Seorang pria tengah tidur di ranjang king size menatap ke atas. Pikirannya sedang melayang mengingat pembicaraannya dengan sepupunya saat mereka pulang dari cafe.
Flashback
"david gue dengar lo akan di jodohkan dengan pilihan uncle dengan pilihannya?" tanya gibran disamping david yang tengah mengendarai mobil.
"hmm papa ingin gue segera menikah."
"lalu apa lo terima perjodohan itu?"
David menghela nafas panjang "gue belum tahu bang, rasanya berat menikah dengan wanita yang tidak dicintai. Sebenarnya papa memberi pilihan menikah dengan wanita pilihan gue atau dengan pilihannya. Tapi lo tahu sendiri prisil sampai sekarang ntah dimana."
"lo masih mengharapkan dia dav. Lo masih percaya dia setelah apa yang di lakuin ke lo dav. Gila gue sama sekali nggak habis pikir sama lo dav."
"bang please. Itu cuma salah paham. Gue yakin dia setia sama gue bang. Lagi pula selama kamu pacaran gue tahu dia tulus cinta sama gue bang."
Gibran mendengus kesal "lo terlalu buta akan cinta wanita jalang itu dav, sampai kapan lo gini terus. Udah jelas dia pergi dengan pria lain tapi lo masih mengharapkan wanita murahan sepertinya."
Rahang david mengeras mendengar perkataan gibran. "Bang lo jangan pernah ngejelekin prisil. Dan dia bukan wanita murahan bang dia cinta gue. lo paham." bentak david dengan sorot mata tajamnya.
"lo terlalu buta dengan yang tidak pasti hingga lo nggak sadar dengan wanita yang didepan lo yang cinta tulus sama lo dav." david tidak mengerti maksud perkataan gibran.
"maksud lo apa bang?"
"suatu saat lo bakal sadar Dan menurut gue lebih baik cari wanita lain karna gue tahu uncle memberi waktu seminggu untuk lo bawa wanita pilihan lo." ujar gibran lalu turun dari mobil saat sudah di halaman kediaman gibran.
Flasback off
"agghhhh gimana gue bisa bawa wanita lain kalo hati gue masih buat prisil." teriak david frustasi.
"apa gue bawa dara aja, tapi mana mungkin dara mau. Atau gue paksa dia tapi gimana kalau disuruh nikah sama papa" gumam david sendiri.
****
Adara yang sedang tidur merasakan sesuatu yang lembut menyentuh wajahnya. Lebih tepatnya seperti ada yang menciumnya. Seketika adara bangun saat sadar bahwa ada yang menciumnya. Adara kaget ternyata pangeran kecilnya yang menciumnya.
"mommyy good morning" pekik vano lalu mencium pipi adara.
"morning too boy. Kapan vano sampai sayang?" tanya adara seraya mencium pipi vano.
"vano baru tiba mom. Mom ayo bangun vano bawa oleh-oleh buat mommy ayo cepat." ujarnya dengan semangat. Adarapun turun dari ranjang sambil menggendong vano.
"morning mami, papi mana mi?" sapa adara mencium pipi maminya.
"morning too sayang. Papi masih di london mungkin besok baru pulang."
Adara mengernyit dahi "jika papi disana kenapa mami sudah pulang?"
"kamu kayak nggak tahu aja. Tuh prince kangen dengan kamu dan merengek minta pulang." jawab mami menunjuk vano yang sedang kesulitan membawa paperbag. Adara segera membantu vano.
"ini hadiah untuk mommy?"
"hooh itu ada buat mommy buat bunda ayah juga buat daddy." ujarnya dengan gembira.
"wah ternyata putra mommy perhatian sekali yaa." puji adara di balas cengiran vano.
***
"bundaaaaaa." teriak vano setibanya diruangan zia. Diikuti adara yang membawa beberapa paperbag.
"hei sayang kapan sampai?"
"tadi pagi vano sampai bun. Oya vano punya oleh-oleh buat bunda tunggu ya." katanya lalu menghampiri adara mengambil oleh-oleh untuk zia.
"ini buat bunda." katanya yang langsung diterima zia.
"wah ada yang bagi-bagi hadiah nih. Ada untuk ayah nggak nih!" seru gibran yang baru masuk.
"ayaaah vano kangen" teriaknya langsung menghambur memeluk gibaran. Adara dan zia tersenyum melihatnya.
"ayah vano abis dari london loh ketemu papah. Vano juga beliin ayah oleh-oleh." katanya antusias dalam gendongan gibran.
"oh ya! Kalau begitu mana buat ayah?" tanya gibran sambil menciumi pipi vino membuat vano terkekeh geli.
"mommy buat ayah mana mom?" tanyanya
"ini buat ayah khusus dari vano loh yah." kata adara sambil memberikan hadiah untuk gibran.
"wah makasih prince vano." ujar gibran menerima hadiah itu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I hate you but I love you
Lãng mạnSesakit inikah mencintaimu. Kenapa aku harus kembali merasakan sakit hanya karna sebuah cinta. -Adara Charissa Wirawan-