B-1

298 24 11
                                    

"Boom Krittapak Udompanich"

Boom menghela nafas gusar belum ada 10 menit keluar untuk menemui klien nya sekarang ia mendengar nama nya dipanggil dari ujung telepon kantor

"Kenapa kau tidak juga menjawab panggilan ayah mu?"

Boom masih tak bergeming. Ia tetap membisu di kursi kerja nya, mengamati dan mengumpulkan berkas-berkas yang begitu saja di tinggalkan oleh pemiliknya.

"Shit ini bukan pekerjaanku untuk apa aku membereskannya?"

Boom semakin ingin melemparkan diri ke kolam renang pribadi nya sekarang juga.
AC di ruangannya juga rusak tanpa memberi tanda sebelumnya, ingin sekali Boom melonggarkan dasi kerja nya tapi 15 menit lagi ia harus keluar dengan berkas yang harus ia tanda tangani di setiap sudutnya.

"Boom Krittapak! Jawab!"

"Halo Tuan Udompanich. Ada yang bisa saya bantu? Tuan Krittapak sekarang sedang sibuk berenang, ada pesan yang ingin anda tinggalkan?"

Boom meraih gagang telepon kantornya lalu ia letakkan di antara bahu dan pipi nya sementara tangannya sedang menari-nari di atas kertas yang diberikan kakak sepupu nya tadi pagi.

"Berhentilah bercanda boom, ibu mu merindukanmu"

Boom menghentikan pekerjaannya, membenarkan posisi duduknya lalu mengenggam ujung telfon dengan posisi yang benar.

"Apa ayah sedang bersama mama sekarang?" Boom merasa saat menyebut 'mama' image dingin dan tegas yang melekat di diri nya seketika menghilang terganti oleh kenyataan ia hanyalah pemuda yang sangat mencintai ibunya, dan di usia belianya yang masih terlampau muda karena otak encer yang di miliki nya dan pengetahuannya tentang bisnis membawanya menjadi CEO di sebuah perusaan besar ternama di Thailand.

"Ehm ya ayah sedang dirumah sekarang, di Udon"

Boom mengerutkan dahinya, kenapa ayah nya yang memiliki jadwal super padat bisa berada di rumah sekarang? Ah apakah ini kekuatan cinta?

"Apa itu boom? Berikan ponselnya padaku"

Boom tersenyum sekilas. Itu adalah suara lembut ibunya yang jelas masih sangat cantik hingga sekarang, satu-satu nya wanita yang Boom akui memiliki wajah tercantik dan selalu bisa membuat Boom tunduk oleh kata-katanya.

"Siang ma, apa mama sudah makan siang?" Runtuh sudah, Boom kembali menjadi 'anak mama' nya kalau sudah berbicara berdua seperti ini.

"Boom kapan pulang?" Tanya sang ibu dari ujung telepon menunggu jawaban pasti dari sang anak.

Boom melihat kertas berisi jadwal yang sekretaris nya berikan untuknya, sangat penuh sampai weekend sekali pun masih banyak rentetan pertemuan yang harus dihadiri.

"Engh.." suara Boom tertahan.

"Tidak apa-apa, mama akan menunggu mu" jawaban dari mama tercinta nya tidak bisa dikatakan membuat lega juga, mama nya tahu apa kelemahan dari sang anak.

"Kalau bisa mengosongkan jadwal mungkin Boom akan pulang akhir minggu ini" jawab Boom akhirnya sambil memberi isyarat pada seseorang yang berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Baiklah kalau begitu jaga kesehatan disana, jangan terlalu banyak bekerja sekali-sekali penuhi kebutuhan dan keinginamu Boom, manjakan dirimu sedikit. Ya, ingat mama selalu menunggu kamu!"

Sudah jelas ibunya sekarang memaksanya dengan cara halus, membuat bagaimanapun caranya agar anak semata wayangnya segera menemuinya.

"Kalau begitu boom tutup. Bye, love you mom" ucap Boom akhirnya dan menaruh gagang telepon kembali ke tempat asalnya.

My Business Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang