11

710 121 11
                                    

Hari ini rencananya gue sama Luhan mau pergi ke salah satu mall yang gak terlalu jauh buat nonton film Dilan.

Yakali si Irene sama Wendy udah nonton tapi gue belum.

Tiba-tiba suara klakson motor yang gue tau itu motor Luhan terdengar. Gue pun langsung berdiri di depan cermin buat mastiin kalo penampilan gue hari ini cukup baik buat pergi sama doi.

Pas gue udah di ruang tamu, gue liat the best view in this morning. Luhan lagi bercanda bareng sama bokap gue. Sumpah, Luhan itu definisi dari ganteng banget. Dan saking gantengnya kadang dia keliatan cantik. Sedih gue tuh sebenernya jadi kalah cantik sama dia. Tapi gak apa-apa. Gue kuat kok:')

"Ya udah om, Luhan sama Seulgi pergi dulu ya," kata Luhan sambil menyalimi tangan bokap gue yang udah mesem-mesem sambil liatin gue.

"Iya, hati-hati di jalan ya," kata bokap yang gue sama Luhan angguki.

Sepanjang perjalanan Luhan cuma senyum-senyum gak jelas sambil sesekali ngeliatin gue lewat spion.

"Gi," panggil Luhan tiba-tiba.

"Iya?" jawab gue sambil sedikit lebih mencondongkan badan gue ke arah Luhan.

"Kamu tau kenapa kata Dilan rindu itu berat?" tanya Luhan yang jelas aja gue gak tau jawabannya.

"Gak tau, kenapa emang?"

"Aku juga gak tau kenapa. Nanti kita tanya ya sama Dilan," kata Luhan yang membuat gue ketawa.

"Receh lo ah!" seru gue disela-sela tawa.

"Dilan aja bisa bahagiain Milea dengan gombalan-gombalan receh, masa aku gak bisa?"

Gue tersenyum sambil memperhatikan wajah Luhan lewat spion yang fokus menyetir motor dalam diam.

Lu... kenapa cowok sebaik dan secakep kamu maunya sama cewek yang gak ada apa-apanya kayak aku?

"Gi?"

"Eh, iya?"

"Tadi ada siput nyebrang tau. Kamu liat ga?"

"Lah? Kapan? Engga tuh,"

"Yah gak liat sih,"

"Emang kamu liat?"

"Engga sih,"

"Dih, amit!"

Dan kita berdua pun tertawa pada lelucon garing yang dilontarkan Luhan.

Sesampainya di bioskop, kita berdua memesan tiket terlebih dahulu lalu duduk dibangku yang disediakan.

"Gi, sebentar ya. Aku mau beli camilan," kata Luhan yang gue angguki.

Tak lama kemudian datanglah seorang pegawai bioskop yang memegang sebuah popcorn lalu menyodorkan tepat ke depan gue.

"Saya gak pesen popcorn,"

"Tapi, kata mas-mas yang ada disana suruh dikasih ke mba aja biar kenyang," kata pegawai itu sambil menunjuk ke arah Luhan yang tersenyum manis lalu mengedipkan sebelah matanya.

Gue ngerasa pipi gue mulai memanas, dan semua pengunjung mulai memperhatikan gue yang membuat gue malu setengah mati.

Akhirnya gue ambil popcorn itu lalu gue terkejut saat gue melihat ada sebuah kotak yang menyatu di depan kotak popcorn itu.

Apa ini?

Saat gue buka, kotak itu berisikan sebuah boneka beruang berukuran kecil yang menggemaskan.

Gue gak bisa berhenti senyum dan Luhan pun berjalan mendekat yang bikin gue gak tau mau lakuin apa. Saat Luhan duduk disamping gue, dia natap gue yang mulai berkaca-kaca.

"Loh, kok kamu nangis?" tanya Luhan sambil menangkup kedua pipi gue dan menatap gue lekat-lekat.

Plis jantung gue!

"Aku terharu aja sama semua pemberian kamu ini, Lu. Padahal aku bukan cewek spesial yang pantes nerima semua ini," kata gue yang mulai meneteskan air mata.

"Gi, dengerin aku. Kamu lebih dari spesial dimata aku. Bahkan aku yang harusnya berterima kasih sama kamu. Karena kamu yang udah bikin hari-hari aku terasa jauh lebih indah semenjak aku kenal sama kamu." tegas Luhan yang bikin gue gak sanggup berkata-kata. Gue pun memeluk Luhan erat.

Dan saat itu juga ada seseorang yang menarik tangan dan tubuh gue untuk menjauh dari Luhan.

"Elo?!" seru Luhan terkejut dan gue pun hanya membatu melihat sosok itu di hadapan gue.

🍔🍔🍔

Annyeong yorobuuuunnnnn~
Maafkan daku yang terlambat update yaaa

The Annoying Boy •pcy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang