Sulthan|•bagian dua belas

1.8K 92 6
                                    

"Kamu boleh menjauh tanpa alasan. Tapi jangan larang diriku untuk mendekat dengan mu, hanya karena sebuah alasan."

+++++++

Vanesya mengucek matanya nya. Ia kaget bukan main saat baru saja membuka matanya dan menatap jarum jam yang sudah menyatakan bahwa dirinya telah telat pagi itu. Vanesya pun tidak ingat kalau semalam Rigel sudah mengatakan jika dirinya tidak bisa berangkat bareng dengan Vanesya. Vanesya menggeram, ia menepuk kening nya pelan.

"Ah sial," Vanesya mengenakan sepatunya tergesa-gesa. Setelah mandi dengan asal-alasan kini Vanesya membawa proposal yang nantinya akan diberikan nya pada Pak Rudi. Vanesya mempercepat langkah nya menuju mobil, karena mau tidak mau Vanesya harus membawa mobil karena tidak punya pilihan lain.

Vanesya kembali menggerutu di dalam hati. Bagaimana tidak, kini Vanesya berada di antara macet nya jalanan. Membuat nya harus menerima takdir jika ia akan telat dan dihukum untuk pertama kalinya.

Tin..tin..

Vanesya bernafas lega saat kemacetan itu sedikit demi sedikit mulai bergerak, Vanesya mempercepat laju mobilnya. Terus menaiki kecepatan agar kesempatan nya telah tidak ada. Namun sepertinya nihil.

Diujung sana Vanesya sudah melihat gerbang tinggi dan gapura bertuliskan SMA Nusa satu yang membuat nya bersyukur karena telah sampai. Namun tidak sampai disitu, kesialan nya masih berlanjut karena gerbang itu telah ditutup.

"Pak Tino bukain gerbang nya dong, saya tadi beneran kesiangan Pak." Ujar Vanesya memohon, agar lelaki dengan tubuh gemulai itu membiarkan dirinya masuk. Tidak lucu bukan jika Vanesya memberikan surat izin kepada dirinya sendiri untuk masuk ke kelas?

"Ck..ck..ck.. kamu sih pasti gak pasang alarm ya? Makanya tidur itu jangan kemalaman Vanesya."

"Iya Pak maaf, bukain dong."

"Aduh maaf ya Vanes, Bapak gak bisa. Tunggu Pak Irfan saja ya." Pak Tino berlalu, masuk ke dalam pos satpam nya dan kembali melanjutkan kegiatan minum kopinya yang tadi sempat tertunda.

Vanesya membuang nafas nya berat, sepertinya memang benar jika dewa kebaikan sedang tidak berpihak kepadanya. Pendengaran Vanesya menangkap suara motor yang semakin lama semakin mendekat. Vanesya menoleh. Matanya menyeringit dan akhirnya membuang muka saat mengetahui siapa orang dibalik helm itu.

"Memang ya, kalau jodoh itu gak akan kemana. Sekarang aja telat sama. Besok? Ah memang Tuhan itu selalu punya rencana yang indah."

"Berisik!" Timpal Vanesya sinis. Tatapan nya masih lurus dan enggan menatap lelaki itu.

"Gak ada yang bangunin ya Sya, makanya telat? Tenang beb, besok gue yang bangunin kok. Calon imam yang baik kan, gak kayak si Rigel." Ujar Sulthan membanggakan dirinya sendiri.

"Bisa diam gak? Lo gak pernah liat sepatu melayang kan? Sekali lagi lo ngomong, itu akan terjadi."

"Jahat banget sih sama gue, gue.."

"Bisa diam gak?!" Vanesya menatap tajam kearah Sulthan.

"Eh iya-iya, santai dong."

++++++

Panas nya matahari di pagi itu sangatlah menjadi kebencian bagi Vanesya. Walaupun sebagai vitamin bagi kesehatan, tapi persetanan lah dengan hal itu. Mata Vanesya menerawang pada lapangan basket yang sangat amat besar.

Vanesya yang baru saja memegangi sapu kaget, Sulthan lebih dulu meraih dan merebutnya dari tangan perempuan itu.

"Eh."

"Gue aja, lo duduk aja. Gue gak tega liat lo capek."

Vanesya tertegun. Matanya tidak sengaja menatap manik mata Sulthan. Tatapan itu sempat terkunci sepersekian detik. "Jangan baper Sya tolong, sekarang lagi dihukum nanti aja ya baper nya."

"Apaan sih. Yaudah sana bersihin sekarang, gue mau ke kelas. Bye."

"Yaelah Sya, baru tadi gue liat lo gak marah-marah eh sekarang udah kumat lagi. Awas Sya, darah tinggi." Ujar Sulthan.

Vanesya tidak mendengar kan nya. Vanesya terus memperhatikan Sulthan yang terus membersihkan lapangan hingga benar-benar terlihat bersih. Vanesya kaget saat Sulthan duduk di sebelah nya. "Cepet banget, lo pakai ilmu hitam ya?"

"Iyain aja deh, gue ngomong apa juga bakalan salah sama lo."

"Makasih udah mewakili hubungan gue." Vanesya memberikan botol air minum nya pada Sulthan. Sulthan menerima nya kemudian Vanesya langsung berlalu tanpa satu kata lanjutan lagi.

++++++

"Bagaimana perasaan mu setelah telat Vanesya Anandita?" Tanya Tarisa saat Vanesya menekuk wajah nya.

"Tidak baik."

"Dramatis lo ah, gimana Nes?"

"Apanya?"

"Proposal gimana proposal, jadi sekarang lo ngadep Pak Rudi?"

"Jadi, paling habis istirahat. Sekarang lagi males banget ini, mood gue hancur."

Disaat keduanya bercanda gurau, kelas mendadak menjadi hening. "Selamat siang semua."

"Siang Bu." Guru tersebut mulai menjelaskan materi yang beberapa hari lalu belum sempat ia jelaskan. Vanesya mendengarkan nya dengan seksama.

"Karena kalian banyak yang tidak mendengarkan saya, silakan ringkas bab 3 sekarang juga. Selesai tidak selesai harus dikumpulkan saat jam pelajaran habis." Jelas guru itu.

"Bu jangan siksa kamu dong."

"Siapa yang siksa kalian, bahkan saya saja menjelaskan kalian semua malah tidur. Terserah kalau kalian tidak mau mengerjakan. Asal jangan salahkan saya jika absen kalian semua bakalan Alfa."

Terdengar helaan nafas berat dari semua murid. Mau tidak mau mereka mulai mengerjakan dengan keterpaksaan. Hingga bel berbunyi menandakan jam pelajaran telah habis. Semuanya kembali bersorak kesal.  "Baiklah waktu habis. Kumpulkan sekarang."

"Belum siap Bu." Teriak sebahagian mereka.

"Siapa yang sudah selesai?"

Vanesya bangkit, ia membawa buku catatan nya dan diserahkan nya pada Bu Lena. "Kamu sudah selesai Vanesya?" Tanya nya.

Vanesya mengangguk, "sudah Bu."

"Nah seperti ini yang saya mau, catatan rapi, dikumpulkan tepat waktu." Ujar Bu Lena saat memeriksa catatan Vanesya.

Tidak lama setelah nya, Tarisa bangkit. Ia menyerahkan pula buku catatan nya pada wanita dimeja guru itu. "Sudah selesai Tarisa?"

"Sudah Bu."

"Baiklah karena hanya ada dua orang saja, jadi saya akan tunggu sampai pulang sekolah nanti. Terimakasih, sampai ketemu." Bu Lena melenggang keluar kelas. Banyak sorakan kesal kepada guru wanita itu.

++++++

Note: JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA SEMUANYA.

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA. TERIMAKASIH:)

Sulthan [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang