#06 - 후폭풍 ( Bad Dream)

75 40 3
                                    

"Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada tatapan yang penuh dengan penyesalan, sebuah pandangan yang membekas lebih lama daripada kata-kata."

"Ya! Kalian berdua dari mana saja?" tanya Jin Woo dengan nada agak kesal, menatap Baekhyun dan Chae Eun yang baru saja berjalan mendekat ke arah mereka. Suara suaranya memecah kesunyian malam yang semakin larut.

"Dan kau," lanjutnya, menunjuk Chae Eun dengan ekspresi yang semakin serius. "Mengapa tidak menjawab telepon dari Oppa?"

Chae Eun hanya bisa mengangkat bahu dan berkata seadanya, "Maaf, ponselku mati," dengan nada yang sedikit canggung. Tangan kirinya menggenggam ponsel yang sudah kehabisan daya, matanya tidak berani menatap Jin Woo terlalu lama. Jin Woo menganggukkan kepalanya, menerima penjelasan itu meski terlihat tidak puas.

"Baiklah, kalau begitu mari kita pulang. Ini sudah larut malam," kata Chanyeol, yang sejak tadi hanya diam, tersenyum simpul. Ia memandang sekeliling, memastikan tidak ada yang terlambat keluar dari tempat itu. Yang lain hanya mengangguk, setuju tanpa banyak bicara. Mereka tampak lelah setelah seharian beraktivitas.

"Ayo," ajak Jin Woo, berjalan di barisan depan dengan langkah cepat, diikuti oleh Chae Eun dan Hye Bin. Sementara Baekhyun dan Chanyeol berjalan berdampingan, keheningan seolah menyelimuti langkah mereka.

"Ya—apa kau menyukainya?" tanya Chanyeol tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka. Ia menatap Baekhyun dari samping dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Baekhyun terdiam. Rasa canggung langsung menyelimutinya. Badannya tiba-tiba saja bergetar, dan keringat dingin mulai membasahi pelipis serta telapak tangannya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres, perasaan yang sudah lama ia hindari mulai datang lagi. "Ap...apa maksudmu?" jawab Baekhyun dengan suara gugup, suaranya sedikit terputus-putus. "Aku... aku tidak mengerti." Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah gelisah.

Chanyeol menepuk bahu Baekhyun dengan pelan, membiarkan senyum jahilnya semakin lebar. "Tidak apa-apa..." Chanyeol menyeringai, seolah menemukan sesuatu yang menggelitik. "Kalau kau menyukainya, aku akan membantumu, teman."

"Ti... tidak perlu," tolak Baekhyun dengan cepat, merasa sangat tidak nyaman. Dia tidak tahu harus menjawab apa, namun yang jelas perasaan yang ada dalam dirinya membuatnya ingin menghindari topik itu.

Baekhyun sungguh tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Chanyeol. Makin lama, perasaan canggung itu semakin menyelimutinya, membuat dadanya terasa semakin sesak. Keringat dingin terus bercucuran, membasahi bajunya. Chanyeol yang melihat gelagat aneh Baekhyun pun semakin menunjukkan cengiran nakalnya yang semakin lebar.

"Ayolah... tidak usah malu begitu," kata Chanyeol dengan nada menggoda, jelas mencoba membuat Baekhyun semakin tidak nyaman. "Kau bahkan terlihat sangat gugup, hanya karena kita membicarakannya."

"Tap—"

"—Tidak usah malu begitu," potong Chanyeol dengan sok tahu, mengangguk-anggukkan kepalanya seolah memahami apa yang sedang dirasakan Baekhyun. "Aku mengerti bagaimana perasaanmu."

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu." Chanyeol melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih rendah dan menggoda.

"Maafkan aku, aku sungguh tidak bermaksud melakukan ini." Kata-katanya terdengar semakin mengancam, meski tetap dalam nada bercanda. Tapi Baekhyun merasa semakin tak nyaman, tubuhnya terasa kaku.

"Tidak apa jika kau tidak bisa memaafkanku dan malah membenciku," lanjut Chanyeol dengan candaannya yang semakin mengganggu.

Baekhyun menghentikan langkahnya tiba-tiba. Kepalanya terasa sakit, seolah ada sesuatu yang mengikis dirinya dari dalam. Memori yang tak terduga datang menyeruak, membanjiri pikirannya dengan perasaan yang lebih dalam, yang tak bisa ia lupakan begitu saja.'Ayolah, aku mohon jangan sekarang,' gumamnya pelan dalam hati, mencoba menahan rasa sakit yang semakin mencekam.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang