B-7

202 20 3
                                    

Peak baru saja tiba di rumah sederhana yang ia sewa tidak jauh dari tempatnya bekerja part time di minimarket. Sedangkan untuk pergi ke kampus, memang membutuhkan waktu yang lama sehingga setiap pagi ia harus rela bangun pagi-pagi buta, menyiapkan sarapannya dan berlari segera menuju stasiun menunggu bus untuk mengantarnya ke depan kampusnya.

Peak menikmatinya, walau dengan kondisi ekonomi yang pas-pas an. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri, sudah setahun sejak ia meninggalkan rumah nyamannya di daerah perumahan mewah di Bangkok.

Namun matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan, sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir dihalaman kecil rumah yang ia sewa. Peak menunggu seseorang yang mengendarainya keluar.

"Maaf tuan muda...tuan besar memintaku.." ucapnya terbata-bata.

"Tidak perlu memanggilku seperti itu paman" jawab Peak ramah. "Paman adalah sekretaris ayahku, jangan panggil aku seperti itu"

Pria paruh baya yang memang menjabat sebagai sekretaris pribadi tuan Panichtamrong itu juga mengulaskan senyum di bibirnya.

"Ini adalah akhir minggu bisakah tuan.. ah maksud saya bisakah anda meluangkan waktu sebentar?" tanya penuh harap.

"Ya aku akan menuruti kemauan ayahku kali ini, tunggu sebentar aku akan mengganti pakaianku dulu" setelah itu peak berlalu memasuki rumah sederhananya.

Peak melangkahkan kakinya memasuki rumah dan berjalan menuju kamarnya, membuka lemarinya. Menyibak baju-baju yang biasa ia gunakan sehari-hari mencari beberapa baju dengan merk terkenal yang sudah hampir tidak pernah ia gunakan lagi setahun belakangan ini.

Pilihannya jatuh pada kemeja biru malam dan celana kain yang tidak menyulitkan langkahnya berjalan, ia melirik sepatunya dan mengambil sepatu vans hadiah dari kakak nya beberapa tahun lalu. Ya begini saja cukup untuk menyenangkan hati keluarganya, pikir Peak.

Tak lama ia keluar dan menghampiri orang kepercayaan ayahnya itu. Peak duduk di kursi belakang, perjalanannya cukup memakan waktu sehingga kini peak memilih mendengarkan lagu dari ponselnya menggunakan earphone.

📩"Phi aku sangat senang😁"

Sebuah pesan pendek masuk membuat Peak sedikit tertawa, kana mengiriminya pesan lengkap dengan foto saat ia berada di taman.

Mata peak menangkap orang lain yang tak jauh berdiri dibelakang Kana. Pria tinggi yang memiliki kulit putih pucat, ia membiarkan lengan kemejanya tergulung hingga ke siku.

"Aku seperti mengenal pria ini,tak asing...tapi kenapa wajahnya tidak terlihat di gambar ini?" Peak berguman sendiri sambil membalas pesan singkat Kana.

Tak terasa kini peak sampai dirumah yang sudah tidak ia tinggali selama setahun belakangan ini. Peak lebih memilih menghidupi kehidupannya sendiri dengan bekerja paruh waktu daripada menikmati semua fasilitas yang ada di rumahnya. Ego peak terlalu kuat untuk menuruti kemauan sang ayah dan juga pendiriannya yang tidak mudah goyah itulah yang membuat Peak bisa menjalani hidupnya sampai saat ini.

Peak menyimpan ponsel dan earphone di saku celana kainnya. Ia melangkahkan kakinya pasti sampai di depan pintu rumah yang kokoh itu. Langkah peak terhenti ada keraguan di hatinya.

"Silahkan masuk peak.." ucap sekretaris ayahnya itu membukakan pintu dan terlihatlah pandangan yang tak berubah dari rumah itu.

"Aku tidak akan lama berada disini" ucap Peak segera.

Pria itu tersenyum dan menyentuh bahunya lembut. "Setidaknya luangkan sedikit waktu mu untuk berbincang-bincang harini. Semua orang merindukanmu"

Peak tersentak sesaat sebelum ekspresinya kembali berubah menjadi datar.

My Business Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang