Bingung

37 4 0
                                    

"Cepetan Din, lelet bangat sih. " menarik narik tangan

"Sabar doang Nya, ini juga mau pakai jaket. "

"Kelamaan ayo cepat, nanti keburu Dani selesai tampil. "

"Iya iya, bawel." kesal dengan tingkah Anya

Akhirnya sampai juga di kafe mentari yang di dekat kantor, mereka memang  suka nongkrong di sini bukan karena makanan atau minumannya atau wifi gratis tapi si anak band yang cakep-cakep. Anya langsung ambil posisi duduk di dekat panggung sambil menatap Dani sang gitaris. Sedangkan Leka sama Reina mala asik selfi-selfi biasa mau pamer di sosial media dan aku cuma menatap Gita yang sedari tadi sibuk mengetik pesan di handphone miliknya. Hari ini mba Tara nggak ikut kami karena mau ke bandung bareng keluarganya. Mungkin karena besok weekend makanya liburan bareng keluarga lebih menyenangkan.

Ku tatap barista yang sedang asik membuat minuman buat pelanggan, rasanya aku kangen dengan masa lalu kuingat-ingat lagi kisah itu sangat menyenangkan. Di mana aku belajar membuat coklat hangat banyak kisah yang ingin kutuangkan di dalamnya hingga membuat coklat itu begitu istimewa dan enak. Rasanya ingin sekali melakukannya lagi. Tiba-tiba saja aku berdiri mendekati barista untuk meminta izin membuat coklat hangat untukku.

"Maaf mas  ganggu, boleh nggak saya coba buat coklat sendiri?" dengan sopan

"Boleh mba, silahkan masuk ke sini. " membersilahkan

"Makasih ya mas, saya bisa kog melakukannya sendiri." mulai membuat coklat

Dengan telaten Dinda membuat coklat hangat penuh kesabaran dia mulai bergerak, tanpa suara cuma ekspresi serius di raut wajahnya kini. Akhirnya slesai juga coklatnya nggak mau membuang-buang waktu dia pamit ke barista langsung menuju ke teman-temannya.

"Apan tu Din?"

"Oh, ini secangkir coklat hangat ala barista Dinda Maharani. " sambil duduk memegang cangkir

"Emang loe bisa?"  di samping kiri Anya langsung bertanya tak percaya kalau Dinda yang buat

"Bisa doang, ini buktinya. " memperlihatkan secangkir coklat

Tiba-tiba saja Reina mengambil cangkir"Coba gue lihat, enak nggak ini?"

"Paling juga rasanya masem, kaya mukanya Gita. " Anya langsung menjawab sambil melirik Gita yang sedari tadi cemberut

"Apan sih loe Nya, bawa-bawa gue, coklat ya coklat masem ya masem." tak terima sama ucapan Anya

Semua pada tertawa melihat mukannya Gita berubah aneh. Anya dan Gita selalu saja seperti ini kadang akur kadang berantem, terlepas dari itu semua aku menyayangi mereka karena cuma bersama mereka aku bisa melupakan masalah.

Arya dan temannya menghampiri kami yang lagi asik godain Gita. Senyum yang manis selalu di perlihatkan Arya padaku, berasa gimana gitu kalau di tatapan dia ada yang aneh di diriku. Secara spontan Reina langsung membersilahkan mereka duduk. Aku kaget bangat tumben ini anak ramah biasanya juga jutek.

"Hai, Dinda. " Arya menyapa dengan senyum

"Hai, juga."  tersenyum kecil

Leka langsung protes "Cuma Dinda doang ini, di say hello, kita nggak di anggap, mentang-mentang Dinda badannya segede gajah." melirik ke samping Dinda

"Amiin, kalau gede. " dengan membuka kedua tangannya lebar-lebar

Semua sontak tertawa melihat aku dan Anya sahut sahutan berbicara. Terdengar di sampingku Gilang sang drum memintaku untuk bernyanyi, katanya suaraku bagus ingin mendengarnya lagi. Spontan aku kaget dan kikuk mendengar permintaan Gilang. Karena aku merasa suaraku ini kaya kaleng rombeng.

Smile LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang