itu seperti menunggu jawaban dari dirinya.
"Kenapa?" Tanya Sista lagi. "Sya Bunda mau nanya sama kamu."
"Apa, Bun?"
"Kamu beneran sayang kan sama Rigel?"
"Kok Bunda nanya gitu?"
"Kenapa memang nya, bukan nya kamu tinggal jawab aja. Kok susah banget."
Vanesya terkekeh, "Vanesya kan pacaran sama Rigel Bun, ya pasti sayang lah." Ujar Vanesya.
"Sya, ada hati yang terkadang telah terikat namun masih menginginkan orang lain. Ada perasaan yang terkadang tak terikat, namun saling menjaga. Kamu tau? Saat ini, disitulah kamu berada."
Vanesya cengo, "maksud Bunda apa? Aku gak ngerti."
Sista bangkit, tangan nya mulai membereskan sisa-sisa makanan dan membawa piring kotor ke dapur. Vanesya hanya memperhatikan Bunda nya itu, ia masih menunggu jawaban pasti dari wanita itu. "Kamu harus bisa memahami isi hati kamu Sya, karena terkadang logika tidak seperti apa yang diinginkan oleh hati." Ucap Sista dari arah dapur.
++++++
Vanesya mempercepat kegiatan nya mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh Bu Nia. "Santai aja kali Nes. Nanti jawaban lo salah baru tau." Ujar Tarisa saat melihat Vanesya seperti dikejar oleh setan.
"Gue dipanggil Pak Irfan bego, lo mau gue kena marah?" Ujar Vanesya kesal.
"Paling juga masalah Sulthan lagi, capek gue Nes dengerin curhatan lo nantinya. Ujung-ujungnya ya dia." Jelas Tarisa.
"Itu lo tau, lo aja capek apalagi gue." Vanesya kembali teringat akan masalah kemarin dimana dirinya sempat membawa Jodi dan Sulthan keruangan nya. "Eh, Tar."
"Apaan." Celetuk Tarisa.
"Kemarin cowok lo ngikut Sulthan."
Tarisa bingung, "maksud nya apaa?"
"Dia bikin masalah, bolos." Ujar Vanesya. "Gue kemarin mau nyuruh lo nyamperin keruangan, tapi gue ingat kalau kalian lagi ada masalah jadi ya gak jadi."
Tarisa hanya ber 'o' ria, bahkan Tarisa tidak peduli. "Tar ada apa sih lo sama Jodi?"
"Kepo."
"Yaelah Tar, gue nanya juga. Cerita dong."
"Gue ngeliat dia jalan sama mantan nya." Ujar Tarisa tiba-tiba. Raut wajah nya kesal kembali terlihat seperti bagaimana ia mengingat kembali kejadian itu. "Tau sendiri lah ya gimana kalau udah berhubungan sama mantan, gue sih ogah jujur. Kalau udah selesai mah, ya selesai aja. Ini kagak." Jelas Tarisa.
"Mantan nya yang mana? Mon maap ni Tar, mantan Jodi kan banyak." Ucap Vanesya terkekeh.
Tarisa mendengus. Rasanya ia sangat malas menyebutkan nama orang tersebut. "Nadila."
"Oh yang cantik itu." Goda Vanesya dengan senyum.
Tarisa menatap tajam Vanesya, "maksud lo apa?!"
Vanesya terkekeh, "santuy kenapa sih. Gue bercanda doang kok. Trus gimana, lo gak dengerin penjelasan dia dulu?"
Tarisa mengangguk, "kata nya sih gak sengaja ketemu."
"Trus, lo gak percaya?"
"Gini ya Nes, gak sengaja ketemu sih oke, gue masih bisa percaya lah ya. Lo tau, mereka habis belanja dong. Itu yang namanya gak sengaja ketemu?" Tarisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Bohong sih bohong, tapi yang elit dikit napa."
"Trus sekarang, break?"
"Maybe."
"Gue juga."
Tarisa mendongak, menatap Vanesya berubah menjadi serius. "Rigel?"
"Yaiyalah Tar, lo pikir pacar gue siapa lagi?"
"Kenapa, perasaan terakhir lo masih pulang bareng dia. Gue juga liat kalau kalian baik-baik saja. What happen?"
Vanesya kembali menceritakan nya kepada Tarisa, gadis itu tampak mendengarkan cerita tersebut dengan seksama. "Nes gue boleh ngomong?"
"Apaan, jangan sok serius lo."
"Gue sih sependapat sama Rigel."
"Maksud lo?"
Tarisa menarik nafas panjang nya, "Nes gini ya, gue percaya sama lo. Bahkan percaya banget, memang mungkin lo gak suka sama Sulthan. Oke, itu masih bisa masuk ke logika. Tapi apa lo yakin kalau Sulthan juga bakalan gak suka sama lo? Sekarang gini Nes, lo aja kadang gak bisa ngerti sama apa isi hati lo. Begitu juga sama Sulthan, lo sana sekaki gak akan pernah tau isi hatinya dia Nes."
"Lo pikir dia suka sama gue, gitu?" Tanya Vanesya, kemudian Tarisa mengangguk. "Ya, gak mungkin lah Tar. Lo mah kadang ada-ada aja."
"Vanesya yang cantik, pinter, ayo kah lo udah kenal sama dia dari kecil. Tanpa rasa sayang dan suka itu adalah hak yang sangat mustahil terjadi Vanesya."
"Aduh Tar, pemikiran lo ribet banget deh. Yang jelas ni ya, gue cuma sayang sama Rigel."
++++++
Note: sudah part 4 nih, ada yang mau kasih masukan dan pendapat tentang ceritanya nya gak? Aku bakal terima kok apa pun yang kalian katakan ;)
Aku juga mengingatkan untuk vote dan juga comment ya. Tolong hargai karya orang lain ya guys, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulthan [Revisi]
Novela Juvenil"Setidaknya biarkan aku menjadi penikmat angan yang tak akan pernah tergapai." Tentang bagaimana Sulthan yang memperjuangkan cinta nya. Dan tentang bagaimana Vanesya mempertahankan hubungan nya. Bercerita tentang pertemanan lama yang berakhir pa...