#02 - 이웃 (Neighbour)

177 77 28
                                    

❤ ❤ ❤

"Musim gugur membawa kenangan, dan setiap daun yang jatuh, seolah menyimpan cerita lama yang terlupakan."

❤ ❤ ❤

Seoul perlahan memasuki musim gugur. Dedaunan pohon mulai berubah warna, menampilkan pemandangan yang memukau: ada yang berwarna kuning kecoklatan, ada juga yang berwarna merah menyala, menciptakan harmoni alami yang begitu indah. Musim gugur ini memang selalu membawa suasana yang berbeda, terasa begitu tenang, seolah memberikan ruang untuk merenung.

Chae Eun duduk di balkon kamarnya, menikmati pemandangan yang ada di depan mata. Angin musim gugur berhembus perlahan, menyentuh pipinya dengan lembut. Ia menarik napas dalam-dalam, meresapi udara segar yang khas, lalu menghembuskannya perlahan. Rasa tenang meresap dalam dirinya, seakan semua beban dunia hilang sejenak.

Musim gugur adalah musim yang sangat ia cintai. Selain karena dirinya yang lahir di musim ini, musim gugur juga menyimpan banyak kenangan indah dalam hidupnya. Setiap daun yang berguguran, setiap hembusan angin yang datang, membawa kembali memori-memori masa lalu, baik itu kenangan manis maupun yang sulit dilupakan.

"Sedang melamun, eoh?" suara lembut namun menggoda itu mengalihkan perhatian Chae Eun dari lamunannya.

Chae Eun menoleh, wajahnya seketika tersenyum begitu melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Jin Woo, kakaknya, sedang berdiri di pintu balkon dengan ekspresi sedikit usil.

"Ah, Jin Woo Oppa. Ada apa?" tanya Chae Eun, masih sedikit terperangah. Ia menggeser tubuhnya agar memberi ruang untuk Jin Woo yang ingin masuk.

Jin Woo berjalan masuk dan berdiri di samping adiknya. "Tidak ada apa-apa. Aku kebetulan lewat, melihatmu berdiri di sini, jadi aku pikir aku akan ikut duduk." Jin Woo melirik Chae Eun dengan senyuman nakal yang tak bisa disembunyikan.

"Begitu," Chae Eun mengangguk pelan. Ia tak keberatan jika kakaknya duduk bersamanya. Bahkan, di saat seperti ini, kehadiran Jin Woo terasa seperti kebiasaan yang menghangatkan hati.

Jin Woo yang melihat Chae Eun masih melamun, tiba-tiba melontarkan pertanyaan nakal. "Lalu, apa yang sedang kau pikirkan? Sampai-sampai kau tidak sadar ada Oppa tampan yang lewat di sini?"

Chae Eun menoleh dengan ekspresi jijik, matanya menyipit. "Sejak kapan Oppa ku ini tampan?"

Jin Woo terkekeh, senyum lebar terukir di wajahnya. "Sejak dulu! Kamu saja yang terlalu keras kepala untuk mengakui ketampananku," jawabnya dengan nada penuh percaya diri, lalu mengedipkan sebelah matanya, seolah menegaskan perkataannya.

"Huekk... berhenti mengedip-ngedipkan matamu! Itu membuatku ingin muntah!" Chae Eun langsung memalingkan wajah, seakan tak bisa tahan dengan sikap konyol kakaknya itu.

Jin Woo merengut, berusaha terlihat serius, tapi tak bisa menahan tawa kecil yang mengalir begitu saja. "Dasar adik durhaka," katanya setengah bercanda, membuat Chae Eun tertawa lagi.

"Haha, Oppa! Kamu benar-benar lucu." Chae Eun tertawa terbahak-bahak, tak peduli meskipun Kakaknya tampak sedikit kesal.

"Yak!! Chae Eun! Berhenti tertawa!" Jin Woo mendelik, suaranya semakin tinggi. Tapi semakin dia melarang, semakin keras pula tawa Chae Eun.

Keduanya terdiam sesaat, tetapi tawa Chae Eun yang masih menggema seakan membawa kedamaian tersendiri. Namun akhirnya, setelah beberapa detik, Chae Eun mengusap matanya yang hampir berkaca-kaca karena terlalu banyak tertawa.

"Ada apa sih, Oppa? Kenapa tiba-tiba mengalihkan pembicaraan?" tanya Chae Eun, berusaha menenangkan diri.

Jin Woo menghela napas panjang, menatap adiknya sejenak sebelum mengubah topik pembicaraan. "Oh, ngomong-ngomong soal rumah sebelah... sudah ada yang menempatinya, tahu?"

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang