"Gak papa, Tuhan selalu berkata jika kebahagiaan akan selalu berada di akhir cerita. Bukan diawal."
++++++
Sulthan memperhatikan Vanesya yang baru saja turun dari mobil Rigel, senyum nya terbit. Rasanya sedikit senang melihat Vanesya yang sepertinya sudah berbaikan dengan Rigel. Namun percayalah, hatinya jauh lebih sakit dari pada ini.
"Udah baikan, Sya?"
Vanesya menoleh ke samping, Sulthan tiba-tiba saja berada disebelah nya. Lelaki itu tampak menyamai langkah nya dengan Vanesya. "Kepo lo." Ketus Vanesya.
"Gue kan cuma nanya, galak amat lo."
Vanesya berhenti, Sulthan yang mengikutinya pun ikut berhenti. "Kalau gue gak mau kasih tau? Ini kan hubungan gue, jadi lo gak usah kepo. Okay?" Ujar Vanesya sebal.
"Gue doain putus." Ucap Sulthan sangat pelan.
Vanesya ternyata mendengar nta, ia membulatkan mata. "Apa lo bilang?!"
Sulthan kaget, ia tidak menyangka jika Vanesya mendengar ucapan nya. Sulthan terkekeh, ia tersenyum lalu langsung berlari.
"Ngeselin banget." Gumam Vanesya.
Jodi yang tadinya sedang mendengarkan musik melalui earphone nya menoleh, dan menatap bingung pada Sulthan. "Ngapain lo, kek mau mati sumpah."
"Capek." Lirih nya.
"Kenapa lo pagi-pagi udah lari? Godain Pak Tino lo?" Tanya Jodi. Pak Tino adalah satpam sekolah yang sangat gemulai. Tak banyak pula membuat murid-murid lelaki disekolah sering menggodanya. Pak Tino pun selalu menanggapi godaan itu, membuat semua nya menjadi tidak mengerti dengan satpam tersebut.
"Ih najis astaga, gila lo. Kagak lah."
"Trus kenapa?"
Sulthan menarik nafas nya panjang, ia mulai menceritakan semuanya. "Yaudah gue sumpahin aja." Ujar Sulthan di akhir kalimat.
Kening Jodi berkerut, "lo sumpahin apaan?"
"Gue bilang aja, 'gue doain putus' karena gue takut ya gue langsung kabut lah."
Jodi tertawa, ia tidak menyangka jika Sulthan melakukan hal bodoh tersebut. Jodi hanya mengacungkan jempol nya. "Mantap."
++++++
Rigel bangkit dari duduk nya, Mariah beberapa buku tebal yang sedari tadi dibaca nya. Lelaki itu menyusuri koridor dan sesekali membalas sapaan dari murid-murid yang berpapasan dengan nya. Benar, Rigel memang lah serakah itu dan itu pula lah yang membuat nya dikenal oleh seluruh penjuru sekolah.
"Kak Rigel."
Rigel menoleh, "iya, kenapa?" Tanya nya bingung.
Seorang perempuan yang diketahui adik kelas nya dan bernama Shani itu berjalan mendekat kearah nya. Shani mengulurkan sebuah buku kehadapan Rigel. "Ini kak, makasih ya kemarin udah bolehin aku minjam buku nya."
Rigel tersenyum, "sama-sama Shani, kamu udah selesai baca nya?"
Shani mengangguk, "udah kak, ceritanya bagus. Kapan-kapan aku boleh kan minjam novel kakak yang lain?"
"Boleh kok, kalau mau pinjam cari aku aja ya."
Shani kembali mengangguk, "kalau gitu aku permisi dulu ya." Rigel meninggalkan Shani. Gadis itu tersenyum bahagia, menatap punggung Rigel yang seolah menjadi candu baginya.
"Kak Rigel ganteng banget sih, baik lagi. Beruntung banget kak Vanesya dapetin dia astaga." Ujar Shani. Siapa yang tidak kenal dengan Vanesya Anandita, seorang ketua OSIS SMA Nusa Satu yang sering disebut sebagai sekolah ternama di kota nya. Ditambah lagi berpacaran nya ia dengan Rigel-primadona SMA Cakrawala. Menjadikannya Vanesya semakin sering disebut sebagai orang terberuntung di atas dunia ini.
Tidak menjadi hal yang sangat aneh mengapa Vanesya bisa seterkenal itu, dengan wajah yang cantik dan memiliki tingkat keramahan yang hampir sama dengan Rigel membuat semua orang nyaman dan senang berkenalan dengan gadis itu.
Rigel menjatuhkan bokong nya pada kursi kelas. Memasukkan buku-buku yang sudah dibacanya ke dalam tas. Untuk menghilang rasa bosan nya, Rigel mengeluarkan ponsel. Mulai mengetikkan sesuatu dan mengirimkan nya pada seseorang diseberang sana.
Dikelas nya, Vanesya baru saja selesai melakukan olahraga. Ia melirik ponsel nya yang tiba-tiba saja berdering, memberitahu bahwa baru saja ada sebuah notifikasi yang masuk.
Vanesya meraih ponsel nya, tersenyum saat mengetahui pesan dari siapa kah itu. Vanesya mulai mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan singkat tersebut. Vanesya kembali mematikan ponsel nya, memasukkan benda pipih itu ke dalam saku nya dan langsung meninggalkan kelas untuk mengganti pakaian olahraga nya dengan seragam putih abu-abu milik nya.
"Hai cantik."
"Astaghfirullah." Vanesya memukul keras lengan Sulthan. Lelaki itu tiba-tiba saja memunculkan dirinya dibalik pintu kelas. Tanpa rasa berdosa Sulthan hanya tertawa melihat ekspresi Vanesya.
"Kamu kaget? Jangan kaget, nanti aja kaget nya pas aku udah nembak kamu."
"Apaan sih lo, gak jelas banget."
"Nah gini nih yang bikin Indonesia kurang maju." Vanesya menyeringit kan kening nya. "Orang udah ngomong malah dibilang gak jelas. Seharusnya kan dihargai dan dihormati bukan malah kayak gitu." Jelas Sulthan.
Vanesya mendengus, "ngomong apa sih lo. Gue gak ngerti, jangan bikin gue pusing deh."
"Demi apa, seorang Vanesya Anandita yang menjabat sebagai ketua OSIS SMA Nusa Satu tidak mengerti dengan sebuah perkataan Sulthan?"
Vanesya menggeleng, kemudian meninggalkan Sulthan yang masih tidak jelas di tempat nya. "Sya, jangan pergi. Kamu gak bisa menjadi calon pacar yang bertanggung jawab ya. Aku gak like loh ini." Teriak Sulthan. Vanesya tidak menjawab. Waktunya terbuang sia-sia jika menghadapi lelaki yang tidak jelas seperti Sulthan.
"Sinting." Gumam Vanesya.
"Yang sabar ya hati, kamu pasti bahagia." Sulthan mengelus dadanya. Seolah memberitahu kepada hatinya untuk tidak pernah menyerah untuk berjuang lebih lama dan lebih keras lagi.
+++++++
Note: sampai ketemu di part selanjutnya ya.
Jangan lupa pada vote dan juga comment nya! Wajib loh, wkwk.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulthan [Revisi]
Fiksi Remaja"Setidaknya biarkan aku menjadi penikmat angan yang tak akan pernah tergapai." Tentang bagaimana Sulthan yang memperjuangkan cinta nya. Dan tentang bagaimana Vanesya mempertahankan hubungan nya. Bercerita tentang pertemanan lama yang berakhir pa...