Butuh keberanian besar untuk mengakui perasan ku padamu. Sesuatu yang selalu kupendam sendiri... Ketakutanku di atas segala-galanya. Pertanyaan demi pertanyaan selalu menghampiri fikiran ini.
Tapi aku tahu aku harus mengatakan ini semua padamu. Entah bagaimana reaksimu nanti setelah mendengar pengakuanku, tapi satu hal yang harus kamu tahu aku hanya ingin bersamamu selamanya.
Cinta tak mengenal logika bahkan tempat berlabu sekalipun. Kebahagian selalu menghampiri rasa ingin memiliki.... bunga-bunga yang bertebaran cemburu tanpa alasan, bahkan air mata yang entah bagaimana bisa keluar dari sarangnya. Mengenalmu satu kesalahan terindah yang pernah aku miliki. Jatuh cinta denganmu itu petualangan yang menyenangkan seperti kecanduan narkoba. Ini cinta pertamaku dan cinta terakhir yang kumiliki hanya denganmu.
*****
Jakarta, 2016
Cahaya matahari yang begitu menyilaukan mataku sangat mengganggu ketenangan tidurku pagi ini. Suara lembut terdengar di telinga membangunkanku.
"Bangun din, udah pagi ni, nanti telat lagi ke kantor. " Menyentuh bahu dinda sang adik ipar yang tak kunjung bangun
"Hm.... Emang ini jam berapa sih mba?" sambil meraih jam weker di atas meja. Begitu terkejutnya dinda melihat jarum jam tanpa aba-aba langsung loncat ke kamar mandi, sang kakak ipar cuma menggelengkan kepala melihat kelakuan dinda yang selalu seperti ini
Tak butuh 10 menit dinda sudah siap berangkat kerja. Langsung menyambar roti di atas meja yang sedari tadi minta di makan, tatapan jail mas reza membuatku ingin cepat beranjak dari dapur. Bila tidak dia akan menjailiku dengan begitu banyak cara. Rasanya mau membalas semua perbuatannya padaku tapi apalah daya ini, cuma seekor kelinci yang siap di terkam sama sang macan tutul.
Di dalam mobil aku menyalakan radio sambil menunggu mas reza yang lagi pamitan sama mba lisa. Terlihat jelas di kaca spion mereka begitu mesra seandainya nanti aku menikah ingin rasanya seperti mereka yang begitu romantis, tiap hari aku selalu di antar mas reza ke kantor, ia mau gimana lagi baru sebulan ini pindah di jakarta jadi tidak terlalu tahu jalan-jalan di jakarta cuma arah kantor dan rumah ini selebihnya ia cuma ke mall itu juga bersama mba lisa.
Dalam perjalanan ke kantor mas reza selalu menasihatiku tapi kadang juga menjailiku begitulah dia selalu saja rese menyebalkan, terlepas dari itu semua aku menyayanginya cuma dia lah satu-satunya keluargaku. Hampir 12 tahun orang tuaku meninggal selama 11 tahun ini aku tinggal bersama eyang di Kalimantan tapi takdir lagi lagi tidak berpihak padaku eyang pergi menemui kedua orang tuaku. Jadi total umurku 23 tahun sudah tua juga ia ternyata padahal kemarin aku baru lulus sma eh sekarang sudah kerja.
Mendadak menginjak rem dan terdiam "Aduh din... Mas lupa hari ini ada urusan dadakan mesti mutar balik ini."
Menoleh kearah mas reza dengan kaget "Terussss!! Aku gimana doang?" mengaruk kepala yang tidak gatal
"Naik taxi saja ia din, beneran deh, mas mesti buru-buru. " sambil mengeluarkan duit dari dompet
"Nggak mau, nggak mau!! Enak saja, emang aku cewek apan? Di turunin, di tengah jalan gini. " perasaan kesel emosi juga
Memukul kepala dinda dengan pelan "Sembarangan, kalau ngomong itu, lihat itu(menunjuk arah), di pinggir jalan bukan di tengah. "
"Tapi tetap saja ada kata 'jalannya', ya allah tolong dinda ya allah, dari kezoliman ini. " sambil membuka tangan seperti berdoa dan melirik kesamping
"Mulai deh, si ratu drama.... Ini ni kebanyakan nonton sinetron, yaudah kalau gitu mas tambahin lagi duitnya. "
Tiba-tiba langsung menarik duit dari tangan mas reza "Apa boleh buat deh ketan sudah jadi onde onde huft...." turun dari mobil
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Love
De Todo"Aku nggak peduli, hati kamu berlabu sama siapa saja, tapi yang harus kamu tau, senyum dan tawa kamu milik aku titik nggak pakai koma atau seru." - Dinda maharani "Kamu seperti narkoba, membuat aku kecanduan, aku rela menjadi apa saja untukmu. " - C...