9

3.8K 216 0
                                    

Author pov

Adara dan zia saat ini sedang di cafe milik adrian. Sebenarnya Cafe ini bisa dibilang buat untuk para remaja. Bagaimana tidak dari suasana dan segala benda di cafe itu bahkan adrian menyiapkan tempat untuk para remaja berselfi dengan suasana seakan dialam. Tapi jangan salah cafe adrian malah sering digunakan untuk pertemuan penting tidak jarang di gunakan untuk lamaran. Lucu memang tapi itu semua atas saran dari rano dan adara juga.

Zia yang duduk di depan adara merasa heran dengan sahabatnya ini. Tidak biasanya saat mereka ada waktu untuk bersama temannya ini diam. Bahkan mungkin pikirannya sedang melayang atau bahkan arwahnya sedang tidak dibadan.

"dar lo kenapa ? Ada masalah cerita sama gue dar"

"hm gue lagi bingung zi!" ucap adara seraya mengaduk minumannya.

"bingung kenapa sih dar. Cerita sama gue sekarang jangan kayak gini badan lo disini tapi nyawa lo berasa melayang gitu!" seru zia menatap adara. Adara menghela nafas panjang dan menatap sahabatnya itu.

"zi ternyata sakit tapi nggak berdarah itu gini ya rasanya." zia mengeryit dahi. "lo ngomong apa sih dar?"

"sakit zi hati gue sakit" adara memukul dadanya seakan hatinya hancur lebur.

"cerita sama gue sekarang kenapa hati lo sakit dar. Jangan bilang Lo lagi jatuh cinta dar!" tanya zia menatap tajam sahabatnya ini.

Adara menatap zia lirih seraya mengangguk membenarkan perkataan zia.

"yatuhan siapa yang buat lo bisa jatuh cinta dar." pekik zia histeris tanpa sadar para pengunjung cafe melihatnya dengan tatapan heran.

"jatuh cinta huh jika tau sakitnya seperti ini gue lebih milih nggak pernah ngerasain cinta itu zi. Sakit zi saat cinta tapi yang dicinta mencintai yang lain zi." ujar adara lirih bahkan air matanya tidak tebendung lagi. Zia yang melihat sahabatnya menangis langsung pindah kesamping dan memeluk sahabatnya itu.

Zia tidak tega melihat adara yang zia tau baru ini merasa mencintai seseorang. Karna adara yang selalu mementikan vano di atas segalanya. Lagi pula selama ini belum ada pria yang dekat dengan adara bisa menerima vano.

"dar apa pria itu pak david dar?" tanya zia pelan yang di jawab anggukan adara.

"apa pak david tau kalau lo mencintainya?" dara menggelengkan kepala. Zia menghela nafas tidak menyangka sahabatnya seperti ini.

Apa aku bilang gibran saja ya. Siapa tau dia bisa membantu. Batin zia

Zia menghapus air mata adara. "dar lo denger gue kalo memang david jodoh lo dia pasti akan sama lo tapi kalo dia bukan jodoh lo berati dia bukan yang terbaik buat lo. Inget dar lo orang baik dan gue yakin yang terbaik buat lo. Lo juga jangan patah semangat dar."

"hm gue harap ada pria yang terbaik meski bukan dia mungkin." ucap adara sambil tersenyum.

"hei girls ada apa nih serius banget sepertinya."

"hei bang. Ya ini masalah wanita. Abang sedang apa disini?" tanya zia menatap pria di depan mereka.

"dia pemilik tempat ini zi wajar dia disini." zia melotot mendengar bahwa cafe ini milik pria didepannya.

"serius lo dar!! Jadi abang adrian pemilik tempat ini ? Kok bisa ? Bukannya bang adri wakil ceo ya??" tanya zia heboh adara hanya mengelengkan kepala melihat kehebohan zia.

Adrian yang menyapa mereka tadi terkekeh geli "iya ini punya gue. Lumayan buat tambahan soalnya jadi wakil ceo duitnya dikit." adara mendengus. Lalu berdiri dari kursinya.

"lo mau kemana dar?"

"gue mau nyanyi kepanggung sepi sih berasa di kuburan gue."

"wajar kali dek anak band belum pada datang"

"gue ke atas dulu buat menghibur hati juga." kata adara lalu pergi meninggalkan zia dan adrian.

Adara naik ke panggung.

"selamat siang semuanya. Saya disini ingin menghibur semuanya dan maaf jika suara saya kurang bagus"

Saat piano mulai mengalunkankan suaranya. Masuk dua pria tampan ke dalam cafe tersebut. Zia yang melihatnya melambaikan tangan.

"maaf telat sayang." kata pria dengan kemeja biru dan mencium pipi zia.

"tidak masalah ayo duduk kita lihat adara bernyanyi." sontak dua pria itu melihat kearah panggung dan langsung duduk.

"memang adara bisa nyanyi?"

"bisa kok vid, suaranya bagus lagi."

"lo pernah denger dia nyanyi gib?"

Gibran dan david dua pria yang baru datang tadi atas permintaan zia tentunya.

Alunan piano terdengar di seluruh cafe ini dan semua mata melihat ke arah panggung.

Ku tak percaya kau ada di sini
Menemaniku di saat dia pergi
Sungguh bahagia kau ada di sini
Menghapus semua sakit yang kurasa

Suara merdu adara membuat david tidak berhenti menatapnya. Tidak bisa di pungkiri memang david merasakan perasaan nyaman saat bersama adara. Tapi dia tidak mengerti perasaannya saat ini.

Mungkinkah kau merasakan
Semua yang ku pasrahkan
Kenanglah kasih..

Adara menatap sekeliling hingga mata coklatnya bertemu pada mata biru david

Ku suka dirinya, mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin, kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi , menjadi miliknya
Namun salahlah aku, bila ku pendam rasa ini.

Hingga lagu berakhir dan tepuk tangan para pengunjung memenuhi cafe. Mereka masih saling menatap dengan perasaan yang sama tapi bedanya david yang belum menyadari arti adara dalam hidupnya.

I hate you but I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang