Ketika adara melangkah masuk ke kantor bersama vano semua mata menatapnya. Bahkan para karyawan pria menatapnya dengan pandangan terpesona.
"adara ini benar lo kan dar. Gue lagi nggak salah liat kan." pekik zia histeris adara hanya memutar bola mata malas.
"apaan sih lo zi. Berasa kayak nggak pernah liat gue aja."
"ish lo beda banget dar, sumpah kalau gue pria bakal gue tembak lo sekarang juga." ucap zia menggebu-gebu.
"kok lo bisa berubah dalam satu hari gini dar gila cantik banget bangga gue punya adek kalau gini." sambung gibran yang ikut menghampiri adara.
"ish apaan sih kalian. Ini juga karna di paksa nih si prince gue." tunjuk adara pada vano yang sedang menunjukan cengiran lebarnya.
"sip ini baru anak bunda. Cantik kok dar. Ternyata dara secantik ini ya yang." seru zia yang di anggukan kepala gibran.
"cuma gue ngerasa risih sama karyawan lain yang ngeliatin gue zi."
"biar orang ngeliat lo dar. Mereka ngeliat juga karna lo cantik pake banget malahan"
Adara menghela nafas pasrah. Tadi pagi dia sudah di paksa vano menggunakan pakaian yang vano belikan untuknya. Jika tidak maka vano mengancam akan kembali ke london. Padahal adara yakin vano tidak akan betah jika berpisah dengan adara.
***
"Adara" david terkejut melihat perubahan adara hari ini.
"eh! Selamat pagi pak david" adara bangun dari kursi dan sedikit menunduk.
"kamu beda hari ini dar." ucap david tapi membuat adara yang mendengarnya merasa jantungnya berdegub kencang.
"bapak orang yang kesekian yang bilang saya berbeda. Memang ada yang salah dengan saya hari ini?"
David mengganggukan kepala. "ya kamu keliatan cantik." kata david terus terang. "aduh maaf pak saya lagi tidak punya receh." david terkekeh geli.
"kamu ya dipuji bukan senang. Lagian jarang loh aku muji orang." adara mendengus. "haduh vid udah deh ya. Dari pada ngomong tidak jelas seperti itu lebih baik masuk tanda tangani berkas udah numpuk tau di meja kamu."
"gila baru masuk udah ngomongin berkas lagi. Huft yasudah aku masuk dulu dan jangan lupa kopi antar keruangan."david mengedipkan matanya lalu masuk kedalam ruangan. adara mendelik meski tidak bisa dipungkiri dia bahagia.
****
Pria dengan tegap dan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Dengan memakai jas abu-abu melangkah masuk kedalam kantor. Karyawan wanita menatapnya dengan tatapan terpesona. Bahkan pria itu menebarkan senyuman menggoda membuat karyawan histeris. Pria itu melangkah masuk ke dalam lift khusus.
Sesampainya di ruangan yang dituju pria itu berdiri di depan meja yang dengan wanita cantik yang sedang serius dengan laporannya.
Pria itu berdehem membuat wanita itu mendongkakan kepala mengarah kedepan tepat dimana pria itu berdiri.
"selamat siang Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu ramah.
"Adara charissa w" pria itu membaca tag nama yang ada di baju wanita yang ternyata adara. Adara tersenyum ramah.
"masih cantik tapi pikun sayang sekali."
"apa maksud bapak?" ketusnya
"ckck dara....dara masih judes ya lo."
Adara memutar bola mata jengah. Siapa pria didepannya ini seenaknya mengatakan dia pikun dan judes. Hell emang kita kenal gitu.
"lo lupa dar sama cowok paling kece ini!" seru pria itu lalu membuka kacamatanya. Adara membelalak mata.
"REYYY." teriak adara menghabur kepelukan pria yang di panggil rey itu. Rey tertawa di dalam pelukan sahabatnya ini. Ya rey adalah sahabat adara dari kecil.
"dara...dara masih aja ya lo kayak anak kecil gini."
"ist, lo ya. gue kangen tau. Kemana aja lo hilang di telan bumi 5tahun ini hah!" tanya adara sambil melepas pelukannya.
"gue sibuk dar. Gue ini aja baru balik dari Paris."
"what!! Lo selama ini di paris Ngapain disana ngemis lo ya?"
Pletak
Rey menjitak kepala adara membuat adara meringis kesakitan.
"aiss lo ya gila sakit tau. Lo ngapain juga kesini."rey cengengesan dan mengelus puncak kepala adara. Tepat saat itu david keluar dari ruangan bermaksud menemui adara. David merasa nyeri di hatinya melihat kejadian tepat didepan matanya.
Ada apa denganku. Kenapa melihat pria menyentuh adara rasanya tidak rela. Apa mungkin...tidak aku hanya mencintai prisil bukan adara. Batin david.
***
"jadi lo ngapain ke kantor gue." tanya david saat rey dan dia sudah berada diruangan david."tidak ada hanya sedang merindukan sahabat lama yang dingin ini saja dan ingin mengajaknya makan siang bersama."jawab rey santai.
"gue sibuk."
"ohh ayolah dav lo selalu seperti ini setidaknya sambut sahabat lama ini. Ayolah kita makan siang sebentar."
"ck rey gue benar- benar sibuk saat ini"
"baiklah kalau begitu gue pergi saja dan jangan pernah mencari gue jika lo membutuhkan bantuan gue." ucap rey seraya beranjak dari sofa.
"ais baiklah aku mengalah kali ini." ucap david beranjak dari kursi kebesarannya dan melangkah keluar ruangan diikuti rey.
Tepat di depan david melihat vano sedang bercanda dengan adara. Adara perasaan hangat melihatnya. Rey yang melihat perubahan dari david tersenyum meski dia tidak tau anak kecil yang bersama adara.
"Daddy" pekik vano saat melihat david. Rey membelalak matanya kaget.
What the hell!!! Daddy !! Jangan bilang!! Omg kapan david merrid teriak rey dalam hati.
David tersenyum dan melangkah mendekat adara dan vano. "hey jagoan sedang apa? Sudah makan belum?" tanya david.
"sudah tadi vano makan ayam goreng enak loh dad."
"oyaa buat daddy tidak ada?"
"hum tadi udah vano abisin dad. Mommy beliin daddy ayam goreng kayak vano tadi mom." perintah vano membuat david dan adara tertawa.
Rey yang merasa di abaikan sengaja berdehem kuat.
"dav..dar ini anak kalian?" tanya rey ragu.
"bisa dibilang gitu." jawab david santai.
"kapan kalian nikah!! Kok gue bisa tidak tahu?"
Adara menoyor kepala rey. Membuat vano tertawa.
"hai om kenalin aku vano anak papa rano mommy dara daddy david ayah gibran dan bunda zia." kata vano mengulurkan tangan tapi rey membelalak mata kaget.
"wuanjir banyak amat gen dalam nih anak"
Pletak
Jitakan david mendarat mulus di kepala rey."Aaggh sakit bego." rey mengelus kepalanya yang kena jitakan david.
"makanya mulut di jaga. Udah nanti gue jelasin sama lo." ujar david. "vano daddy pergi dulu ya" kata david lagi.
"oke daddy dadah. Dadah om." kata vano sambil melambaikan tangan. David mencium kening vano lalu tersenyum pada adara dan pergi meninggalkan rey.
"woy dav tungguin. Vano dara pergi dulu yaa" ujar rey berlari mengejar david yang sudah masuk kedalam lift. Vano dan adara hanya cekikikan melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I hate you but I love you
RomanceSesakit inikah mencintaimu. Kenapa aku harus kembali merasakan sakit hanya karna sebuah cinta. -Adara Charissa Wirawan-